“Apa? Jadi kau dijodohkan dengan Tuan Erlan?” Cleo terkejut atas penjelasan yang Alyn berikan. Wanita itu bahkan menatap temannya dengan tidak percaya.“Pantas saja. Bagaimana bisa kau yang tidak pernah membicarakan seorang pria, tiba-tiba menikah! Dan gilanya lagi, kau menikah dengan Tuan Erlan,” sambung Cleo mulai bisa menarik benang atas rasa penasarannya selama beberapa waktu terakhir. “Yeah, dan dengan bodohnya aku menerima hanya karena Gempi juga perjanjian konyol itu.” Alyn tidak bisa memendam masalahnya sendiri. Sehingga pada akhirnya ia tetap bercerita kepada Cleo yang dapat ia percaya.Cleo mendesah pelan lalu menatap Alyn dengan iba. “Jadi kau menyesal?”“Aku tidak tahu. Seharusnya tidak, tapi sikap pria itu terlalu dingin. Dan itu membuatku tidak nyaman.” “Sepertinya kau sudah jatuh cinta padanya,” ujar Cleo membuat Alyn langsung melebarkan matanya. Wanita itu dengan cepat menggeleng. “Kau bicara apa? Aku sama sekali tidak jatuh hati padanya!” “Kau yakin?” “Tentu sa
Tiba di rumah, Erlan yang memang sedang tidak enak badan pun memilih langsung ke kamar tanpa bertegur sapa dengan Gian juga anaknya. Tentu saja hal itu membuat Gian yang melihatnya merasa heran.“Alyn, ada apa dengan suamimu?” tanya Wanita paruh baya itu. “Mas Erlan sedang tidak enak badan, Bu.” Mengangguk paham, Gian pun meminta Alyn untuk menyusul Erlan. “Biarkan Gempi bersama ibu. Lebih baik kau susul saja Erlan.”“Baik, Bu.” Alyn lekas menyusul Erlan di kamarnya. Tampak pria itu tengah duduk bersandar dengan mata yang terpejam, sedangkan dadanya terlihat naik turun. Membuat Alyn yang melihatnya khawatir. Sehingga wanita itu dengan perlahan menghampiri lalu menyentuh kening Erlan tanpa permisi.Sontak Erlan langsung membuka mata. Pria itu menatap Alyn dengan tajam dan berniat protes, tetapi Alyn sudah lebih dulu bicara. “Kau masih demam, Mas,” ujar Alyn sambil menarik tangannya yang masih berada di dahi Erlan.Erlan mendesah lalu memilih memejamkan matanya kembali, tetapi lagi-
“Papa, aku ingin bertemu mama,” rengekan seorang anak kecil membuat para penumpang yang lain merasa terganggu.Tentu saja pria yang dipanggil papa oleh anak perempuan berusia lima tahun merasa tidak enak. Sehingga hanya bisa tersenyum kaku kepada penumpang yang duduk di seberangnya. “Papa,” rengek Gempi sambil menggoyang-goyangkan tangan Erlan. Hingga membuat pria itu jengah. “Gempi, bisakah kau diam?” sentak Erlan yang emosinya sudah berada di ubun-ubun. Bagaimana tidak, pria itu baru saja menghadiri pertemuan di luar kota yang mendadak. Terlebih setelah ini ia pun harus menghadiri rapat yang tidak bisa diwakilkan oleh asistennya.Iya, pria dengan nama lengkap Erlan Dallin Horison itu adalah seorang presdir dari perusahaan yang bergerak di bidang akomodasi. Sehingga memiliki jadwal yang padat lantaran memiliki banyak cabang di penjuru kota. Lalu kini Gempi malah merengek yang membuat Erlan hilang kendali. Sehingga gadis manis itu terdiam beberapa saat. Hingga akhirnya menangis se
“Erlan, apa yang terjadi dengan Gempi?” Pria itu langsung mendapatkan cercaan dari mamanya begitu ia pulang karena melihat wajah Gempi yang sembab. Terlebih gadis manis itu memilih langsung ke kamar tanpa mempedulikan orang sekitar. “Dia sedang merindukan mamanya, Mam.”Terdengar embusan napas kasar dari Gian–mama Erlan. “Sudah mama bilang, kau harus segera mencari pasangan!” Satu sudut bibir Erlan tertarik karenanya. Ia lantas menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan punggung yang bersandar. Tatapannya lurus menatap Gian lalu mengembuskan napas kasar. “Aku tidak mau.”“Erlan, ini sudah lima tahun. Pasti berat bagi Gempi melewati hari-hari tanpa seorang ibu.” Gian masih mencoba membujuk anaknya, tetapi hasilnya tetap nihil.Erlan bahkan memilih bangkit lalu mengambil kunci mobilnya yang ia simpan di atas meja sebelumnya. “Aku harus menghadiri rapat.”“Apa kau tidak akan mengganti baju?” “Aku bisa telat,” sahut Erlan yang sudah keluar dari rumah orang tuanya. Lagi-lagi Gian hanya mampu
“Erlan, kau belum menjawab pertanyaan mama.”Erlan mendesah pelan lalu melirik ke arah Gempi yang kini sedang lahap makan roti bakar selai nanas. Setelahnya pria itu menggeleng yang membuat Gian mendengus. “Mama pikir kau benar-benar sudah memiliki kekasih.” Terlihat raut kekecewaan dari wajah wanita paruh baya itu. “Tapi ini bukan masalah karena mama sudah mendapatkan wanita yang cocok untukmu,” sambungnya. “Ma—”“Papa, aku sudah selesai makan!” Pria itu menoleh ke arah Gempi lalu tersenyum tipis. “Baiklah, kalau begitu kita berangkat sekarang!” Segera Erlan berdiri yang langsung disusul Gempi. Mereka lantas berpamitan kepada Gian untuk berangkat ke sekolah Gempi. Tiba di salah satu sekolah taman kanak-kanak, anak dan papa itu keluar dari mobil. “Kau hati-hati. Jika ada yang nakal, jangan lupa beritahu papa. Ok?”“Ok, Papa!” Gempi menyatukan ujung ibu jari dan jari telunjuknya yang kemudian ditaruh di depan mata. Sehingga Erlan terkekeh ringan melihatnya.“Ok, princess. Sekara
“Papa, aku ingin bertemu mama.” Pagi-pagi ketika hari libur, Gempi merengek yang membuat Erlan mengacak rambutnya. Pria itu pikir di hari liburnya ia akan menikmati hari dengan coklat panas dengan tenang. Namun, pikiran itu menghilang begitu saja setelah anaknya merengek.“Ada apa ini?” Tiba-tiba saja Gian muncul membuat Gempi langsung berlari ke arah wanita paruh baya itu. Dengan air mata yang masih berjatuhan, Gempi memeluk kaki Gian sambil mendongak. “Nenek, aku ingin bertemu dengan mama.”Gian langsung mengembuskan napasnya dengan kasar. Terlebih ketika melihat Erlan yang malah pergi begitu saja. “Erlan!” Panggilan itu lantas menghentikan langkah Erlan. Ia menoleh lalu bertanya dengan satu alis yang terangkat. “Ada apa, Mam?” “Kau antarkan Gempi ke rumah Alyn.” Sontak Erlan langsung melebarkan matanya. “Mam, untuk apa? Dia bahkan bukan ibunya Gempi.” “Tapi dia merindukan Alyn.” Dengan cepat Erlan menggeleng. “Yang dirindukan itu ibunya. Bukan wanita itu!” Wanita itu lant
Tiba di taman, Gempi terus menempel kepada Alyn yang bersama dengan Sam. Sementara Erlan harus menjadi nyamuk di antara hubungan mereka. Ini benar-benar tidak nyaman, dan Erlan ingin sekali keluar dari situasi ini. Namun, pria itu merasa tidak tega dengan Gempi yang terlihat senang bersama dengan Alyn. Hingga akhirnya ia memilih membiarkan, dan hanya sesekali memperhatikan Gempi. “Papa!” panggil Gempi sambil berlari ke arah Erlan.Erlan tersenyum sambil melambaikan tangannya. Melihat senyum Gempi yang manis selalu membuat hati Erlan terasa ringan. Lantas, apa yang akan dilakukan Erlan jika senyum Gempi ada pada Alyn?“Sudah?” tanya Erlan begitu Gempi berada di depannya.Dengan cepat gadis manis itu menggeleng. “Belum. Aku masih ingin bermain dengan Mama!” “Gempi, tapi ini sudah sore. Sebentar lagi malam,” ujar Erlan memberi pengertian, tetapi Gempi malah menangis.“Papa jahat! Gempi mau bermain bersama Mama,” rengek Gadis manis itu membuat Erlan frustasi. Terlebih para pengunjung
Dengan satu tangan Alyn mendorong dada Erlan. Sehingga Erlan lekas bangkit, memberikan ruang bagi Alyn untuk mengatur napasnya yang tiba-tiba saja tersengal. Bagaimana tidak ketika jarak di antara mereka begitu dekat. Terlebih Alyn yang tidak pernah mengalami hal seintim itu.Iya, katakanlah wanita tersebut terlalu kolot di zaman yang bebas ini. Namun, begitulah adanya Alyn yang sampai sekarang masih bisa mempertahankan kehormatannya di tengah gempuran godaan. Entah dari teman ataupun pria yang hanya ia kenal sekilas.“Tuan—”“Jangan menyalahkanku. Kau sendiri yang menarik tanganku tadi. Padahal niatku hanya ingin mengambil Gempi,” sela Erlan sebelum Alyn menyelesaikan ucapannya. Sontak Alyn langsung bungkam. Terlebih ketika ia mengingat kembali jika memang penyebab dari kejadian barusan adalah dirinya. Segera Alyn menyingkirkan tangan Gempi dengan sangat pelan. Setelahnya ia bangkit lalu turun dari ranjang. “Maaf,” ucap Alyn sambil memberikan ruang bagi Erlan untuk menggendong G