“Kau sangat bahagia? Sejak tadi kuamati kau selalu tersenyum.”
Dua tangan melingkar di perut Valerie, yang sedang menata sarapan di meja makan.
“Hah?” Valerie sedikit terlonjak. “A- aku tidak begitu,” sahutnya, ketika sebuah rasa panas menyerang wajah.
Gadis itu tersipu malu, membuat Jupiter semakin bersemangat menggodanya. Dia letakkan dagu di atas pundak Valerie dan memiringkan wajahnya menghadap leher Vale.
“Tapi aku lihat memang begitu. Apa mungkin kau sangat bahagia setelah tadi malam?”
Semakin memerah saja wajah Valerie oleh godaan lelaki itu. Dia bahkan menggigit bibir sebab bingung akan menepis pertanyaan Piter.
“Ya, sepertinya kau memang terbawa suasana sampai sekarang. Apakah kita perlu mengulanginya pagi ini?” Piter lebih berani.
Begini lah jadinya jika rasa di dalam dada sudah tersalurkan. Lelaki yang biasa selalu menjaga sikapnya, kini terang-terangan menunjukkan
Didapati dengan keadaan seperti itu, sangat memalukan tentu saja. Wajah Valerie memerah dan tangannya gemetar menyingkirkan Jupiter yang masih berusaha menggapai pinggangnya. Dia berusaha terlihat nyaman, tapi getaran tangannya membuktikan Valerie tidak merasa baik.“Ka-Kakek. Anda ... Anda ingin sarapan?”Meski Valerie sangat gugup oleh kedatangan Kakek Paul, masih berusaha dia memberi sapaan yang sopan. Namun, Kakek Paul hanya mendengus, lantas meninggalkan ruang makan sembari bergumam merendahkan.“Menjijikkan.”Mendesah, Valerie menunduk menatap sarapan di atas meja. Dia sudah bangun pagi-pagi sekali, melupakan tubuhnya yang remuk redam oleh perbuatan Jupiter tadi malam, tetapi hancur hanya karena hal konyol yang seharusnya bisa dihindarkan.“Kau merusak semuanya, Piter.” Gadis itu menjatuhkan diri di atas kursi.Bagaimana Jupiter akan mengelak? Valerie sedang berusaha menunjukkan pada kakeknya b
Lelaki itu sangat berani. Dia seperti tak peduli jika sampai Jupiter mengetahui perbuatannya. Valerie sangat kesal, marah, sehingga dadanya bergemuruh di dalam sana.Bayangkan saja, sekarang tubuhnya hampir menempel di dada lelaki menjijikkan itu.Gemas, Valerie menepis tangan Sammy hingga terlepas dari pinggangnya.“Jangan menyentuhku, Bengsek!”“Kau tidak suka? Ah ... tapi kau bahkan memberikan tubuhmu untuk Jupiter. Aku sangat iri.”Bajingan ini sangat memuakkan.“Karena dia suamiku!” Valerie masih berusaha membuat dirinya tak terpengaruh, meski Sammy sudah tahu siapa dirinya.Bagi Valerie, Sammy hanya sampah yang mencoba memperalat dirinya. Jangan lupakan dia baru saja memancing Valley untuk berbagi rahasia. Yang artinya, pasti lah kedudukan lelaki ini tidak aman di rumah Jupiter. Dengan membuatnya terjerat, Sammy akan memiliki kesempatan untuk memperalat Valerie sampai ke depan nanti.Sa
Ya Tuhan ... benar kah secepat ini? Bahkan Jupiter belum kembali dari kantor, dan Valerie harus berhadapan dengan tiga orang yang sangat membenci dirinya? Ini terlalu menegangkan, kaki Valerie gemetar dan bibirnya terkunci sangat erat. Gadis itu sangat takut membayangkan apa yang akan terjadi ke depan nanti.“Lihat lah dia. Sangat menjijikkan melihat wanita ini sangat berusaha bersikap baik pada Rainer kita. Apakah dia memang tak punya rasa malu? Aku tak mengerti kenapa ada seseorang sepertinya.” Patricia menambah suasana menjadi panas.“Ibu Mertua, jangan terlalu kejam padanya. Anda tidak takut jika Jupiter mengusir kita semua dari sini?” Sammy tertawa kecil menanggapi ucapan Patricia, yang lantas dijawab tawa lebar oleh wanita itu.“Diusir? Jupiter mungkin tidak menyukaikku, tapi kau yakin dia bisa mengusir kita dari rumah ini? Sammy, wanita ini pembunuh dan peselingkuh. Mana bisa Jupiter mengusir semua orang karenan
“Bukan wanita kejam di masa lalu?” Kakek Paul mengulangi ucapan Rainer dan dia mendengus. “Apakah maksudmu wanita yang ini adalah orang lain yang mirip dengan perempuan iblis itu?” lanjutnya.Ya Tuhan ... jantung Valerie semakin berdebar tak karuan oleh pertanyaan Kakek Paul. Dia sangat ketakutan, menduga orang-orang ini memang lah sudah tahu siapa dirinya. Tapi kemudian pintu kamar Rainer terbuka dari luar dan memunculkan wajah Sammy.“Megan, apa ponselmu tidak aktif? Jupiter berpesan padaku agar kau segera menghubunginya.” Dia kemudian melihat wajah Kakek Paul yang sedang menahan kesal, dan berpura tidak tahu jika orang tua itu ada di sana juga. “Ah, ternyata ada kakek juga di sini. Maaf, aku tidak tahu Anda di sini.”Dari gelagatnya bisa Valerie lihat bahwa Sammy hanya berpura-pura. Valerie pun tahu ponselnya tidak mati. Apakah Sammy sedang menolongnya lepas dari ancaman ini? Pembicaraa
Valerie tak bisa tenang di dalam kamarnya. Kakinya terus berjalan, tak bisa dia berhenti di satu titik kamar itu. Pikiran sang gadis pun dipenuhi oleh berbagai dugaan yang terus membuatnya khawatir.Benar kah Jupiter sudah menemukan Megan? Lantas, apakah Jupiter juga sudah tahu bahwa Megan bukan pembunuh yang sebenarnya? Jika benar seperti itu, bagaimana tanggapan Jupiter selanjutnya?“Tidak, tidak.” Valerie meletakkan dua jarinya di depan bibir. “Meski Megan bukan orang yang meracuni ayahnya Piter, tetap saja Jupiter tidak mungkin memaafkannya begitu saja.”Ya, Jupiter sudah berjanji padanya. Jupiter sudah berkata hanya Valerie lah satu-satunya wanita yang akan menjadi istrinya, juga ibu untuk Rainer. Jupiter tidak mungkin menarik kembali ucapan itu, betul? Sementara selama ini hubungan mereka sudah membaik, dan Piter sendiri sangat menyayangi Valerie. Tak akan dia lupakan bagaimana setiap saat Piter berkata mencintai dirinya. Seharusnya
‘Mari kita bicara, aku di depan pintu kamarmu.’Sammy bermondar-mandir di lorong kamar yang dihuni Valerie dan Jupiter. Sejak gadis itu berhasil keluar dari kamarnya, Sammy semakin tak bisa tenang oleh masalah besar yang sebentar lagi akan datang. Bahkan pesan yang baru dia kirimkan tidak mendapat respon dari Valerie.“Sial! Kenapa perempuan ini sangat lama?” Dia berbicara sendiri, menunggu Valerie membuka pintu kamarnya, sehingga bisa mempengaruhi lagi pikiran Valerie.Tetapi tidak seperti yang dia harapkan, Valerie tidak juga keluar dari sana. Justru kini dia harus dikejutkan oleh kedatangan Rainer yang sudah berdiri di depannya.“Kenapa paman di depan pintu kamar ibuku? Kau tahu ayahku belum kembali dari kantor?” kata Rainer dengan nada curiga.Sangat sialan, membuat Sammy semakin kesal.“Pergi lah. Jangan ingin tahu apa yang kulakukan.”“Tapi ayahku tidak di rumah. Apa pantas k
‘Kau tidak menepati janji untuk menjadi ibuku selamanya. Kau ibu yang jahat!’Kalimat itu terus berputar di kepala Valerie, seperti sebuah benda keras yang menghantamnya. Bukan hanya kepala, hatinya pun ikut terpukul, sakit dia rasakan melebihi sakitnya patah hati.Apalagi melihat tatapan kebencian yang Rainer tunjukkan membuat gadis itu semakin tertekan. Berakhir lah sudah, Rainer sudah tak mencintai dirinya lagi.“Ra-Rainer ...” Bisikan kecil yang bahkan dia sendiri tak bisa mendengarnya, keluar dari cela bibir Valerie. Sebelah tangannya terangkat untuk menggapai anak laki-laki yang sudah membuatnya sangat jatuh cinta. “Maafkan ibu, Nak.”Dengan lututnya Valerie melangkah, mencoba menggapai Rainer yang juga terdiam di dekat kakeknya. Anak itu tidak menjauh, juga tidak mendekat menerima uluran tangan Valerie. Tapi, Valerie terus berusaha meski lututnya bahkan sangat sulit untuk merangkak.“Ibu.
“Tuan!”“Ampuni kamu, Tuan. Kami hanya mengikuti perintah Nyonya Patricia!”“Tuan, tolong ampuni lah kami.”Empat pelayan itu berebut meminta pengampunan dari Jupiter. Mereka sangat ketakutan, bahkan tak menunggu perintah, keempatnya sudah berlutut menyembah di depan tuan yang dikenal kejam jika sudah sangat marah. Tentunya mereka tidak rela mati dengan cepat.Mengikuti perintah? Apa mereka pikir Patricia pemilik rumah ini? Apa Patricia lah yang memberi mereka gaji? Hanya terlambat satu jam Jupiter pulang dari hari biasanya, dan Valerie sudah mendapat perlakuan tidak adil? Tak akan ada kata maaf bagi siapa pun yang berani meletakkan tangannya di tubuh Valerie.Jupiter menatap wajah gadisnya, dan hatinya semakin teriris. Dia angkat tubuh yang sudah lemas menahan sakit itu ke dalam gendongan, mendekap Valerie sangat dekat di dadanya. Sebelum meninggalkan halaman belakang, Jupiter berhenti sejenak dan be
“Aku mencintaimu.”Jupiter memberi kecupan di bibirnya istrinya, memeluk wanita berambut panjang itu. Dia tatap mata indah Valerie, mata yang baginya adalah lautan yang mampu menenggelamkan. Mata itu bagaikan samudra, membuat Jupiter ingin terus berlama-lama tenggelam di sana.“Aku lebih mencintaimu, Suamiku. Tapi, cepat lah ambil bekalnya, anak-anak pasti ingin memakan sesuatu.” Dia dorong dada Jupiter menjauh, mengingatkan suaminya akan pekerjaan yang belum dilaksanakan.“Oh, aku hampir lupa. Wajahmu begitu indah sampai membuatku melupakan segalanya,” puji Jupiter.Valerie memutar matanya. Sejak berapa tahun mereka menikah, lelaki di depannya itu memang sangat senang menggoda dan menggombal. Dia sudah paham tabiat Jupiter tetapi entah kenapa wajahnya selalu bersemu .“Dasar tukang gombal.”“Tidak, aku tidak begitu. Aku sangat menyukai wajah istriku dan itu tidak berbohong,”
“A-apa yang kau katakan, Piter?” Megan kelabakan sekarang, tetapi dia masih mencoba mengelabuhi lelaki yang ada di depannya. Wanita itu menyentuh lengan Jupiter mencoba merayu. “Apakah kau demam, Piter? Aku istrimu, kenapa kau menanyakan ke mana aku pergi? Astaga... kau sangat mencintai istrimu sampai mengigau” katanya.Jupiter bukan orang bodoh. Ya, anggap lah dia sudah bodoh satu minggu ini sehingga tak bisa menyadari siapa yang ada di dekatnya. Jika saja Jupiter tidak terlalu mencintai Valerie, dia pasti bisa melihat betapa bodohnya dia kemarin.Ketika Piter bertanya kenapa Raena diberi susu botol, kala itu dia curiga melihat dada istrinya yang berbeda. Itu tidak seperti pucuk dada milik seseorang yang menyusui. Tapi Jupiter terlalu takut istrinya akan tersinggung, sehingga mengabaikan keganjilan yang dilihatnya. Piter juga curiga akan keanehan Valerie yang sama sekali tidak mempedulikan Rainer. Dia ingin bertanya, tetapi rasa cinta ter
“Ah sial!” Umpatan tak bisa dihindarkan keluar dari mulutnya. Segera Jupiter menghubungi nomor kakaknya untuk mengawasi Valerie di rumah. Jika benar perempuan itu bukan Valerie, dia tidak akan melepaskan Megan kali ini.Siapa lagi jika bukan Megan? Hanya mantan istrinya itu lah satu-satunya orang yang selalu megusik hidupnya selama ini.“Jelny, awasi Valerie di rumah. Jangan biarkan dia pergi sebelum aku tiba di rumah.” Piter berpesan, lalu mematikan ponselnya bahkan sebelum Jelny menyahut dari ujung sana. Lantas dia memacu jalan mobilnya untuk segera kembali ke mansion.**Malam semakin larut membuat pemandangan lebih gelap. Valerie masih berlari di tengah suara hewan malam yang terus memenuhi telinga. Sesekali dia terjatuh, ketika kakinya tidak mampu berlari lagi.“Arh!” Valerie menjerit saat kakinya masuk ke dalam lubang, dan dia menjadi jatuh. “Aw...” eluh
“Valerie, kau belum tidur?”Jelny muncul dari arah lain, mengejutkan Megan yang tengah mengendap-endap keluar dari kamar. Mata gadis itu tertuju pada kantong hitam yang tengah Megan bawa.“Apa yang kau bawa?” tanya Jelny lagi, membuat Megan ingin memecahkan kepala kakak iparnya itu.‘Bukan urusanmu, brengsek! Kenapa kau tidak tidur saja?’“Valerie? Kau mendengarku?”“A-apa?” Megan terkesiap.“Kenapa kau sangat terkejut? Astaga... aku hanya bertanya apa yang kau bawa di kantong hitam itu.”“Ini kotoran Raena,” sahut Megan cepat. “Ya, kotoran Raena. Baunya tidak sedap jika dibiarkan di dalam kamar, jadi aku ingin membuangnya.” Ada saja alasan yang didapat wanita pembohong ini.“Oh, itu. Kenapa kau tak menyuruh pelayan atau pengasuh saja? Valerie, kau baru melahirkan, tidak baik sering-sering naik turun tangga.”&ldqu
‘Bagaimana uangku? Kau tidak ingin aku mengirim gambar ini pada Jupiter, kan?’ sebuah pesan Marius kirimkan dari ponselnya.Tak sampai dua menit, dia sudah menerima balasan untuk pesan itu.‘Datang lah sekarang, aku akan meletakkan uangmu di tempat sampah depan mansion.’Lelaki itu segera bangkit dari duduknya. Valerie yang tengah berbaring di atas dipan kayu, ikut bangkit melihat lelaki itu.“Ke-kenapa?” tanya Valerie, bingung melihat eskpresi tak biasa yang Marius tunjukkan.Marius menghela napas panjang, matanya menatap Valerie tidak tega. Tapi dia tak punya pilihan sekarang, dia harus menjemput uang yang Megan janjikan agar segera bisa pergi membawa Valerie.“Aku akan pergi membeli makanan.”“Ka- kau meninggalkanku sendiri?” Valerie balik bertanya dan tampak ket
‘Tidak... aku tidak mau tertangkap. Tidak mungkin, hidupku tidak boleh berakhir seperti ini.’Megan tak bisa mengatakan apa-apa. Mulutnya kaku, otaknya tak mampu berpikir selain mungkin rahasianya sudah terbongkar sekarang. Dia ingin menutup panggilan itu dan melarikan diri sebelum Jupiter lebih dulu menemukannya.Megan bahkan berpikir untuk kabur menggunakan uang penjualan perhiasan milik Valerie, agar tidak tertangkap oleh Jupiter.“Valerie, kau mendengarku?”Bagaimana ini? Megan mendengarnya, tetapi dia tidak bisa berbicara. Otak kotornya tengah digunakan memikirkan rencana busuk untuk melarikan diri.“Maafkan aku, Valle, aku menyesal.”A-apa itu? Apakah Megan tidak salah mendengar? Jupiter baru saja meminta maaf dan dia berkata menyesal? Megan masih tetap terdiam, ragu mungkin lelaki itu hanya brsandiwara.“Aku memang bodoh, aku tidak memikirkan istriku yang baru menghadapi masa sulit mela
Jupiter termenung di ruang kerjanya. Otaknya berputar keras mengingat Valerie yang terasa aneh belakangan ini. Bukan, dia tidak sibuk seperti yang dia katakan pagi tadi. Jupiter ke kantor hanya ingin menenangkan pikiran dari gangguan istri yang sungguh tidak biasanya.Sekembalinya Valerie dari rumah sakit itu dirasa sangat aneh. Dia tidak seperti Valle yang Piter kenal sabar dan selalu bersikap santai. Menurut Jupiter, Valerie yang sekarang justru sangat berbalik seratus delapan puluh derajat.Bayangkan saja. Seorang wanita yang baru melahirkan, apakah wajar terus-terusan menempel di selangkangan? Valerie adalah gadis yang bersifat manis, penyabar dan dia bukan seseorang yang hanya memikirkan tentang seks. Tapi belakangan ini tangannya terus saja menyentuh milik Jupiter seakan takut benda itu akan hilang begitu saja. Bukankah dia masih berdarah? Bagaimana jika Piter tidak mampu menahan hasrat lalu memaksanya berhubungan intim?Jangan sampai. Piter tidak akan mem
“Aku harus mendapatkan uang, aku harus mendapatkan uang.”Megan berputar-putar di dalam kamar. Kepalanya sudah terasaa akan pecah mencari ide untuk mendapat uang sesegera mungkin. Dia tidak akan membiarkan Marius mengirimkan gambar-gambar itu pada Jupiter, sehingga hidupnya akan berakhir hari ini juga.“Sial! Kemana aku akan mencari uang yang sangat banyak?” umpatnya penuh emosi.Satu juta dolar, dan itu bukan lah jumlah yang sedikit. Dia saja tidak memiliki bahkan seperempat yang diminta oleh lelaki itu, bagaimana bisa dia mengirimkannya dalam waktu singkat? Megan frustasi, rencananya menjadi hancur karena orang yang dia anggap bodoh justru sekarang mengancam dirinya."Orang bodoh itu, kenapa juga aku bisa lalai padanya?" gerutu Megan tak percaya.Ketika dengan Sammy, Megan bisa membuat lelaki itu benar-benar bodoh. Tetapi Marius ternyata berbeda. Lelaki itu hanya menginginkan Valerie sehingga tunduk padanya selama in
“Sayang, apa yang kau berikan pada baby Raena?”Megan sangat terkejut mendengar suara Jupiter di belakangnya. Lelaki itu baru selesai mandi dan berdiri tepat di pintu kamar mandi. Alisnya mengerut melihat botol susu yang tengah dia berikan pada bayi di dalam pangkuannya.“Kau memberinya susu formula?” Sekali lagi, Piter bertanya dari ujung sana, lalu berjalan sangat cepat menuju sofa yang diduduki oleh Megan. “Kenapa kau memberinya susu formula?”‘Sialan... kenapa, sih, dia sangat cepat datang?’ umpat Megan kesal. Dia harus memutar kepalanya sebelum Jupiter bertanya lebih banyak lagi.“Sayang, ini ASI. Sebenarnya aku memerahnya sejak tadi malam, dan memberikan pakai botol untuk Raena. Itu... put.ngku perih, aku tidak tahan,” ucapnya, membuat wajah sedih dan merasa bersalah.Sejak dua hari ini mereka sudah kembali ke rumah. Megan terus menyamar sebagai Valerie, dan harus berpura menyu