Erlan menatap Gerald dengan sengit. Sementara pria yang ditatap tampak santai tersenyum ke arah Erlan. Sehingga membuat Erlan semakin menggeram kesal.“Alyn, bagaimana kondisimu?” tanya Gerald bahkan mengabaikan Erlan.Tentu saja Erlan tak suka. Pria itu naik pitam dan ingin sekali menghajar pria yang kini berjalan mendekati istrinya. Namun, ia tahan ketika menyadari ada Gempi di sana.Pria itu tak ingin anaknya tercemar dengan kelakuannya. “Benar-benar tidak punya adab. Kau bahkan mengabaikanku!” Erlan tersenyum sinis membuat Alyn yang menyadari kemarahan sang suami pun bingung. Wanita itu lantas tersenyum rikuh lalu mengangguk. “Aku baik-baik saja.” “Syukurlah. Aku sangat khawatir ketika melihat alergimu kambuh. Jadi teringat hal yang sama waktu itu.”Alyn semakin tak enak. Terlebih ketika menyadari Erlan yang mengepalkan tangannya. Sehingga wanita itu dengan segera meraih tangan Erlan lalu mengusapnya.“Em … Gerald, aku minta maaf. Tapi apa sebaiknya kau keluar? Aku ingin istir
“Eugh ….” Alyn melenguh lirih, membuat Erlan yang setia menunggu pun lekas berdiri. Pria itu berjalan menghampiri Alyn yang baru saja membuka mata.“Mas,” ucap Alyn pelan. “Gempi ke mana?” sambungnya ketika tak melihat anak sambungnya di kamar tersebut.“Gempi sudah pulang bersama mama.”Refleks Alyn mengerutkan keningnya. “Mama ke mari?”“Hemm, tadi siang, saat kau sedang tidur.” Kembali Alyn mengerutkan keningnya begitu mendengar ucapan Erlan. Setelahnya ia melihat ke arah jendela yang menampakan langit malam. “Sudah malam!” Alyn cukup terkejut karena tak menyangka jika ia tidur lumayan lama. “Yeah, kau tidur seperti kerbau!” Wajah Alyn langsung merah. Ia menunduk lalu berkata, “Maaf.” “Ck! Tidak perlu minta maaf. Lebih baik sekarang kau makan. Makanannya bahkan sudah hampir dingin,” ujar Erlan berniat mengambil nampan berisi makanan yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit. Namun, dengan segera Alyn menahannya. “Biar aku yang mengambilnya, Mas.” “Kau sedang sakit!” Wan
Kondisi Alyn semakin membaik. Bahkan dokter yang memeriksa di pagi hari pun sudah menyatakan jika Alyn diperbolehkan pulang siang ini. Sehingga kini Alyn yang dibantu Erlan bersiap pulang. “Selamat siang, Tuan.” Tiab-tiba saja seorang wanita masuk ke kamar rawat inap Alyn, membuat Alyn dan Erlan langsung mengalihkan perhatiannya.“Mona, apa yang kau lakukan di sini?” Erlan cukup terkejut dengan kehadiran Mona yang tak mengonfirmasi sebelumnya akan datang.“Mohon maaf, Tuan, saya sudah lancang. Tapi saya ke mari untuk memberitahu hal yang sangat penting,” ujar Mona dengan senyumnya yang selalu menggoda.Bahkan Alyn sekalipun cukup terpana dengan senyuman menggoda Mona. Terlebih dengan pakaian seksi yang wanita itu pakai. Membuat Alyn entah kenapa merasa tak nyaman.“Katakan,” perintah Erlan membuat Mona mendekat.Jalannya yang lengak-lenggok membuat Alyn makin tak nyaman. Ia melirik ke arah Erlan yang menatap Mona dengan datar.“Sebelumnya saya sudah menghubungi Anda, Tuan. Tapi Anda
Ucapan Gian terngiang-ngiang di benak Alyn. Membuat wanita itu jadi tak fokus. Hingga mendapatkan teguran dari Erlan.“Sejak tadi aku melihatmu terus melamun. Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan?” Erlan menatap Alyn dengan penuh curiga. Sementara yang ditatap nampak tergagap.“T-tidak ada yang aku pikirkan, Mas.”Erlan mendengus kesal. “Jangan berbohong! Aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu. Katakan padaku,” cetusnya. “Aku—”“Sepertinya kau sedang memikirkan Gerald!” ujar Erlan kemudian memotong ucapan Alyn.Sontak Alyn langsung melebarkan matanya. Wanita itu menggeleng dengan cepat untuk menyangkal tuduhan Erlan yang tak berdasar.“Mas, kenapa menuduhku seperti itu? Aku sama sekali tidak memikirkan dia,” ujar Alyn berkata jujur.Namun, Erlan tak akan percaya begitu saja jika Alyn tidak mengatakan yang sebenarnya. “Lalu apa yang kau pikirkan?” tanya Pria itu menantang.Entah kenapa semenjak kejadian di sekolah membuat Erlan jadi curigaan terus kepada Alyn. Pria itu bahkan menud
Sudah berjalan sekitar dua minggu Alyn dipindah tugaskan. Selama itu pula tak banyak yang terjadi antara hubungan Alyn dan Erlan. Pria itu masih bersikap ketus kepada Alyn. Sehingga membuat wanita itu kadang kala merasa jenuh.“Apa yang kau pikirkan, Alyn?” Cleo menatap temanya dengan heran ketika ia melihat Alyn yang tampak melamun.Mendesah pelan, Alyn lantas menggeleng. “Tidak ada.” Cleo lantas memincingkan matanya–menatap Alyn dengan penuh selidik. “Jangan berbohong. Aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu!” Alyn lantas mendengus pelan karena Cleo masih bisa menebaknya. “Ck! Kau seperti cenayang.” “Hahaha….” Cleo tertawa ringan mendengarnya. “Jadi katakan apa yang membuatmu murung,” sambungnya setelah berhenti Tertawa. “Ini tentang suamiku,” ujar Alyn dengan tubuh yang lesu.“Sudah kuduga!” cetus Cleo sambil menjentikkan jarinya. “Jadi, apa dia masih bersikap dingin padamu?” “Yeah, dan sepertinya akan selalu seperti itu.” “Ck! Aku jadi kesal dengan pria itu. Bisa-bisanya dia
Sam yang merasa kewalahan lantas menggendong Alyn dengan susah payah. Bukan ia tak kuat menggendong tubuh Alyn yang tinggi semampai, tetapi tangan nakal Alyn membuat pria itu harus menahan diri. "Alyn, aku tahu kau mabuk. Tapi ini sudah berlebihan," ujar Sam menyingkirkan tangan Alyn yang merayap pada dadanya dengan lembut. Tentu saja sebagai pria normal ia merasa tertantang. Sehingga ketika di kamar, Sam menjatuhkan Alyn di ranjang dengan segera. Membuat rok yang dikenakan Alyn tersingkap dan menampilkan paha mulus wanita itu. "Alyn, aku mencintaimu." Kabut gairah sudah menghiasi mata Sam. Pria itu sudah tak dapat berpikir dengan jernih jika wanita yang berada dalam kukungannya merupakan wanita bersuami. Rasa cintanya kepada Alyn juga sikap Alyn yang menantangnya dengan mengalungkan kedua tangan pada lehernya pun membuat Sam menyingkirkan semua resiko yang akan di hadapi. Karena yang terpikir sekarang hanyalah membuktikan rasa cintanya kepada Alyn yang ia pendam sejak lama.
Masuk ke kamar, Alyn langsung menangis tersedu-sedu. Rasa perih di tubuh tidak sebanding dengan sakit yang ia rasakan di hati. Sungguh, Alyn tidak menyangka jika Erlan akan berbuat sedemikian rupa untuk menyakiti hatinya. Ia tahu dan sadar diri jika dirinya tak akan bisa menggantikan Gimma--mendiang istri Erlan. Wanita itu hanya berharap sedikit perhatian dan perlakuan dari Erlan. Karena bagaimanapun, sekarang ia sudah menjadi istrinya. "Sakit ...," lirih Alyn membuat Cleo yang tertidur pulas terbangun. Teman dari Alyn itu mengerutkan keningnya ketika melihat temannya itu tengah menangis. Sehingga dengan kepala yang sakit, Cleo mendekat. "Alyn, apa yang terjadi?" tanya Cleo menatap Alyn dengan iba. Menggeleg pelan, Alyn tak mampu berkata-kata untuk saat ini. Ia hanya ingin menangis, dan terus menangis--melampiaskan kesedihannya yang merundung. Semetara Cleo yang melihat Alyn menggeleng pun tak bertanya lagi. Ia memilih menarik Alyn ke dalam pelukannya kemudian mene
Mencoba menghindar, Alyn memilih langsung memalingkan muka. Wanita itu lekas pergi ke kabin karena tugasnya digantikan oleh temannya yang lain. "Alyn, ada apa dengan wajahmu?" Cleo mengerutkan keningnya ketika melihat wajah temannya yang tampak pucat. "Ada Mas Erlan di luar," jawab Alyn dengan suara yang terdengar bergetar--menahan tangis. Jujur, sikap yang Erlan lakukan kemarin malam masih membekas dalam ingatan Alyn. Hal itu jelas membuat Alyn belum siap andai bertemu dengan Erlan. Namun, entah takdir baik atau bukan ... tetapi yang pasti Alyn tidak menyangka jika Erlan juga menggunakan penerbangan yang sama. Membuat mereka berada dalam satu pesawat yang sama. "Apa?" Cleo melebarkan matanya begitu mendengar ucapan Alyn. "Suamimu ada di sini juga?" sambungnya. "Hemm." Alyn membalas dengan anggukan saja. Mendesah pelan, Cleo lantas menatap Alyn dengan iba. Sementara tangannya bergerak menyentuh kedua pundak Alyn lalu menuntunnya agar duduk. "Kau tunggulah di sini, aku akan amb