Freya berjalan mendekati gedung kumuh yang berlantaikan tiga itu, sungguh ia begitu penasaran siapa sebenarnya orang yang sengaja membawa putranya hanya untuk sebuah tawanan. Tak ingin sampai terjadi sesuatu pada Ansel, Freya menelpon kembali pada wanita misterius yang menyuruhnya untuk datang itu. Panggilan terhubung.."Aku sudah berada di depan pintu, sekarang apa yang kau inginkan dariku? dan cepat lepaskan anakku," ucap Freya dengan permintaannya yang sangat cemas dan panik. "Heh! Bagus, sekarang kau masuk. Lalu ikuti orangku. Karena mereka akan membawamu di hadapanku cepat! kalau tidak lihatlah video anakmu yang sedang menangis ini," ancam Luna sembari mengirimkan video Ansel yang sedang menangis sembari memanggil-manggil momynya. Freya tercengang, saat melihat putranya kesayanganya yang terlihat begitu ketakutan. Hatinya begitu geram mengingat orang misterius yang tiba-tiba saja menargetkan dia dan putranya tanpa tahu alasan yang jelas. "Benar-benar keterlaluan orang ini, ra
"Cepat! Kenapa malah bengong, tanda tangani berkas dan surat ceraimu. Karena kau mas Dave masih belum menikahi aku, jika kamu masih ingin putramu kembali maka turuti semua keinginanku, jika tidak maka jangan salahkan aku jika anakmu yang akan menanggung kesalahanmu," ancam Luna sembari menyangkup kasar dagu Freya. Freya menggelengkan kepal, sungguh ia tidak menyangka jika wanita yang ada di depannya itu begitu kasar dan jahat. Sampai-sampai menekan dan mengintimidasi dirinya. "Heh, aku pikir nona Luna itu wanita yang lembut dan berkelas tapi tidak di sangka. Hanya karena aku pernah menjadi bagian hidup dari mas Dave kamu sampai begitu ketakutan," ucap Freya tersenyum getir. Mendengar perkataan Freya, darah Luna semakin mendidih dan semakin geram. Karena seolah Freya¹ menertawakan dirinya. "Diam kau! kau hanya perlu melakukan yang aku suruh, dan tidak ada yang mengijinkan mu untuk berbicara atau mengomentari dirimu," bentak Luna sembari melempar berkas tepat di wajah Freya. Freya
Dave menepis tangan Luna saat wanita itu memohon, agar dia mau tetap melanjutkan perjodohan yang telah di rencanakan oleh kedua orang tua mereka. "Berhenti bersandiwara, aku muak denganmu Luna, apa dengan menggunakan putraku sebagai tawananmu, aku akan berbaik hati dan luluh padamu? jangan mimpi," bentak Dave, lalu menyuruh semua orang-orangnya segera membawa Ansel yang di tahan oleh para pria bayaran Luna.Leo dan yang lainnya segera membagi tugas, selain memberi pelajaran pada orang-orang Luna, mereka juga segera membawa Ansel. Freya tidak menyangka jika Dave, akan datang menyusul dirinya. Hatinya merasa campur aduk. Antara senang dan sedih. "Ansel! sayang sini nak," Freya segera melentangkan kedua tangannya. Saat Leo berhasil membawa putra sang bos. "Momy...Ansel takut," tangis Ansel memeluk sang momy dengan erat. "Tidak papa sayang, sekarang momy ada di sini," Freya berusaha menenangkan putranya. Melihat putranya yang begitu ketakutan, membuat Dave tidak bisa lagi mentolerir
Melisa dan nyonya Margaretha terkejut, saat melihat suara berita yang tengah mewawancarai perusahaan Ervan yang saat ini sedang mempromosikan produk rancangan terbaru mereka, yang mengatasnamakan desain Khatrine. "Bu, ternyata nona Khatrine memakai Desain Freya, dan pencapaian pasarnya cukup lumayan juga. Enak sekali dia dapat untuk banyak," Melisa menggerutu saat melihat Khatrine yang begitu terlihat mendapatkan sebuah keuntungan. "Kau benar sayang, padahal tanpa Desain yang kamu berikan mana bisa nona Khatrine seperti sekarang ini. Bagaimana jika sekarang kita memeras dia saja lagi, bagaimana pun juga kamu sudah memberikan rancangan gadis itu, jadi susah sepatutnya nona Khatrine memberikan upah lagi pada kita, kalau tidak kita buat ancaman saja," ujar Margaretha mengusulkan. Seketika Melisa mencerna dan memikirkan semua perkataan sang ibu. Yang menurutnya ada benarnya juga. "Ibu benar, besok aku akan menemui nona Khatrine. Enak sekali dia menikmati hasil sumber karya Freya. Seda
Melisa mengerucutkan bibirnya, saat Leo menolak tawaran baiknya. Padahal wanita itu baru sadar jika asisten kepercayaanya itu cukup tampan dan juga mempesona. "Huh! menyebalkan, kenapa dia dingin banget sama aku? Padahal aku juga sudah cantik begini malah di cuekin," Melisa menggerutu, seraya mengepalkan kedua tangannya. Lalu ia kembali masuk ke dalam rumahnya, setelah Leo pergi dari rumahnya. Melihat Freya yang kembali pulang, Melisa kembali mencibir adik tirinya kembali. "Ck, ku kira kamu gak akan pulang lagi ke rumah ini Freya, eh tahunya balik lagi," sindir Melisa seraya memutar kedua bola mata malasnya. Freya dan tuan Hermawan pun melirik ke arah Melisa. "Melisa, cukup. Freya juga putri ayah jadi kamu jangan seperti itu. Karena bagaimana pun juga Freya adalah pewaris utama di keluarga ini," celetuk tuan Hermawan dengan spontan. Tentu aja Melisa dan Margaretha terkejut, saat mendengar perkataan tuan Hermawan. "Jadi maksud ayah, kami ini bukan apa-apa begitu?" Tanya Maragre
Dave terlihat kesal, saat melihat trik licik Luna yang terus menghalalkan segala cara untuk memaksa dirinya untuk melanjutkan pernikahan yang sudah di rencanakan oleh sang ayah. Lelaki tampan itu berusaha untuk menghubungi sang ayah. Namun nihil tidak panggilannya tidak bisa di jangkau."Ck, sial. Kenapa ayah tidak mengangkat telponku," geram Dave yang terlihat sangat cemas, mengingat ayahnya yang masih berada dengan tuan Edward. Bahkan Dave mulai berusaha keras untuk mencari jalan keluar, saat Luna bermain licik padanya. Dengan menggunakan sang ayah sebagai ancaman dan kelemahan dirinya. Ketika Dave tengah kalut dengan keputusan apa yang harus dia ambil, tiba-tiba saja Leo datang dan memberikan kabar atas semua perintah yang telah dia lakukan. "Tuan, saya sudah mengantarkan nona Freya ke rumah ayahnya. Apa sekarang kita akan pergi menyusul tuan besar?" tanya Leo yang masih setia menantikan perintah tuannya. Dave yang tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan untuk berusaha me
Dave yang tidak terima saat melihat Khatrine, yang begitu banyak mencuri perhatian pada konsumen fashion membuat dia merasa kesal karena dirinya masih ingat jelas, Jika produk brand yang baru saja di lauchingkan oleh perusahan saingannya yang tak lain Ervan. "Leo! aku ingin kamu menyelidiki semuanya. Bisa-bisanya mereka menikmati jerih payah hasil keringat orang," geram Dave yang begitu kesal. "Baik tuan, saya akan segera menyelidikinya," Leo me membungkukkan badan, lalu segera undur diri. Dave masih berdiri mematung di depan jendela besar, perlahan ia mulai mencerna perkataan sang asisten kepercayaannya. "Apa aku harus melakukan hal itu? tapi bagaimana jika Freya malah semakin membenciku? aku tidak ingin itu," Dave terlihat bimbang. Di sisi lain ia tak tega melihat nyawa ayahnya yang sedang dalam bahaya. Tapi Dave juga tidak ingin jika Freya lebih membenci ku," geram Dave, merebahkan diri tepat di kursi kebesarannya. ***Di saat yang sama, Freya yang yang sedikit bosan di rumah.
Setelah Merry pergi memberikan kartu nama padanya, Freya segera menyimpan untuk menghargai niat baik sahabat lamanya itu. Mengingat beberapa kali semua orang yang sangat Freya percaya, malah hanya membuat luka di dalam hati.Freya dejavu, ia mengingat jelas perlakuan Hellian yang hanya memanfaatkannya demi membuat Khatrine lebih unggul darinya. Dan lebih sakit lagi saat ini malah Freya merasa di manfaatkan juga oleh Dave, demi mendekati dirinya Dave rela membuat identitas palsu, sampai berakhir di malam itu. "Hm, sudahlah. Jika mengingat mereka berdua membuatku badmood, lebih baik aku membawa main Ansel dulu, selagi ada waktu sengang," Freya beranjak dari meja restaurant itu lalu berusaha menyusul Ansel yang sedang bersama dengan pengasuhnya. Baru saja Freya keluar dari restaurant yang ada di mall itu, tiba-tiba seseorang memanggil dirinya. "Freya! sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana kabarmu?" Langkah Freya terhenti, perlahan wanita cantik itu memutar badan dan menoleh ke ar
Satu hari kemudian, Di sebuah gedung besar dan mewah terlihat dekorasi pernikahan yang sangat mewah, semua para pelayan tengah sibuk menyambut para tamu yang sudah berlalu lalang menghadiri pesta. Hari ini Luna sangat bahagia karena akhirnya rencana tinggal satu langkah lagi akan berhasil, selain akan menyandang status sebagai nyonya Dave, ia juga sudah tak sabar ingin segera mewujudkan keinginan ayahnya. "Akhirnya Dave mau menikah denganku, semua teman-temanku pasti sangat iri karena aku berhasil menaklukkan seorang CEO terkaya dan tertampan di seluruh kota," Racau Luna dalam hati sembari tersenyum miring. Saat masih duduk di meja rias. Kedua tenaga MUA pun memuji dirinya yang terlihat cantik. "Wah, nona Luna sangat cantik sekali dengan gaun pengantin ini," kata kedua MUA itu memuji Luna. "Heh, tentu saja aku sangat cantik. Dan lagi pula tidak ada wanita lain yang pantas menjadi istri Dave selain aku," Luna mengangkat wajah dengan penuh kesombongan diri. Kedua wanita itu seseka
Dave melepaskan tangan Luna, dengan emosi yang terus dia tahan. Mengingat wanita yang ada di depannya itu yang sangat licik dan penuh dengan sebuah obsesi. "Bagaimana gaun pengantinku ini? bagus tidak mas?" Luna melontarkan pertanyaan untuk yang kedua kalinya berharap Dave akan terpesona dengan kecantikan dirinya. "Hm, lumayan juga. Aku sangat lelah dan ingin beristirahat dulu," Dave sengaja menghindar. Tentu saja Luna terlihat sangat kecewa. "Tapi mas, kamu juga harus mencoba tuxedo juga aku ingin melihatnya," Pinta Luna penuh harap. Tapi Dave tidak menggubrisnya dan malah berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai atas. Luna mendengus kesal, saat melihat sikap Dave yang sama sekali belum berubah padahal mereka akan menikah beberapa jam lagi. "Sial! kenapa dia terus tidak memandangku? tapi aku tidak peduli. Yang jelas sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Dave dan kekayaan keluarga Wijaya sebentar lagi bisa berada di dalam kendaliku," geram Luna dalam hati dengan penuh keya
Freya masih bergeming, memang semua perkataan Dave ada benarnya. Seharusnya dia senang saat semua perkataan pria yang ada di depannya itu memang ada benarnya. Tapi jauh dari lubuk hatinya. Wanita cantik itu seolah tidak rela saat membayangkan Dave bersama dengan wanita lain. "Besok aku akan menikah, jadi jika berkenan kamu boleh menghadiri pesta. Mengenai putra kita jangan khawatir Ansel tetaplah putraku dan ikutan darah tidak akan pernah bisa terpisahkan," ungkap Dave lalu ia pergi. Freya menggelengkan kepala, saat melihat Dave pergi begitu saja tanpa menoleh padanya lagi, ingin Freya memanggil dan mengatakan agar Dave tidak pergi, tapi entah kenapa bibirnya seah terkunci. "Kenapa! kenapa hatiku terasa sangat sakit, aku tidak bisa membayangkan dia bersanding dengan wanita lain," Freya menggerutu dalam hati. Dave dengan langkah yang berat, dia seolah tak tega saat melihat kesedihan yang terpancar di wajah wanita yang sangat dia cintai. Tapi demi meyakinkan sang ayah. Lelaki tampan
"Apa yang ingin kau bicarakan nyonya Margaretha?" tanya Dave menatap tajam pada ibu tiri Freya. Margaretha yang sedikit ragu pun mulai mengatakan permintaannya. Berharap Dave mau mengabulkan. "Tuan Dave, maafkan saya karena telah lancang, tapi saya hanya ingin memohon tolong cabut laporan anda untuk Melisa. Putri ibu hanya terhasut oleh Khatrine yang menyuruhnya untuk mencuri desain milik Freya, Tante mohon bagaimana pun juga kita pernah menjadi satu keluarga, jadi tolong bebaskan Melisa," Margaretha memohon dengan netra yang berkaca-kaca. Mengingat perlakuan ibu tirinya pada Freya, membuat Dave enggan untuk menanggapi permintaan wanita paruh baya itu "Hm, maaf tante. Melisa sudah berbuat yang melanggar hukum. Jadi mau tidak mau dia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Dan bukankah Tante juga sudah memakan uang dari Khatrine," Sindir Dave, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan nyonya Margaretha. Dan kembali berjalan menuju ke kamar Freya, yang berada tidak jauh dari
Freya merasa terharu, saat melihat jagoan kecilnya tampak begitu bahagia saat bersama dengan ayah kandungnya. Setelah sekian lama mereka tak bertemu. "Ayo! Dady, berikan bolanya pada Ansel, bial Ansel yang menendangnya," celoteh Ansel, yang tak henti-hentinya bermain dengan Dady kesayangannya. Rasa sesak di dada Freya semakin terasa, saat melihat kedua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, tengah tertawa bahagia bersama. Membuat wanita cantik itu merasa bersalah. "Ansel sangat bahagia, sampai ia menahan rasa sakitnya setelah demam kemarin," Lirih Freya dalam hati. Seraya memegang dadanya dengan tangan kanan. Mengingat Dave yang tinggal beberapa jam lagi akan menikahi wanita lain, membuat Freya rasanya tidak sanggup untuk membayangkan pria yang dulu selalu menyayangi dan memanjakan diri akan di miliki oleh wanita lain untuk seumur hidupnya. "Tidak! ada apa denganmu Freya? bukankah selama ini kamu yang meminta cerai dari mas Dave. Tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri juga y
Dave sangat terkejut, saat melihat satu pesan masuk dari Freya, waktu yang sangat ia cintai dan ia sayangi dengan sepenuhi hati melebihi dari apa pun. "Freya," Dave begitu antusias, dengan cepatnya ia meraih dan membuka sebuah pesan chat dari ponselnya dan...Kedua bola mata Dave membulat saat membaca sebuah pesan yang menohok dari Freya, yang membuat hatinya sedikit sedih. Walaupun dia tahu jika saat ini Freya dalam keadaan suasana hati yang sangat buruk dan sedang marah besar pada dirinya. "Tuan Dave, yang terhormat. Aku tahu anda saat ini pasti sedang sibuk mempersiapkan pernikahanmu dengan wanita pilihan keluargamu, tapi setidaknya kau sempat waktu untuk melihat putramu yang selalu menangis mencari dirimu," sindir Freya dalam pesannya. Bahkan Dave sangat terkejut, saat melihat foto Ansel yang sedang menangis meraung-raung memanggil namanya, membuat lelaki berparas tampan yang memiliki sejuta pesona itu pun tercengang dan merasa bersalah. "Anssel," Tanpa membuang waktu lagi, D
Setelah pulang dari butik, Freya berjalan dengan tatapan kosong, tubuhnya seolah melayang setelah turun dari taxi. Wanita cantik melewati sebuah taman yang terlihat sepi yang hanya di kunjungi oleh beberapa pasangan kekasih yang ada di sana. Sebagai seorang wanita biasa, Freya tidak bisa memungkiri jika dirinya begitu terpukul saat membaca kartu undangan pernikahan pria yang masih sangat dia cintai. "Kenapa mas Dave, kenapa kamu begitu tega padaku, aku pikir kamu adalah pria yang berbeda dengan pria yang lain, tapi ternyata..." Gumam Freya yang tak sanggup lagi menuntaskan semua perkataannya yang penuh dengan kekecewaan, dengan kenyataan yang adanya. Tak ingin orang lain melihat kesedihannya, Freya terduduk di kursi taman dalam suasana yang tengah gerimis. Seolah dunia pun ikut merasakan kesedihannya. Apa lagi saat ia juga mengingat saat-saat moment manis saat dia dan Dave melewati hari dengan sangat indah dan kesederhanaan, di mana saat ini tengah Freya rindukan lagi. "Mas Dave!
Tubuh Freya gemetar hebat, saat menerima undangan pernikahan Dave. Padahal jauh dari lubuk hati yang sangat dalam dia masih sangat mencintainya. "Aku gak habis pikir mas ternyata kamu benar-benar akan menikahi wanita itu? kamu bilang kamu tidak mencintai dia tapi sekarang kenapa malah ada undangan pernikahan ini," lirih Freya dalam hati yang sangat tak rela. Mandy dan Raka yang masih duduk saling berhadapan, mereka menyergitkan dahi dan menatap ke arah sahabatnya yang masih berdiri mematung di depan pintu. "Freya! kenapa malah bengong, siapa pria tadi? dan apa yang sedang kamu pegang itu?" Mandy mencecar Freya dengan beberapa pertanyaan karena merasa sangat penasaran. Freya yang masih bergeming pun, seketika wanita cantik itu terbuyar dari lamunannya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Mandy. "A-aku tidak papa, kalian lanjutkan saja makanya, aku ingin ke toilet dulu," jawab Freya yang berusaha untuk mengalihkan topik pembicar
Mandy tidak ingin melihat Freya lebih sedih lagi, tanpa membuang waktu lagi mereka berdua segera memasuki butik tempat di mana Freya kembali meniti kariernya. "Wah, ternyata ini butikmu Freya? sungguh sangat besar dan unik sekali, benar-benar hebat. Sekarang kamu bahkan bisa mandiri membangun bisnis dari skill sendiri," sanjung Mandy yang takjub dengan bisnis baru mantan junior yang sekarang menjadi sahabatnya. "Iya, aku juga hanya iseng saja setelah mengetahui kebohongan mas Dave dan perlakuan Hellian yang tidak adil padaku membuat aku tidak ingin lagi menjadi seorang desainer di perusahaan orang lain," lirih Freya dalam hati. Mandy ikut sedih saat mendengar semua perkataan Freya, yang memang sulit untuk di maafkan. Tapi sebagai seorang sahabat dan sesama wanita Mandy tak ingin Freya larut dalam kesedihannya dan dia berusaha untuk tetap menghiburnya. "Sudah jangan bersedih lagi, aku ke sini ingin melihat semua karyamu Freya. Oh ya beberapa hari lagi tuan Dave akan menikah dengan