Arya, Lintang, dan Kayla berjalan beriringan dengan langkah-langkah berat menuju gedung pengadilan. Hari ini adalah hari yang mereka tunggu sekaligus hindari, sidang pertama terkait hak asuh atas Kayla.Dian, mantan istri Arya, mengajukan gugatan untuk mendapatkan hak asuh penuh atas Kayla. Dia merasa Arya sudah tidak layak menjadi orang tua tunggal setelah membawa Lintang masuk dalam kehidupan mereka.Tentu saja hal itu memicu amarah dan kepedihan mendalam bagi Arya. Bagaimana mungkin Dian menuduhnya seperti itu setelah berpisah secara sepihak dan tanpa alasan jelas?Namun daripada menyalurkan emosinya, Arya lebih memilih fokus pada upaya mempertahankan Kayla di sisinya. Dia tak ingin kehilangan putri semata wayangnya itu. Apalagi setelah Lintang hadir di kehidupan mereka dan memberi warna baru dalam keluarga kecil mereka."Papa, apakah kita akan menang di pengadilan nanti?" tanya Kayla polos sembari menggenggam tangan Ayah dan Lintang dengan kedua tangan mungilnya."Tentu saja, Saya
Udara di dalam ruang sidang terasa pengap dan menegangkan. Lintang duduk di kursi saksi dengan tegang, merasakan tatapan menusuk dari Dian dan pengacaranya. Dia menarik nafas panjang sebelum mengucapkan sumpah untuk bersaksi dengan jujur."Nona Lintang," pengacara Dian memulai dengan nada sinis. "Bisakah Anda jelaskan hubungan Anda dengan Tuan Arya dan putrinya, Kayla?"Lintang menatap lurus ke depan dengan sorot mata mantap. "Saya menjalin hubungan sebagai kekasih dengan Tuan Arya selama sembilan bulan terakhir. Meski belum resmi menikah, saya sudah menganggap Kayla seperti anak saya sendiri.""Lantas, apa motivasi Anda mendekati seorang duda beranak satu seperti Tuan Arya?" Tanya pengacara itu dengan nada menuduh.Lintang tidak gentar. "Motivasi saya sederhana, saya mencintai Arya dan Kayla sepenuh hati. Tidak ada maksud tersembunyi selain ingin menjadi bagian dari kehidupan mereka."Pengacara itu mendecih meremehkan. "Bukankah Anda seorang wanita karir yang sukanya berpesta dan ber
Beberapa hari setelah persidangan di mana Lintang memberi kesaksian, Arya mendapat kabar tak terduga dari pengacaranya. Rupanya, Dian - mantan istrinya, telah memiliki kekasih baru. Seorang pria mapan dengan kekayaan berlimpah dan koneksi yang luas.Tentu saja berita ini menimbulkan kekhawatiran baru di benak Arya dan Lintang. Sebuah tamparan keras yang mengingatkan, bahwa pertempuran mereka belum juga usai."Apa menurutmu ini hanya langkah taktis Dian untuk memperkuat posisinya di persidangan?" tanya Lintang skeptis ketika membahas situasi ini dengan Arya.Arya menghembuskan napas panjang. "Entahlah, Sayang. Yang jelas, kehadiran pria kaya itu di sisinya akan membuat pengadilan memandang lebih baik status sosial dan finansial Dian saat ini.""Jadi dengan kata lain, kesempatan Kayla untuk tetap bersamamu semakin berkurang?" Lintang menatap Arya dengan sorot khawatir.Arya mengangguk lesu. "Sepertinya begitu. Tapi aku tak akan menyerah, Lintang. Kayla adalah putri kandungku satu-satuny
Hari yang dinanti-nantikan tiba. Hari di mana Kayla akan diminta untuk memberikan kesaksian di depan pengadilan mengenai pilihannya - ingin tinggal dengan ayah atau ibunya. Momen krusial yang akan sangat menentukan arah persidangan.Arya duduk di ruang tunggu dengan jantung berdebar kencang. Keringat dingin membasahi pelipisnya saat membayangkan Kayla harus menghadapi situasi menegangkan seperti itu. Lintang yang duduk di sampingnya menggenggam erat tangannya, mencoba memberi kekuatan."Tenanglah, Arya. Percayalah pada Kayla," bisik Lintang menenangkan.Arya mengangguk kaku, namun ketegangan masih terpancar jelas di wajahnya. Lintang menyadari bahwa kekasihnya dilanda kecemasan luar biasa. Melihat putri semata wayangnya harus dijejalkan ke dalam realita persidangan adalah hal terakhir yang diinginkan seorang ayah.Akhirnya nama Kayla dipanggil. Gadis kecil itu berjalan lurus ke arah kursi saksi dengan langkah tegap, meski sorot matanya tak bisa menyembunyikan rasa gugup dan takut.Hak
Setelah melalui rentetan persidangan yang melelahkan fisik dan mental, akhirnya pengadilan memutuskan untuk memberikan hak asuh penuh atas Kayla kepada Arya. Ini adalah kemenangan besar bagi keluarga kecil mereka.Untuk merayakan momen bersejarah itu, Arya dan Lintang merencanakan sebuah pesta kecil-kecilan di rumah baru mereka. Hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, namun syarat akan kebahagiaan dan rasa syukur yang meluap.Ketika pesta berlangsung, Kayla tampak begitu riang berlarian di sekitar taman halaman rumah. Wajahnya berseri-seri, seakan beban seluruh persoalan hak asuh telah diangkat dari pundak kecilnya."Mama, Mama! Lihat Kayla bisa melempar bola lebih jauh dari Papa!" Dia berseru riang sembari membuat Arya terkekeh geli.Lintang yang tengah mempersiapkan hidangan di meja tamu, menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan tingkah laku jenaka Kayla."Pelan-pelan saja lemparannya, Sayang. Nanti Papa bisa kena lemparan bolanya," tegur Lintang dengan nada lembut namun tetap tega
Setelah pesta kecil kemenangan mereka, cuaca di kota Jakarta mendadak mendung dan hujan lebat mengguyur sejak sore hari. Arya yang baru saja pulang kerja disambut dengan pemandangan Lintang dan Kayla bermain hujan-hujanan di halaman depan."Ayo, Papa! Ayo main hujan-hujanan sama kita!" Kayla melambai riang begitu melihat Arya muncul dari balik pintu.Melihat senyum ceria di wajah putri dan kekasih hatinya, Arya tak kuasa menahan senyum. Dia pun menanggalkan jas dan dasinya, membuka dua kancing teratas kemejanya, lalu berlari menghampiri Lintang dan Kayla.Ketiganya tergelak bahagia sambil saling memercikkan air ke wajah satu sama lain. Tawa riang membahana, seolah mengalahkan gemuruh hujan yang mengguyur tubuh mereka."Wah, wah, ternyata Papa Arya bisa liar juga ya main hujan-hujanan begini?" goda Lintang dengan senyum menggoda.Arya tertawa lepas. "Tentu saja! Apapun akan Papa lakukan untuk membuat dua bidadari tercinta Papa tersenyum bahagia seperti ini."Sejenak, mereka saling berp
Setelah momen lamaran indah itu, Arya dan Lintang sepakat untuk mempersiapkan pernikahan mereka dengan khidmat dan penuh kehangatan keluarga. Salah satu agenda penting yang harus mereka urus adalah mencari cincin pernikahan yang istimewa.Pada akhir pekan berikutnya, Arya yang ditemani Kayla, memutuskan untuk mengajak Lintang berkeliling mencari cincin pernikahan impian mereka."Mama Lintang suka yang seperti apa? Papa ingin membelikan cincin paling spesial untuk calon istri Papa yang cantik ini," ujar Arya dengan nada jenaka sembari mengacak rambut Lintang dengan gemas.Lintang terkekeh geli. "Jangan terlalu berlebihan, Arya. Yang terpenting, asal cincin itu melambangkan ikatan cinta kita yang abadi."Setelah berkeliling mengunjungi beberapa toko perhiasan, baik modern maupun klasik, pilihan Lintang akhirnya jatuh pada sebuah toko antik yang menjajakan perhiasan-perhiasan kuno dengan segudang sejarah di baliknya."Toko ini sepertinya sangat kuno dan bersejarah. Aku penasaran dengan k
Setelah menemukan cincin pernikahan yang begitu istimewa, Arya dan Lintang tengah disibukkan dengan mempersiapkan rangkaian acara pernikahan mereka. Salah satu agenda penting yang harus mereka lalui adalah meminta restu dari kedua orang tua Lintang.Lintang mengajak Arya dan Kayla untuk makan malam di rumah orangtuanya pada akhir pekan. Sudah lama Arya tidak bertemu dengan calon mertua itu sejak insiden penentangan mereka di awal hubungan dengan Lintang."Aku harap Mama dan Papa bisa menerima Arya dengan lapang dada kali ini," gumam Lintang pada Arya di perjalanan menuju rumah orangtuanya.Arya tersenyum teduh sambil menggenggam erat tangan Lintang. "Tenanglah, Sayang. Apapun yang terjadi nanti, aku akan selalu berada di pihakmu."Sesampainya di sana, Lintang, Arya dan Kayla disambut dengan wajah masam kedua orang tua Lintang. Rupanya, mereka masih memendam ketidaksukaan pada Arya yang berstatus duda itu."Jadi kapan kalian berencana menikah?" sang ayah memulai percakapan dengan nada