"Owh, nona Khatrine kenapa hari ini anda terkesan sombong sekali. Padahal aku datang ke sini sengaja lah, buat memberikan kamu sebuah ucapan selamat atas pencapaian hasil karya desainmu," bisik Melisa yang mendarat tepat di telinga Khatrine. Khatrine yang terlihat sedikit cemas, ia begitu tahu niat apa yang akan dilakukan oleh Melisa, selain minta keuntungan padanya. Tak mau sampai Ervan curiga. Khatrine meraih dan mencekal lengan Melisa, lalu ia mencari alasan untuk pergi di depan Ervan. "Tuan, aku akan mengantar temanku dulu, jadi anda tunggu di sini dulu ya," ucap Khatrine mencari alasan. Ervan yang sedang minum menghabiskan beberapa beberapa botol wine, hanya berdehem dengan kepala yang sudah mulai oleng. Khatrine dengan cepatnya menarik tangan Melisa dan membawanya keluar, dengan emosi yang menggebu-gebu dalam dirinya. "Aaakkkh, lepaskan nona Khatrine apa yang kamu lakukan padaku? kenapa kamu menarik tangan ku dengan kasar!" Melisa tak terima dengan sikap Khatrine yang begi
"Momy! kapan kita pulang dan tinggal bareng sama Daddy lagi?" rengek Ansel begitu merindukan sosok sang ayah. Freya terdiam, saat putra kesayangannya melontarkan sebuah pertanyaan yang sulit untuk dia jawab. Mengingat apa yang di lakukan oleh sang suami yang membuatnya kecewa dan sakit hati karena merasa sudah sangat di bohongi. "Iya Ansel sayang momy, Dady masih sibuk. Jadi sekarang Ansel mau main atau mau makan apa lagi, biar momy belikan," Freya berusaha menghibur Ansel dengan beberapa cara, agar bisa mengalihkan keinginan Ansel Ansel yang tetap terkekeh dengan keinginannya, bocah kecil yang baru berusia lima tahunan tetap tidak mu, meskipun sang momy menawarakan mainan atau makanan padanya. "Ngak mau! Pokonya Ansel pingin ketemu Dady!" rengek Ansel yang perlahan mulai rewel lagi. Tak tega melihat Ansel yang selalu merindukan ayahnya, membuat BI Marni memberanikan diri untuk bertanya pada majikannya. "Nyonya, maafkan bibi jika sudah lancang berbicara, apakah nyonya benar-benar
Freya yang sangat sedih, ia berusaha menahan air matanya. Saat mengingat Dave berjalan mesra dengan Luna. Meskipun ia sangat kecewa dengan kebohongannya namun jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam, rasa cinta itu masih ada dan tak mungkin hilang begitu saja. "Tega kamu mas! kamu munafik sekali katanya tidak suka dengan wanita itu, tapi apa yang aku lihat barusan menyebalkan!" umpat Freya dalam hati, yang terus berjalan menjauhi restauran tempat di mana Dave dan Luna dinner bersama. Raka yang baru sampai, akhirnya dia berhasil menemukan Freya. Setelah mencari-cari dari tadi. "Akhirnya kita bertemu juga denganmu, ada hal penting yang ingin aku perlihatkan padamu Freya," ungkap Raka dengan mode wajah seriusnya. Freya terbuyar dari pemikirannya, lalu berusaha untuk fokus dan menanggapi apa yang di katakan oleh Raka, yang belum membuatnya paham benar. "Hal apa yang ingin kamu bicarakan mas?" tanya Freya begitu penasaran.Raka yang tidak nyaman bicara di tempat terbuka, kini lelaki i
"Ck, kamu ini benar-benar ya Melisa, sudah berapa kali aku memberimu uang tutup mulut untukmu, dan itu jumlahnya tidak sedikit. Mau sampai kapan kamu ingin memeras aku?" tanya Khatrine dengan nada tinggi dan membentak. Melisa menyeringai, saat mendengar pertanyaan Khatrine. Yang seolah dia tidak boleh mengganggu atau mengusiknya lagi "Nona Khatrine, kamu ini merasa sudah rugikan olehku. Padahal yang seharusnya di rugikan oleh hal ini adalah Freya, apa kamu tidak sadar uang yang kamu berikan padaku itu tidak sebanding dengan apa yang saat ini sudah kamu raih, namamu sebagai desainer tiba-tiba saja melonjak dan naik daun, belum lagi banyak royalti yang besar dari hasil penjualan desain yang sudah jadi. Menurutku itu tidak sebanding dengan apa yang sedang kamu dapatkan hari ini, jadi aku minta uangnya lagi," Pinta Melisa dengan penuh penekanan. "Kau! Keterlaluan Melisa..." Baru saja Khatrine ingin memperingatkan Melisa, tapi tiba-tiba saja terdengar suara Ervan yang tengah mabuk itu t
"Kamu benar Raka, kesabaranku sudah habis. Dan aku butuh seseorang untuk membantuku," Geram Freya, baru saja ia ingin menelpon Mandy untuk membicarakan beberapa hal. Beruntung Mandy yang kebetulan selesai belanjanya, tiba-tiba saja ia melihat Freya yang sedang duduk dengan seorang pria yang tidak ia kenal. Tapi rasa penasaran Mandy lebih besar sampai membuat dia memberanikan diri untuk menghampiri. "Freya!" Mendengar seseorang yang memanggil namanya, seketika Freya terdiam dan menoleh ke arah sumber suara yang berada tepat di depannya. Melihat wanita yang dulu senior di tempat ia bekerja. Membuat Freya terkejut bahkan sampai beranjak dari tempat duduknya. "Ka Mandy!" Freya menatap Mandy dengan netra yang berkaca-kaca. Kedua wanita yang bersahabat itu pun sing menatap dan berpelukan setelah satu tahun mereka tidak bertemu. "Freya! aku sangat senang karena ini benar-benar kamu. Satu tahun tidak ada kabar kamu kemana?" Mandy tak kuasa menahan rindunya pada senior yang sudah ia angga
Kediaman Steven Luna terlihat sangat bahagia saat dia dan Dave di suruh untuk memilih beberapa sample kartu undangan pesta pernikahan dan juga contoh dekorasi pestanya, yang akan di laksana dua bulan lagi. "Dave! ayah sangat bahagia, akhirnya kamu patuh dan sadar, karena memang Yumna yang paling cocok untuk menjadi istri dan nyonya di rumah ini," ujar Steven menyanjung calon mantu pilihannya. Mendengar perkataan sang ayah, terkadang Dave sangat kesal dan marah. Tapi dia berusaha untuk tetap mengontrol emosinya, dan berusaha untuk menunjukan kepatuhannya. "Hm, ayah bisa saja," sahut Dave. Sebenarnya jika bukan demi ingin membuktikan jika Luna bukankah wanita baik yang selalu di pikirkan sang ayah, membuat pria berparas tampan itu muak karena harus berpura-pura menyukai wanita licik seperti Luna, tapi demi membuktikan kecurigaannya Dave berusaha untuk bersikap baik dan menurut. "Mas Dave, kamu suka yang mana coba pilihkan?" tanya Luna seraya menatap dalam, walaupun dia hanya di sur
Galaxy Grup Sebuah pesta terlihat begitu mewah dan meriah, Ervan dan Khatrine sengaja mengadakan pesta perayaan untuk merayakan keberhasilan desain yang baru saja mereka produksi dan promosikan sampai angka penjualannya melonjak tinggi. Ervan yang sudah lama menjadi pesaing Dave dalam bisnis fashion, lelaki itu dengan penuh kebanggan mempromosikan produk yang tengah ia buat. Begitu juga dengan Khatrine mereka berdua terlihat kompak saat di wawancarai oleh para paparazi dan awak media lainnya. "Bagaimana pendapat anda tentang dress yang dirancang oleh desainer anda, yang sekarang begitu banyak diminati?" tanya salah satu seorang wartawan pada Ervan. Lalu dengan bangganya Ervan menjawab jika dia begitu beruntung karena memiliki seorang desainer berbakat dan multitalenta seperti Khatrine. Sontak Khatrine yang berdiri saat jumpa pers di samping Ervan, membuat wanita bertubuh sintal dan berpakaian sexy itu terlihat begitu senang dan bahagia, karena akhirnya ia keinginannya bisa tercapa
"Katakan padaku Khatrine, apa yang di katakan orang-orang benar? jawab aku dengan jujur," Hardik Ervan sembari melotot dan memegang bahu Khatrine dengan kedua tangannya. Tubuh Khatrine terlihat sangat gemetar, dan bahkan mulutnya seolah terkunci dan sulit untuk menjawab pertanyaan dari Ervan. "Aa-aku tidak ini tidak yang seperti mereka katakan, ini adalah hasil kemampuan aku!" sanggah Khatrine yang terus berdalih, karena tidak mau jika orang lain tahu semua tentang dirinya.Tentu saja Freya memperlihatkan desainnya asli dirinya, demi meyakinkan apa yang di katakan olehnya itu benar, dan bukan hanya omong kosong belaka saja. "Khatrine! cukup, mau sampai kapan kamu mengelak trus?" Freya begitu kesal, begitu juga Leo yang baru datang. Asisten kepercayaannya Dave itu pun membantu wanita yang sangat di sayangi oleh bosnya dengan menampilkan sebuah bukti rekaman video di saat Melisa mengakui perbuatannya yang telah mencuri desain yang telah di buat oleh adik tirinya sendiri. Semua orang
Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka
Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya
Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan
"Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari
Freya merasa terharu, saat melihat jagoan kecilnya tampak begitu bahagia saat bersama dengan ayah kandungnya. Setelah sekian lama mereka tak bertemu. "Ayo! Dady, berikan bolanya pada Ansel, bial Ansel yang menendangnya," celoteh Ansel, yang tak henti-hentinya bermain dengan Dady kesayangannya. Rasa sesak di dada Freya semakin terasa, saat melihat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, tengah tertawa bahagia bersama. Membuat wanita cantik itu merasa bersalah. "Ansel sangat bahagia, sampai ia menahan rasa sakitnya setelah demam kemarin," Lirih Freya dalam hati. Seraya memegang dadanya dengan tangan kanan. Mengingat Dave yang tinggal beberapa jam lagi akan menikahi wanita lain, membuat Freya rasanya tidak sanggup untuk membayangkan pria yang dulu selalu menyayangi dan memanjakan diri akan di miliki oleh wanita lain untuk seumur hidupnya. "Tidak! ada apa denganmu Freya? bukankah selama ini kamu yang meminta cerai dari mas Dave. Tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri juga y
Dave sangat terkejut, saat melihat satu pesan masuk dari Freya, waktu yang sangat ia cintai dan ia sayangi dengan sepenuhi hati melebihi dari apa pun. "Freya," Dave begitu antusias, dengan cepatnya ia meraih dan membuka sebuah pesan chat dari ponselnya dan...Kedua bola mata Dave membulat saat membaca sebuah pesan yang menohok dari Freya, yang membuat hatinya sedikit sedih. Walaupun dia tahu jika saat ini Freya dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk dan sedang marah besar pada dirinya. "Tuan Dave, yang terhormat. Aku tahu anda saat ini pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan wanita pilihan keluargamu, tapi setidaknya kau sempat waktu untuk melihat putramu yang selalu menangis mencari dirimu," sindir Freya dalam pesannya. Bahkan Dave sangat terkejut, saat melihat foto Ansel yang sedang menangis meraung-raung memanggil namanya, membuat lelaki berparas tampan yang memiliki sejuta pesona itu pun tercengang dan merasa bersalah. "Anssel," Tanpa membuang waktu lagi, D
Setelah pulang dari butik, Freya berjalan dengan tatapan kosong, tubuhnya seolah melayang setelah turun dari taxi. Wanita cantik melewati sebuah taman yang terlihat sepi yang hanya di kunjungi oleh beberapa pasangan kekasih yang ada di sana. Sebagai seorang wanita biasa, Freya tidak bisa memungkiri jika dirinya begitu terpukul saat membaca kartu undangan pernikahan pria yang masih sangat dia cintai. "Kenapa mas Dave, kenapa kamu begitu tega padaku, aku pikir kamu adalah pria yang berbeda dengan pria yang lain, tapi ternyata..." Gumam Freya yang tak sanggup lagi menuntaskan semua perkataannya yang penuh dengan kekecewaan, dengan kenyataan yang adanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihannya, Freya terduduk di kursi taman dalam suasana yang tengah gerimis. Seolah dunia pun ikut merasakan kesedihannya. Apa lagi saat ia juga mengingat saat-saat moment manis saat dia dan Dave melewati hari dengan sangat indah dan kesederhanaan, di mana saat ini tengah Freya rindukan lagi. "Mas Dave!
Tubuh Freya gemetar hebat, saat menerima undangan pernikahan Dave. Padahal jauh dari lubuk hati yang sangat dalam dia masih sangat mencintainya. "Aku gak habis pikir mas ternyata kamu benar-benar akan menikahi wanita itu? kamu bilang kamu tidak mencintai dia tapi sekarang kenapa malah ada undangan pernikahan ini," lirih Freya dalam hati yang sangat tak rela. Mandy dan Raka yang masih duduk saling berhadapan, mereka menyergitkan dahi dan menatap ke arah sahabatnya yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Freya! kenapa malah bengong, siapa pria tadi? dan apa yang sedang kamu pegang itu?" Mandy mencecar Freya dengan beberapa pertanyaan karena merasa sangat penasaran. Freya yang masih bergeming pun, seketika wanita cantik itu terbuyar dari lamunannya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Mandy. "A-aku tidak papa, kalian lanjutkan saja makanya, aku ingin ke toilet dulu," jawab Freya yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicar
Mandy tidak ingin melihat Freya lebih sedih lagi, tanpa membuang waktu lagi mereka berdua segera memasuki butik tempat di mana Freya kembali meniti kariernya. "Wah, ternyata ini butikmu Freya? sungguh sangat besar dan unik sekali, benar-benar hebat. Sekarang kamu bahkan bisa mandiri membangun bisnis dari skill sendiri," sanjung Mandy yang takjub dengan bisnis baru mantan junior yang sekarang menjadi sahabatnya. "Iya, aku juga hanya iseng saja setelah mengetahui kebohongan mas Dave dan perlakuan Hellian yang tidak adil padaku membuat aku tidak ingin lagi menjadi seorang desainer di perusahaan orang lain," lirih Freya dalam hati. Mandy ikut sedih saat mendengar semua perkataan Freya, yang memang sulit untuk di maafkan. Tapi sebagai seorang sahabat dan sesama wanita Mandy tak ingin Freya larut dalam kesedihannya dan dia berusaha untuk tetap menghiburnya. "Sudah jangan bersedih lagi, aku ke sini ingin melihat semua karyamu Freya. Oh ya beberapa hari lagi tuan Dave akan menikah dengan