Share

Part 18 - Oleh-Oleh

Penulis: Kharamiza
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-06 22:00:34

Mika menatapku penuh emosi. Seenggaknya aku melihat ia salah tingkah. Tapi tak lama, napasnya berembus kasar.

“Skip! Balik ke Vina,” katanya malas.

Selalu saja begitu, dia mengalihkan pembicaraan jika pembahasan sudah merujuk pada kisah cintanya yang abu-abu.

“Orangnya baik gak Vin? Gak kasar?” tanyaku.

“Baik. Aku pernah beberapa kali ngobrol dengannya,” jawab Vina.

“Seharusnya kalau lu udah tau gimana-gimananya dia, lu bukan butuh mau apa gaknya lagi sama dia, tapi lu butuh yakinin diri untuk sama dia. Ikutin kata hati lu aja maunya gimana,” ujar Mika.

“Ya deh. Aku harus salat istikharah.”

Seketika itu Mika memukul pahaku. “Nah. Harusnya lu kemarin juga salat istikharah, Sha.”

“Jangankan salat istikharah. Gue napas aja belum sempat udah keburu nikah aja.”

Mika tertawa terbahak-bahak seakan memang senang banget temannya berada di situasi yang bikin jumpalitan.

“Menari-nari di atas penderit
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 19 - Masalah Mulai Datang

    “Asha, hubungan kamu dengan Pak Ezar ada perkembangan?” tanya Vina berbisik saat antrian di kasir sedang senggang. Aku menoleh sebentar ke arah Vina. Lalu, kembali memandang layar komputer di hadapanku. “Belum ada yang bisa gue katakan,” jawabku menghela napas berat. “Gak coba ngobrol dari hati ke hati? Minimal ngasih tau perasaan kamu ke Pak Ezar.”Tanpa menjawab, aku menghempaskan bokong ke kursi dengan kasar.“Gue juga gak tau perasaan gue. Gak yakin kalau ada cinta.”“Hah, gimana?” Vina memicingkan matanya ingin mendengar jawaban yang mungkin lebih panjang dan jelas. Sayangnya, aku hanya membalas dengan gelengan. Rasanya, saat ini tak bisa banyak bicara. “Eh, eh.” Vina memukul pelan lenganku beberapa kali. “Pak Ezar sama Manda.”Aku menoleh ke arah pintu masuk di mana Pak Ezar dan Manda berjalan beriringan memasuki toko. Melihatnya bersama, seperti ada tangan tak kasat mata yang sengaja meremas-remas jantung dengan begitu kerasnya. Menyangkut Manda, dia bisa punya banyak wak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 20 - Nginap di Kos Vina

    Pak Ezar diam seribu bahasa seakan memang tak berminat untuk menjawab. Padahal, aku hanya ingin tahu keputusan apa yang akan diambil di situasi sekarang ini? “Mbak Manda kayaknya sayang banget sama Bapak. Saya jadi merasa bersalah,” ucapku saat Pak Ezar tak kunjung berbicara. “Sebaiknya saya balik ngekos aja, Pak. Nanti Mbak Manda makin marah.” Aku menunduk sembari meneguk ludah susah payah. Sebenarnya berat kalau harus aku yang mengalah. Perjuanganku sudah sejauh ini. Tapi, mau bagaimana lagi? Dari awal kan kami menikah karena dijodohkan. Apalagi, seorang Asha punya 3 prinsip dalam menjalin hubungan; pertama, tidak menyakiti perempuan lain. Kedua, tidak menjadi orang ketiga. Dan ketiga, tidak mengemis perhatian. Poin-poin itu akan kuingat sampai kapan pun. “Saya ke kamar dulu, Pak,” pamitku langsung berlalu. "Tunggu!” Langkahku terhenti mendengar suara Pak Ezar. A

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 21 - Sakit Perut Membawa Berkah

    Aku meringis pelan menahan sakit dan perih yang bergumul menjadi satu di dalam sana.Sakit perut seperti ini memang paling kutakutkan karena nyaris membuat pingsan ketika sudah datang. Sialnya, karena sampai sekarang aku tak bisa mengenali kapan ia datang? Sebab kupikir ketika akan datang bulan, tapi tidak melulu sakit seheboh ini juga. “Sha, kamu kenapa?” tanya Vina cemas.Dia berusaha menyentuh wajah, lengan, hingga kaki yang kurasakan sudah dingin. “Perutku sakit,” lirihku menarik napas. Nada suara Vina terdengar panik. “Habis makan kebanyakan daging kamu?” Baik Vina ataupun Mika memang sudah tahu kalau perutku bukan perut Omnivora. Bahkan bisa dibilang sensitif perihal daging. Tapi, bukan berarti tak suka daging. Aku tetap makan, tapi harus sedikit. Sedikit pun masih mungkin membuat perutku kesetanan. “Mana ada gue makan daging.” “Haid?”“Belum juga, tapi emang mungkin mau.”“Nah itu, nyeri haid pasti,” cicit Vina. “Aku punya balsem, mau diolesi gak perutnya?”“Kok lu kayak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 22 - Menegosiasi Peraturan Pernikahan

    Paling tidak, saat ini aku merasakan kesenangan luar biasa bisa berdekatan dengan Pak Ezar. Ditelisik dari semenjak awal menikah, sepertinya kami tak pernah sedekat ini tanpa ada insiden terjatuh gara-gara kecoak. Bukan juga karena menyamar jadi pasangan bahagia di depan keluarga. Ini murni, tapi waktunya di saat aku tak berdaya. Kalau sakit bisa membuatku sedekat ini dengan suami sendiri, bagusnya sakit terus saja. Biar diberi perhatian lebih. ‘Ah, tolol! Cuma lu Asha yang pengen sakit terus.’“Soal Manda kemarin, saya minta maaf, ya. Saya sudah bilang kalau kamu sibuk, tap—”“Gak apa-apa, Pak. Sudah terjadi juga,” ucapku memotong kalimatnya. “Mbak Manda sering nginap di sini ya, Pak?” tanyaku. “Sebelumnya tidak pernah. Baru tadi malam dia berani nginap di sini. Itu pun karena ada kamu juga.”Aku membulatkan mulut membentuk O. Setidaknya, aku merasa senang kalau hubungan mereka nyatanya belum terlalu jauh.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 23 - Khitanan Rayyan

    “Oh, ini ... bukan apa-apa. Hanya proposal usaha teman saya,” jawab Pak Ezar. Aku berusaha mencari kejujuran lewat ekspresinya, tapi yang kulihat adalah semburat keraguan di wajahnya.Apakah ada sesuatu yang ditutupi Pak Ezar dariku? “Oh,” lirihku pura-pura percaya.Paling tidak, aku juga sedikit tahu bentuk proposal itu seperti apa? Dan yang dibikin Pak Ezar bentuknya lain, tidak seperti proposal pada umumnya. Apa temannya Pak Ezar punya format khusus saat bikin proposal?Tampak aneh, tapi aku tak akan mendesaknya untuk memberitahuku kebenarannya. Aku sadar posisiku di mana. Aku tak sepenting itu untuk tahu segala hal tentangnya. “Kamu kenapa bangun? Emang perutmu sudah mendingan?” tanya Pak Ezar sembari menutup sedikit laptopnya. Lalu, menatapku sebentar. Aku menyangga kepala di punggung sofa, lalu meliriknya sekilas. “Haus tadi, Pak.”“Hmm. Oh, ya ... skripsimu sudah sampai m

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 24 - Bertemu Adik Ipar

    Dada ini mendadak sesak melihat kedekatan suami dan perempuan muda yang entah datang dari belahan dunia mana?Aku meneguk ludah berkali-kali dengan tatapan yang tak lepas mengamati dua insan yang tengah tertawa-tawa bahagia. Apa Pak Ezar tak memikirkan perasaanku? Istrinya ada di sini, tapi mengapa ia menganggap seperti tak ada. Baru saja tadi malam ia melambungkan harapanku, nyatanya kembali dihempaskan ke dasar bumi. Ah, salahnya juga karena aku terlalu mudah melambungkan harapan setinggi-tingginya pada orang seperti Pak Ezar. Ini belum masuk kategori cemburu, kan? “Sha, lu gak kenal cewek itu siapa?” tanya Mika yang kubalas dengan gelengan. “Labrak gak, nih?” tanya Vina. Setidaknya, aku bisa melihat kilat kekesalan pada kedua bola matanya.“Pliss, jangan cari keributan di sini,” kekeh Mika. “Nah, iya. Nanti kita dipecat Bu Aina karena bikin kegaduhan di acarnya. Gak lucu!” timpalku.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 25 - Gombalan Fadly

    “Tau gak kak? Dia pernah nyuap pihaknya stasiun TV, cuma biar dia yang isi itu salah satu acara di sana.”“Uwah! Mantep mainnya!” “Mantep apaan kek gitu, Kak?”“Mantep stresnya tuh orang.” Aku terkekeh pelan. “Kamu kok bisa tau semua tentang dia? Personilnya lambe turah ya?”“Ya kan sempat trending waktu itu, Kak.”Sungguh, tak bisa dipungkiri jika muka polos dengan segala kelembutannya juga terdapat duri-duri yang menancap sempurna di tubuhnya. Aku sampai tertipu dengan wajah cantik dan polosnya Manda selama ini. Ternyata, hatinya tak begitu mencerminkan kecantikan luarnya. Padahal, aku sempat mengaguminya. Batal, ah! Segala pujian yang sempat terlontar lebih baik kutarik lagi. Ah, intinya sudah lost respect! Tapi, yang masih jadi pertanyaan adalah mengapa Pak Ezar masih menjalin hubungan dengan Manda hingga saat ini? Bukankah Manda sudah menyakitinya? Lalu? Apa lagi

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 26 - Diobati Ayang

    Aku menghempaskan badan tepat di kursi depan meja kerja Mika. Ia yang tengah sibuk bermesraan dengan data-data keuangan tampak kaget dengan kehadiranku tiba-tiba.Ia melihat jam tangannya sekilas, lalu menatapku penuh tanya. “Kenapa lu? Datang-datang kek orang kesurupan. Ini baru jam 1 juga. Lu jadwalnya kan jam 4.”“Mau numpang ngadem di sini.”“Dih, kek gak punya rumah aja lu,” cibir Mika. “Bukannya lu ada jadwal bimbingan hari ini?”“Ada, tapi batal,” cetusku malas.“Kok bisa?”Mika menghentikan aktivitasnya, lalu fokus padaku seakan tahu kalau aku butuh teman untuk bercerita.Ah, aku memang butuh tempat untuk melampiaskan segala unek-unek yang membuat jiwa setengah terpasung. “Gue telat 10 menit nemuin Pak Ezar,” ucapku memonyongkan bibir sambil menopang wajah dengan kedua tangan. BRAK!Aku tersentak saat Mika menggebrak meja. Ia mencondongkan tubuhnya ke arahku. “10 m

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08

Bab terbaru

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 140 - I Love You, Pak Dosen! (END)

    Mas Ezar membawaku ke samping resto yang sepi-sepi orang. Entah ada tujuan apa dia membawaku ke sini? Sudah persis gadis polos mau diperkaos pria hidung belang. “Mas, kenapa dibawa ke sini?” tanyaku mengerucutkan bibir kesal. “Padahal masih pengen nyinyirin si pirang gatal itu.”“Makanya aku bawa ke sini untuk menepi sejenak, Sayang. Jangan nyinyir lagi ya. Yang ada nanti kamu stres kebawa janin kamu juga ikutan stres,” ujar Mas Ezar. Dia menopang tubuh dengan kedua tangannya pada tembok agar tubuh kami tak bersentuhan walau posisinya mengurungku pada tembok. Aku menghela napas panjang. Sengaja mengalihkan pandangan ke arah lain agar terkesan judes. “Kamu kok belain dia, sih?”Mas Ezar menangkup wajahku dan menatap mata ini lekat. “Bukan membela, Sayang. Aku juga gak suka sikap dia tadi, tapi aku gak mau dia nyakitin kamu. Kamu tadi liat? Dia emosi kamu bilangin gatal. Untung gak jambak kamu.”“Aku kan bisa jambak balik,” cici

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 139 - Afgan KW?

    Begitu Bagas telah selesai bernyanyi dan Naila sedikit berlari turun dari panggung, barangkali lupa membawa stok urat malu. Hahaha. Bercanda urat malu!Seketika itu, aku pun terlintas ide untuk merayakan ulang tahun suamiku yang ke-29. Dari kemarin, aku berpikir keras bagaimana mengucapkan agar terkesan romantis dan tidak kaku macam sikapnya saat awal kami menikah. Aku pun naik ke panggung. Bukan untuk goyang ngebor di sana, tapi buat ngambil mic, lalu diskusi sebentar dengan Akang piano. Gak usah penasaran kami diskusi apaan? Intinya, setelah itu aku kembali ke tempat dudukku dengan mic di tangan. Saat ini, aku percaya diri dengan suaraku yang membahana, walau nyatanya seperti suara kodok. Masa bodoh dengan pandangan orang-orang, tapi aku bangga punya suara yang seksi ini, walau tak seseksi orangnya jika hanya berdua dengan Mas Ezar di kamar. Eya!Begitu musik mulai mengalun, aku membuka ponsel dan melihat lirik la

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 138 - Senandung Rembulan

    Belum sempat kusambut uluran tangan Ahsan, Mas Ezar yang entah muncul darimana lebih dulu menyambut tangan duda beranak satu itu. “Kami baik,” katanya sambil menarik pinggangku posesif hingga tubuh ini menabrak tubuhnya. “Duh, pocecip detected,” ucap Kak Akmal pelan. Dia sampai menutup mulut dan menoleh ke arah lain. Ia terlihat susah payah menahan tawanya. Ahsan tersenyum tipis. Barangkali menyadari kecemburuan Mas Ezar padanya. “Maaf ini, Mas, karena datang gak diundang. Cuma ikut-ikutan Kak Akmal,” kekeh Ahsan tak enak hati. “Gak apa-apa. Malah senang kalau banyak yang datang.”Mas Ezar mengulas senyum tipis berlagak sangat ramah. Padahal, kutahu hatinya tengah meradang melihat Ahsan mengulurkan tangannya padaku tadi. Dia pasti mengingat kejadian di pernikahan Vina kemarin, di mana saat itu Ahsan melamarku. Barangkali, sekarang ia tetap takut istrinya masih diincar oleh duduk beranak satu itu.

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 137 - Grand Opening Fadhgam Resto

    “Jangan cantik-cantik, Sayang. Aku takut nanti malah banyak yang naksir kamu di sana.” Lengan kekar Mas Ezar tiba-tiba saja sudah melingkar di perutku. Bahkan, kini hidungnya pun semakin liar menjelajahi leher ini.Ia sesekali memejamkan mata, kulihat dari cermin di hadapan kami..“Kalau aku jelek yang ada nanti kamu malu bersanding denganku. Katanya mau didampingi meresmikan resto,” ujarku masih mengoles tipis-tipis lipstik ke bibir. “Iya, tapi kalau cantiknya kebangetan aku takut kamu digodain laki-laki lain. Kamu gak pake makeup aja aku pede aja gandeng kamu, kok,” tutur Mas Ezar.Dia masih memeluk erat tubuh ini dari belakang. Napasnya yang hangat sesekali menyapu lembut di kulit leherku, aku bisa rasakan itu. “Aku yang malu tampil dengan muka burik tanpa polesan walau tipis, takut kebanting kegantengan Pak Dosen.”"Hmm, ya udah. Ayo kita pergi,” ajak Mas Ezar. Aku mengecek jam tangan, ternyata sudah puk

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 136 - Wanita dan Sepak Bola?

    Sampai di rumah Ayah, aku memutuskan untuk istirahat sebentar. Habis perjalanan jauh dari Jakarta ke Makassar rasanya capek banget.Padahal, tadi di pesawat cuma duduk doang. Tak sedang mencoba goyang ngebor sambil kayang. Mungkin efek hamil juga jadi badan serasa pegal-pegal dari ujung kepala hingga ujung kaki.Entah berapa lama aku istirahat sampai tertidur hingga kembali terbangun saat alarm pengingat meeting berbunyi. Sore ini, aku memang ada meeting online dengan Bu Aina dan para karyawan Aina Fashion. Begitu meeting berakhir, aku keluar kamar dan mendapati Mas Ezar yang sedang main ular tangga dengan Elizha di ruang tengah. ‘Astaga, laki gue mau-mau aja diajak main ular tangga.’Aku tertawa cekikikan melihat wajah Mas Ezar kayak ditekuk bak orang terpaksa. Aku tebak, dia pasti dipaksa nemanin main oleh Elizha. Soalnya, anak itu kalau keinginannya ditolak suka ngambek sampai 7 hari 7 malam. “Udah gede

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 135 - Gak Ada Hidup yang Mulus!

    “Sayang, dia tadi cuma nanya kabar, jangan salah paham, ya.”Nanya kabar? Penting amat gitu tahu kabar suami orang? Mas Ezar langsung duduk di sampingku, tapi aku sengaja tak memedulikan. Terlihat jelas dari gelagatnya kalau dia bingung bagaimana cara menjelaskan keberadaan Manda padaku? Ah, kurasa hatinya sedang gundah gulana, takut aku marah padanya. Kuraih ponsel dan pura-pura sibuk chat-an untuk menambah kesan judes ini. “Zar, Sha ... karena kebetulan kita ketemu di sini ....” ‘Lah, terus kenapa kalau ketemu di sini? Mau kopral sambil kayang?’“Jadi, sekalian aja gue minta maaf dan pamit pada kalian, terkhusus pada lu, Zar,” lanjut Manda.Setidaknya, aku memasang telinga baik-baik untuk lebih memperjelas pendengaran.Benarkah dia minta maaf? ‘Tumbenan banget seorang Manda minta maaf? Gak salah orang gue, kan, ya?’Takutnya aku cuma mimpi dan pas bangun malah ketampa

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 134 - Mika Hidup?

    Sore ini, ketika pulang dari rumah sakit menjenguk Kak Kyra, aku mengajak Mas Ezar untuk ke makamnya Almarhumah Mika.Sebelumnya aku juga sudah janjian dengan Vina untuk bertemu di gerbang masuk pemakaman.Setelah bertemu Vina, kami sama-sama menyusuri makam hingga berhenti di sebuah makam yang di nisannya bertuliskan nama Ditya Diatmika binti Gilang Baskara. Aku dan Vina berjongkok secara bersamaan disusul oleh Mas Ezar dan Kak Akmal yang juga ikut berjongkok di samping kami.Sejurus kemudian, aku dan Vina bergantian menyiram air ke tanah makan, menabur bunga untuk Mika, dan bersama-sama membacakan doa untuknya. “Mika, terima kasih banyak atas semua warna yang pernah lu berikan pada hidup gue. Saat hidup gue suram, lu yang datang dan susah payah menghibur walau mulanya gue gak pernah ngerespons baik kedatangan lu di masa laluJahatnya gue, karena berpikir kalau lu sama pengkhianatnya dengan orang-orang yang gue kenal sebelumny

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 133 - Melongok Baby Sagara

    Aku yang penasaran dengan wujud Baby Boy Kak Ghazaar dan Kak Kyra tak bisa menunggu lama lagi untuk melongoknya. Selesai sarapan dan mandi, aku langsung mengajak Mas Ezar ke rumah sakit. Untungnya, karena dia tak banyak neko-neko. Sampai di rumah sakit, Mas Ezar langsung membuka pintu ruang rawat Kak Kyra hingga perhatian semua orang yang fokus pada Baby Boy beralih ke kami sebentar. “Assalamualaikum,” ucap kami kompak.Di ruangan sudah ada Bunda, Papa, Kak Ghazaar, ibunya Kak Kyra, juga Bu Aina yang tampaknya malah sudah bergegas untuk pulang."Waalaikumsalam,” jawab mereka kompak.“Gak jodoh banget sama ponakan ganteng dan cantik yang satu ini. Giliran mereka datang, Tante mau pulang,” ujar Bu Aina. “Kenapa buru-buru, Bu?” tanyaku. “Mau ke butik. Ada klien yang nungguin di sana.”Kuanggukkan kepala berulang kali tanda mengerti. “Ibu gak ke toko kan?” tanyaku memicing. “Kenapa emang?” tanya wanita berhijab itu menyelidik. “Soalnya Asha bolos,” ucapku jujur, sengaja memasang eks

  • Istri Dadakan si Dosen Tampan   Part 132 - Euforia Wisuda

    Bunda Ola tersenyum tipis, lalu celingak-celinguk seperti sedang mencari sesuatu. “Itu dia orangnya.” Ibu mertuaku itu menunjuk dua orang pria yang kegantengannya tak diragukan lagi tengah berjalan beriringan ke arah kami. “Selamat ya, Nak.” Papa menyodorkan tangan yang langsung kusambut dan mencium punggung tangannya dengan takzim. “Mau lanjut kuliah magister di UNNUS juga, gak?” tanya Papa. Aku terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal. “Nanti dipikir-pikir lagi, Pa. Kalau gak mager, boleh di-gas tanpa rem.”Aku beralih menatap Mas Ezar yang sedari tadi hanya tersenyum tanpa membuka suara. Satu tangannya berada di belakang, entah apa yang disembunyikan itu? Aku berusaha mengintip, tapi pria tampanku itu bergeser seolah tak membiarkanku melihatnya.“Bawa apa, sih?” tanyaku penasaran. Seketika itu, Mas Ezar mengusap-usap kepala ini pelan dan langsung mengeluarkan benda dari balik punggungnya.

DMCA.com Protection Status