Acara dimulai dengan pembukaan, setelahnya dilakukan permainan yang berkelompok. Sehingga kini, Alyn tengah mendampingi Gempi yang tengah melakukan lomba mewarnai.“Mama, punyaku keluar garis.” Gempi merengek ketika sedang mewarnai dan krayon yang digunakan melewati garis gambar. “Tidak apa-apa. Tidak masalah jika hanya keluar garis, masih tetap rapih. Ayo selesaikan, tinggal sedikit lagi!” Wanita cantik dengan pakaian kasual itu menenangkan anak sambungnya dengan lembut. Sehingga Gempi pun tak lagi sedih dan kembali melanjutkan kegiatannya. Melihat interaksi Alyn dan Gempi lantas berhasil membuat Erlan tanpa sadar tersenyum tipis. Dalam hati pria itu merasa bersyukur karena meski Gimma telah meninggal, tetapi kini ada Alyn yang memberi kasih sayang seorang ibu untuk anaknya. Sehingga Gempi tak kekurangan kasih sayang. Tak jauh dari tempat Erlan, sepasang mata juga memperhatikan Alyn. Tak ada yang menyadari itu, sekalipun Alyn yang diperhatikan sejak tadi. “Waktunya habis!” Tiba-t
“Mas, maaf … ada sedikit sisa es krim di pipimu.” Ragu-ragu Alyn mengulurkan tangan ketika es krim sudah habis.“Kalau begitu bersihkan,” perintah Erlan sedikit memajukan wajahnya dengan sengaja. Sehingga Alyn lebih mudah ketika membersihkan sisi bibir Erlan yang sedikit cemong. “Sudah,” ucap Alyn menarik tangannya dengan segera.Erlan mengangguk saja kemudian melirik ke arah Gerald yang langsung memalingkan wajahnya. Hal itu lantas membuat Erlan tersenyum sinis.“Kita ke lapang, sebentar lagi nama kita akan dipanggil.” Dengan masih menggendong Gempi, Erlan mengajak Alyn untuk pergi dari sana.“Iya, Mas.” Alyn menyetujui karena memang takut jika nama mereka dipanggil untuk melakukan lomba selanjutnya.Benar saja, begitu tiba di lapang … nama mereka dipanggil untuk melakukan lomba memindahkan bola ke ember. Sehingga mereka yang dipanggil langsung bersiap. Gempi yang akan memasangkan bola kecil di antara kening Erlan dan Alyn, kemudian mereka berjalan untuk memasukan bola tersebut ke
Dengan kecepatan tinggi Erlan melajukan mobil. Pria itu sesekali menoleh ke arah Alyn yang sudah tak sadarkan diri. Sementara di belakang ada Gempi yang menangis histeris. Sehingga membuat Erlan semakin panik. “Papa, aku tidak ingin kehilangan mama.” Gempi merengek dengan mata yang basah. Tak menyahut, Erlan yang juga merasa takut pun memilih terus fokus melihat ke depan. Hingga akhirnya mereka tiba di rumah sakit. Segera Erlan turun dari mobil yang langsung disusul Gempi. Pria itu menggendong Alyn kembali membawanya masuk. “Tolong istriku. Dia terkena alergi!” teriak Erlan membuat tenaga medis langsung menangani. Alyn ditidurkan di brankar kemudian dibawa ke ruang tindakan. Sementara Erlan dilarang masuk. Sehingga hanya bisa menunggu di luar dengan memeluk Gempi yang masih saja menangis. “Papa, mama bagaimana? Aku takut.” Tangis Gempi semakin menjadi/ Gadis manis itu bahkan berniat menorobos masuk karena ingin bersama dengan Alyn. Beruntung Erlan dapat menahannya.
Erlan menatap Gerald dengan sengit. Sementara pria yang ditatap tampak santai tersenyum ke arah Erlan. Sehingga membuat Erlan semakin menggeram kesal.“Alyn, bagaimana kondisimu?” tanya Gerald bahkan mengabaikan Erlan.Tentu saja Erlan tak suka. Pria itu naik pitam dan ingin sekali menghajar pria yang kini berjalan mendekati istrinya. Namun, ia tahan ketika menyadari ada Gempi di sana.Pria itu tak ingin anaknya tercemar dengan kelakuannya. “Benar-benar tidak punya adab. Kau bahkan mengabaikanku!” Erlan tersenyum sinis membuat Alyn yang menyadari kemarahan sang suami pun bingung. Wanita itu lantas tersenyum rikuh lalu mengangguk. “Aku baik-baik saja.” “Syukurlah. Aku sangat khawatir ketika melihat alergimu kambuh. Jadi teringat hal yang sama waktu itu.”Alyn semakin tak enak. Terlebih ketika menyadari Erlan yang mengepalkan tangannya. Sehingga wanita itu dengan segera meraih tangan Erlan lalu mengusapnya.“Em … Gerald, aku minta maaf. Tapi apa sebaiknya kau keluar? Aku ingin istir
“Eugh ….” Alyn melenguh lirih, membuat Erlan yang setia menunggu pun lekas berdiri. Pria itu berjalan menghampiri Alyn yang baru saja membuka mata.“Mas,” ucap Alyn pelan. “Gempi ke mana?” sambungnya ketika tak melihat anak sambungnya di kamar tersebut.“Gempi sudah pulang bersama mama.”Refleks Alyn mengerutkan keningnya. “Mama ke mari?”“Hemm, tadi siang, saat kau sedang tidur.” Kembali Alyn mengerutkan keningnya begitu mendengar ucapan Erlan. Setelahnya ia melihat ke arah jendela yang menampakan langit malam. “Sudah malam!” Alyn cukup terkejut karena tak menyangka jika ia tidur lumayan lama. “Yeah, kau tidur seperti kerbau!” Wajah Alyn langsung merah. Ia menunduk lalu berkata, “Maaf.” “Ck! Tidak perlu minta maaf. Lebih baik sekarang kau makan. Makanannya bahkan sudah hampir dingin,” ujar Erlan berniat mengambil nampan berisi makanan yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit. Namun, dengan segera Alyn menahannya. “Biar aku yang mengambilnya, Mas.” “Kau sedang sakit!” Wan
Kondisi Alyn semakin membaik. Bahkan dokter yang memeriksa di pagi hari pun sudah menyatakan jika Alyn diperbolehkan pulang siang ini. Sehingga kini Alyn yang dibantu Erlan bersiap pulang. “Selamat siang, Tuan.” Tiab-tiba saja seorang wanita masuk ke kamar rawat inap Alyn, membuat Alyn dan Erlan langsung mengalihkan perhatiannya.“Mona, apa yang kau lakukan di sini?” Erlan cukup terkejut dengan kehadiran Mona yang tak mengonfirmasi sebelumnya akan datang.“Mohon maaf, Tuan, saya sudah lancang. Tapi saya ke mari untuk memberitahu hal yang sangat penting,” ujar Mona dengan senyumnya yang selalu menggoda.Bahkan Alyn sekalipun cukup terpana dengan senyuman menggoda Mona. Terlebih dengan pakaian seksi yang wanita itu pakai. Membuat Alyn entah kenapa merasa tak nyaman.“Katakan,” perintah Erlan membuat Mona mendekat.Jalannya yang lengak-lenggok membuat Alyn makin tak nyaman. Ia melirik ke arah Erlan yang menatap Mona dengan datar.“Sebelumnya saya sudah menghubungi Anda, Tuan. Tapi Anda
Ucapan Gian terngiang-ngiang di benak Alyn. Membuat wanita itu jadi tak fokus. Hingga mendapatkan teguran dari Erlan.“Sejak tadi aku melihatmu terus melamun. Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan?” Erlan menatap Alyn dengan penuh curiga. Sementara yang ditatap nampak tergagap.“T-tidak ada yang aku pikirkan, Mas.”Erlan mendengus kesal. “Jangan berbohong! Aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu. Katakan padaku,” cetusnya. “Aku—”“Sepertinya kau sedang memikirkan Gerald!” ujar Erlan kemudian memotong ucapan Alyn.Sontak Alyn langsung melebarkan matanya. Wanita itu menggeleng dengan cepat untuk menyangkal tuduhan Erlan yang tak berdasar.“Mas, kenapa menuduhku seperti itu? Aku sama sekali tidak memikirkan dia,” ujar Alyn berkata jujur.Namun, Erlan tak akan percaya begitu saja jika Alyn tidak mengatakan yang sebenarnya. “Lalu apa yang kau pikirkan?” tanya Pria itu menantang.Entah kenapa semenjak kejadian di sekolah membuat Erlan jadi curigaan terus kepada Alyn. Pria itu bahkan menud
Sudah berjalan sekitar dua minggu Alyn dipindah tugaskan. Selama itu pula tak banyak yang terjadi antara hubungan Alyn dan Erlan. Pria itu masih bersikap ketus kepada Alyn. Sehingga membuat wanita itu kadang kala merasa jenuh.“Apa yang kau pikirkan, Alyn?” Cleo menatap temanya dengan heran ketika ia melihat Alyn yang tampak melamun.Mendesah pelan, Alyn lantas menggeleng. “Tidak ada.” Cleo lantas memincingkan matanya–menatap Alyn dengan penuh selidik. “Jangan berbohong. Aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu!” Alyn lantas mendengus pelan karena Cleo masih bisa menebaknya. “Ck! Kau seperti cenayang.” “Hahaha….” Cleo tertawa ringan mendengarnya. “Jadi katakan apa yang membuatmu murung,” sambungnya setelah berhenti Tertawa. “Ini tentang suamiku,” ujar Alyn dengan tubuh yang lesu.“Sudah kuduga!” cetus Cleo sambil menjentikkan jarinya. “Jadi, apa dia masih bersikap dingin padamu?” “Yeah, dan sepertinya akan selalu seperti itu.” “Ck! Aku jadi kesal dengan pria itu. Bisa-bisanya dia