Pagi masih sangat gelap dan orang-orang masih terlena dalam buaian mimpi indah. Tapi seorang lelaki sudah duduk di atas ranjang dengan tubuh telanjangnya. Jupiter Lemanuel menyapukan pandangan menjelajahi ranjang, matanya menatap seksama pada ranjang yang menjadi saksi bisu atas percintaan panasnya bersama Valerie tadi malam. Gadis itu, kini masih terlelap di dalam mimpi indah dan seakan tak ingin bangun.
Kembali mata Jupiter tertuju pada gadis yang sedang dia pikirkan. Dua pasang maniknya fokus pada wajah cantik berbulu mata indah milik Valerie. Ingatan pun berputar pada kejadian semalam, sebelum percintaan panas itu mereka mulai.
‘Untuk malam ini.’ Itu yang dia ingat diucapkan oleh Valerie. Sebagai bukti bahwa Valerie sudah siap untuk mengungkapkan identitas yang sesungguhnya pada Jupiter. Benar kah gadis itu akan melakukannya?
Mendesah panjang, Piter tak kuasa membayangkan apa yang akan terjadi beberapa jam lagi, saat dunia diterangi s
“Ibu, apa ayah marah padamu?”Ketika Rainer melihat Valerie tak bersemangat sejak pagi tadi, anak itu pun bertanya pada ibunya. Valerie tersenyum lantas menggeleng pelan, tak ingin putranya mengetahui ada yang tidak beres di antara dia dan Jupiter.“Tidak, Sayang. Ibu hanya sedikit lelah, tapi tidak apa-apa,” sahut Valerie, meletakkan stolley milik Rainer di sudut meja belajarnya.“Kalau begitu, kenapa ibu pergi ke sekolah denganku? Seharusnya ibu beristirahat, jangan terus mengurusku karena aku sudah besarm.” Dia mendekati ibunya dan berkata bijak sana. “Aku tak ingin ayah menjadi marah jika ibu menjadi sakit karenaku. Dia sedikit menjengkelkan jika marah,” sambungnya dengan nada sarkastik.Anak ini selalu bisa mengubah suasana hati Valerie. Setelah sejak pagi dia sedih oleh sikap kasar Jupiter, Rainer selalu menghiburnya. Membuat Valerie bisa melewati hari yang begitu rumit.“Benar kah ayahmu
Gadis bersurai panjang berjalan cepat memasuki sebuah kafe yang tidak terlalu jauh dari kediaman keluarga Lemanuel. Setelah menutup teleponnya tadi, Megan langsung mengirimkan sebuah pesan yang menyebutkan alamat di mana Valerie harus menemuinya. Dan di sini lah gadis itu sekarang, berdiri di sebuah meja berhadapan dengan wanita yang dia temui kemarin malam.“Hai, kau cepat juga, ya?” kata wanita berpenampilan glamour itu. Jemari dengan cat kuku berwarna merah menyala, dia mainkan di dasar meja. “Sepertinya kau sangat ketakutan Jupiter tahu tentangmu. Duduk lah, kita perlu berbicara.”Valerie tidak memungkiri perkataan Megan ada benarnya. Tapi kedatangannya ke tempat ini bukan untuk membungkam mulut perempuan itu. Valerie tidak peduli jika memang Megan sudah sangat tak sabar lantas membeberkan segalanya pada Jupiter, yang ingin dia dengar adalah ucapan di dalam telepon tadi.“Apa yang kau tahu tentang aku?” Alih-alih men
“Hah! Aku pasti sudah gila!”Valerie menjatuhkan diri di atas ranjang tempat tidurnya dan Jupiter. Dua mata indah itu menyapu setiap sudut kamar, mengamati beberapa titik di mana Jupiter sering berdiri. Gadis itu kembali teringat dengan perkataannya pada Megan saat di kafe.Bagaimana bisa dia sangat percaya diri berkata tidak akan menyerahkan posisi ini? Apakah Valerie pikir dirinya sangat berhak menempati posisi menjadi istri Jupiter? Meski benar Valerie dijebak, tetap saja Valerie juga bersalah karena mengakui diri sebagai istri lelaki itu.Sungguh tak masalah jika Jupiter menghukum Valerie karena sudah berbohong dan mengakui diri sebagai Megan. Tapi, apakah mungkin Jupiter akan lebih memilih dirinya dibandingkan dengan Megan? Dan entah kenapa dia tak rela membayangkan Megan akan tertawa penuh kemenangan, ketika nanti Valerie diusir dari rumah ini.Tersenyum ironis, Valerie bergumam pelan.“Sesalah apa pun Megan, dia adalah ibun
“Tuan Besar tiba!”“Kabarkan pada Nyonya Patricia bahwa Tuan Paul datang berkunjung.”Para pelayan berlarian membagikan kabar yang sangat menegangkan itu. Sebagai pelayan yang sudah bekerja lebih dari lima tahun di sana, mereka sangat mengenal Paul Lemanuel. Meski sudah berusia uzur, Paul Lemanuel adalah seorang pria yang kata-katanya tak bisa terbantahkan. Bahkan, Jupiter yang keras kepala dan terkenal kejam pun tak mampu berkutik di depan kakek yang sudah membesarkannya.“Ada apa ini? Kenapa semua sangat berisik?” Patricia yang sedang melakukan perawatan di ruangan khusus, kesal melihat dua pelayan yang berlari masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Nyo-Nyonya ,tolong maafkan kami. Tapi ... kami harus mengabarkan bahwa Tuan Besar baru saja tiba,” kata salah satu pelayan.‘Tuan Besar?’ Patricia mengembuskan napas kesal. “Ada apa pria tua itu harus ke sini? Sangat merepot
Dari kalimat tanya dan nada cetus Kakek Paul, bisa Valerie pahami bahwa kakek tua itu tidak menyukai dirinya. Sedikit bingung Valerie akan bersikap bagaimana di depan pria tua yang masih menatapnya datar.Perlu kah Valerie jujur pada pria tua itu bahwa dirinya bukan Megan? Tak ada alasan bagi siapa pun tidak percaya, sebab Megan sendiri sudah berada di kota ini. Jika dia memberikan nomor ponsel yang Megan pakai untuk meneleponnya tempo hari, akan sangat gampang untuk menemukan wanita itu.Tapi masalahnya, jika Valerie jujur pada Kakek Paul, dia takut justru akan membuat masalah ke depan nanti. Bahkan Jupiter belum kembali, tentaunya terdengar lancang dia mengungkap identitas tanpa memberitahu Piter terlebih dahulu. Dan tentu saja keberadaan Rainer di ruangan itu juga menjadi pertimbangan bagi Valley.“Kakek Buyut, jangan melihat ibuku seperti itu. Dia ibuku dan dia mencintaiku.”Beruntung Rainer berkata di sebelah Kakek Paul, yang mengalihkan
‘Kau meracuni putraku.’Masih belum bisa Valerie mengalihkan kalimat itu dari kepalanya. Demi Tuhan! Lebih baik mati daripada mendapati diri memerankan kisah hidup seorang pembunuh, tak berperasaan. Jika selama ini Valerie hanya takut akan kebencian Jupiter yang lari dan berselingkuh, ternyata semua itu belum ada apa-apanya.Valerie secara tidak langsung sudah menjadi pembunuh di depan mata semua orang. Bagaimana dia akan sanggup menjalankan peran ini lebih lama lagi? Demi Tuhan, mati adalah yang lebih baik daripada berlama-lama berada di rumah ini sebagai Megan.“Kau sangat terkejut?” kata Kakek Paul, mengamati air muka gadis itu. “Seakan bukan dirimu yang melakukannya.”“Aku tidak melakukannya.” Refleks Valerie menjawab, karena memang bukan dia lah pelaku pembunuhan itu. “Aku tidak melakukan apa pun pada putra Anda, Tuan.”“Wah! Wah! ...” Patricia tak bisa m
Jupiter seperti diletakkan pada mulut jurang yang begitu dalam. Pertanyaan dari gadis di depannya itu membuat dia tak mampu bergerak. Seperti sebuah lempengan es yang sangat rapuh, hatinya mendingin dan terasa akan pecah seketika.Valerie tahu jika selama ini Jupiter hanya berpura tak mengetahui kebohongannya? Gadis itu juga pasti menertawakan Valerie, setelah menghilang tiga hari untuk menghindarinya. Tapi bukan itu yang lebih menyedihkan sekarang. Sungguh hati Jupiter remuk seketika, sadar jika Valerie tak mungkin ingin tetap bersamanya.“Jupiter, jawab aku.”Sekali lagi Valerie berucap, membuat Jupiter tak mungkin terus mengelak.Harus kah dia mengaku pada gadis ini? Tak bisa kah Valerie berpura tak tahu dan memilih mengabaikannya? Bukan kah sesungguhnya lebih bagus mereka tetap berpura-pura layaknya suami istri sungguhan demi kebaikan mereka sendiri? Tak seharusnya Valerie bertanya dan memojokkan Jupiter seperti ini
Dua pasang mata Jupiter masih terarah pada milik Valerie. Dia sangat tidak senang, itu yang Valerie baca dari sorot lelaki itu. Tangisan sang gadis berhenti seketika dan bibirnya menjadi sinis.“Istrimu yang gila! Istrimu yang sudah membuat neraka dunia di dalam hidupnya, lalu menjatuhkannya padaku!”Dia berlagak bodoh? Demi Tuhan, Valerie sudah muak akan sandiwara lelaki ini.“Kau menjadikan aku tumbal untuk menyelamatkannya, benar? Jupiter, sadar lah Megan adalah perempuan yang akan membuatmu menjadi monster! Sadar lah, bahwa Rainer sendiri akan membencimu ketika tahu betapa kau membela perempuan menjijikkan seperti dia!” sentak Valerie, mengeluarkan seluruh emosinya.Dia sadar ini bukan ranahnya untuk menghakimi Megan, tetapi karena Valerie lah yang dirugikan sangat banyak, apakah salah jika dia menyuarakan pandangannya tentang perempuan itu?“Valerie, apakah di matamu aku terlihat seburuk itu?”“
“Aku mencintaimu.”Jupiter memberi kecupan di bibirnya istrinya, memeluk wanita berambut panjang itu. Dia tatap mata indah Valerie, mata yang baginya adalah lautan yang mampu menenggelamkan. Mata itu bagaikan samudra, membuat Jupiter ingin terus berlama-lama tenggelam di sana.“Aku lebih mencintaimu, Suamiku. Tapi, cepat lah ambil bekalnya, anak-anak pasti ingin memakan sesuatu.” Dia dorong dada Jupiter menjauh, mengingatkan suaminya akan pekerjaan yang belum dilaksanakan.“Oh, aku hampir lupa. Wajahmu begitu indah sampai membuatku melupakan segalanya,” puji Jupiter.Valerie memutar matanya. Sejak berapa tahun mereka menikah, lelaki di depannya itu memang sangat senang menggoda dan menggombal. Dia sudah paham tabiat Jupiter tetapi entah kenapa wajahnya selalu bersemu .“Dasar tukang gombal.”“Tidak, aku tidak begitu. Aku sangat menyukai wajah istriku dan itu tidak berbohong,”
“A-apa yang kau katakan, Piter?” Megan kelabakan sekarang, tetapi dia masih mencoba mengelabuhi lelaki yang ada di depannya. Wanita itu menyentuh lengan Jupiter mencoba merayu. “Apakah kau demam, Piter? Aku istrimu, kenapa kau menanyakan ke mana aku pergi? Astaga... kau sangat mencintai istrimu sampai mengigau” katanya.Jupiter bukan orang bodoh. Ya, anggap lah dia sudah bodoh satu minggu ini sehingga tak bisa menyadari siapa yang ada di dekatnya. Jika saja Jupiter tidak terlalu mencintai Valerie, dia pasti bisa melihat betapa bodohnya dia kemarin.Ketika Piter bertanya kenapa Raena diberi susu botol, kala itu dia curiga melihat dada istrinya yang berbeda. Itu tidak seperti pucuk dada milik seseorang yang menyusui. Tapi Jupiter terlalu takut istrinya akan tersinggung, sehingga mengabaikan keganjilan yang dilihatnya. Piter juga curiga akan keanehan Valerie yang sama sekali tidak mempedulikan Rainer. Dia ingin bertanya, tetapi rasa cinta ter
“Ah sial!” Umpatan tak bisa dihindarkan keluar dari mulutnya. Segera Jupiter menghubungi nomor kakaknya untuk mengawasi Valerie di rumah. Jika benar perempuan itu bukan Valerie, dia tidak akan melepaskan Megan kali ini.Siapa lagi jika bukan Megan? Hanya mantan istrinya itu lah satu-satunya orang yang selalu megusik hidupnya selama ini.“Jelny, awasi Valerie di rumah. Jangan biarkan dia pergi sebelum aku tiba di rumah.” Piter berpesan, lalu mematikan ponselnya bahkan sebelum Jelny menyahut dari ujung sana. Lantas dia memacu jalan mobilnya untuk segera kembali ke mansion.**Malam semakin larut membuat pemandangan lebih gelap. Valerie masih berlari di tengah suara hewan malam yang terus memenuhi telinga. Sesekali dia terjatuh, ketika kakinya tidak mampu berlari lagi.“Arh!” Valerie menjerit saat kakinya masuk ke dalam lubang, dan dia menjadi jatuh. “Aw...” eluh
“Valerie, kau belum tidur?”Jelny muncul dari arah lain, mengejutkan Megan yang tengah mengendap-endap keluar dari kamar. Mata gadis itu tertuju pada kantong hitam yang tengah Megan bawa.“Apa yang kau bawa?” tanya Jelny lagi, membuat Megan ingin memecahkan kepala kakak iparnya itu.‘Bukan urusanmu, brengsek! Kenapa kau tidak tidur saja?’“Valerie? Kau mendengarku?”“A-apa?” Megan terkesiap.“Kenapa kau sangat terkejut? Astaga... aku hanya bertanya apa yang kau bawa di kantong hitam itu.”“Ini kotoran Raena,” sahut Megan cepat. “Ya, kotoran Raena. Baunya tidak sedap jika dibiarkan di dalam kamar, jadi aku ingin membuangnya.” Ada saja alasan yang didapat wanita pembohong ini.“Oh, itu. Kenapa kau tak menyuruh pelayan atau pengasuh saja? Valerie, kau baru melahirkan, tidak baik sering-sering naik turun tangga.”&ldqu
‘Bagaimana uangku? Kau tidak ingin aku mengirim gambar ini pada Jupiter, kan?’ sebuah pesan Marius kirimkan dari ponselnya.Tak sampai dua menit, dia sudah menerima balasan untuk pesan itu.‘Datang lah sekarang, aku akan meletakkan uangmu di tempat sampah depan mansion.’Lelaki itu segera bangkit dari duduknya. Valerie yang tengah berbaring di atas dipan kayu, ikut bangkit melihat lelaki itu.“Ke-kenapa?” tanya Valerie, bingung melihat eskpresi tak biasa yang Marius tunjukkan.Marius menghela napas panjang, matanya menatap Valerie tidak tega. Tapi dia tak punya pilihan sekarang, dia harus menjemput uang yang Megan janjikan agar segera bisa pergi membawa Valerie.“Aku akan pergi membeli makanan.”“Ka- kau meninggalkanku sendiri?” Valerie balik bertanya dan tampak ket
‘Tidak... aku tidak mau tertangkap. Tidak mungkin, hidupku tidak boleh berakhir seperti ini.’Megan tak bisa mengatakan apa-apa. Mulutnya kaku, otaknya tak mampu berpikir selain mungkin rahasianya sudah terbongkar sekarang. Dia ingin menutup panggilan itu dan melarikan diri sebelum Jupiter lebih dulu menemukannya.Megan bahkan berpikir untuk kabur menggunakan uang penjualan perhiasan milik Valerie, agar tidak tertangkap oleh Jupiter.“Valerie, kau mendengarku?”Bagaimana ini? Megan mendengarnya, tetapi dia tidak bisa berbicara. Otak kotornya tengah digunakan memikirkan rencana busuk untuk melarikan diri.“Maafkan aku, Valle, aku menyesal.”A-apa itu? Apakah Megan tidak salah mendengar? Jupiter baru saja meminta maaf dan dia berkata menyesal? Megan masih tetap terdiam, ragu mungkin lelaki itu hanya brsandiwara.“Aku memang bodoh, aku tidak memikirkan istriku yang baru menghadapi masa sulit mela
Jupiter termenung di ruang kerjanya. Otaknya berputar keras mengingat Valerie yang terasa aneh belakangan ini. Bukan, dia tidak sibuk seperti yang dia katakan pagi tadi. Jupiter ke kantor hanya ingin menenangkan pikiran dari gangguan istri yang sungguh tidak biasanya.Sekembalinya Valerie dari rumah sakit itu dirasa sangat aneh. Dia tidak seperti Valle yang Piter kenal sabar dan selalu bersikap santai. Menurut Jupiter, Valerie yang sekarang justru sangat berbalik seratus delapan puluh derajat.Bayangkan saja. Seorang wanita yang baru melahirkan, apakah wajar terus-terusan menempel di selangkangan? Valerie adalah gadis yang bersifat manis, penyabar dan dia bukan seseorang yang hanya memikirkan tentang seks. Tapi belakangan ini tangannya terus saja menyentuh milik Jupiter seakan takut benda itu akan hilang begitu saja. Bukankah dia masih berdarah? Bagaimana jika Piter tidak mampu menahan hasrat lalu memaksanya berhubungan intim?Jangan sampai. Piter tidak akan mem
“Aku harus mendapatkan uang, aku harus mendapatkan uang.”Megan berputar-putar di dalam kamar. Kepalanya sudah terasaa akan pecah mencari ide untuk mendapat uang sesegera mungkin. Dia tidak akan membiarkan Marius mengirimkan gambar-gambar itu pada Jupiter, sehingga hidupnya akan berakhir hari ini juga.“Sial! Kemana aku akan mencari uang yang sangat banyak?” umpatnya penuh emosi.Satu juta dolar, dan itu bukan lah jumlah yang sedikit. Dia saja tidak memiliki bahkan seperempat yang diminta oleh lelaki itu, bagaimana bisa dia mengirimkannya dalam waktu singkat? Megan frustasi, rencananya menjadi hancur karena orang yang dia anggap bodoh justru sekarang mengancam dirinya."Orang bodoh itu, kenapa juga aku bisa lalai padanya?" gerutu Megan tak percaya.Ketika dengan Sammy, Megan bisa membuat lelaki itu benar-benar bodoh. Tetapi Marius ternyata berbeda. Lelaki itu hanya menginginkan Valerie sehingga tunduk padanya selama in
“Sayang, apa yang kau berikan pada baby Raena?”Megan sangat terkejut mendengar suara Jupiter di belakangnya. Lelaki itu baru selesai mandi dan berdiri tepat di pintu kamar mandi. Alisnya mengerut melihat botol susu yang tengah dia berikan pada bayi di dalam pangkuannya.“Kau memberinya susu formula?” Sekali lagi, Piter bertanya dari ujung sana, lalu berjalan sangat cepat menuju sofa yang diduduki oleh Megan. “Kenapa kau memberinya susu formula?”‘Sialan... kenapa, sih, dia sangat cepat datang?’ umpat Megan kesal. Dia harus memutar kepalanya sebelum Jupiter bertanya lebih banyak lagi.“Sayang, ini ASI. Sebenarnya aku memerahnya sejak tadi malam, dan memberikan pakai botol untuk Raena. Itu... put.ngku perih, aku tidak tahan,” ucapnya, membuat wajah sedih dan merasa bersalah.Sejak dua hari ini mereka sudah kembali ke rumah. Megan terus menyamar sebagai Valerie, dan harus berpura menyu