Home / Romansa / Istri Bohongan CEO / 5. Kau Ibuku Yang Lari?

Share

5. Kau Ibuku Yang Lari?

Author: Butiran_Debu
last update Last Updated: 2021-07-27 02:24:56

Mansion milik keluarga Lemanuel digegerkan oleh kedatangan wanita yang mereka yakini adalah Megan. Mulai dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan semua menggosipkan tentang mantan nyonya mereka yang angkuh, kejam, dan tidak berperasaan. Tentunya mereka sangat terkejut melihat nyonya yang biasa berpenampilan glamour itu tiba-tiba menjadi seorang pengasuh.

 

Valerie yang ketepatan sedang membuatkan sarapan untuk Rainer harus mendengar gosip yang diucapkan secara terang-terangan.

 

 

“Kau yakin Nyonya Megan akan menjadi pengasuh? Dia bisa mengasuh Tuan Muda Rainer? Menurutku itu tak masuk akal. Tujuannya ke sini pasti lah ingin merayu tuan.”

 

 

“Tentu saja! Memangnya apa lagi yang diinginkan perempuan itu? Semua uang yang dia bawa pasti lah sudah habis sehingga membuang harga dirinya yang tinggi itu.”

 

 

“Tapi sayangnya, justru dia menjadi terlihat menyedihkan. Tuan menempatkannya menjadi setara dengan kita, dan yang lebih ironis lagi, semua orang dilarang mengatakan pada Tuan Muda Rainer bahwa dia adalah ibunya.”

 

 

Valerie mendengarnya tapi tidak sedikit pun dia merasa terganggu. Dia bukan Megan, bukan orang yang sedang dibicarakan. Gadis itu tetap fokus pada pekerjaannya yang tidak terpengaruh.

 

 

Ketika dia selesai dengan pekerjaannya, Valerie menata makan siang itu di atas nampan dan bergegas menuju kamar Rainer. Tapi, Jupiter lebih dulu menghentikannya sebelum gadis itu tiba di kamar Rainer.

 

"Bagaimana rasanya menjadi pelayan untuk putramu sendiri? Apa itu menyenangkan, Megan?" sindir Jupiter keras.

 

Dasarnya Valerie tidak merasa sebagai ibunya Rainer, dia hanya tersenyum menjawab ucapan lelaki yang merendakannya.

 

"Aku tidak pernah melahirkan, jadi aku tidak tahu rasanya."

 

Ingin sekali Jupiter meremas bibir yang berkata dengan gampangnya. Apakah tidak ada rasa bersalah di hati perempuan ini? Dia sudah menjadi pengasuh dan tidak sedikit pun menyesali perbuatannya? Jika bukan karena Rainer sering menanyakan tentang ibunya, Jupiter sendiri tidak sudi membawanya kembali ke rumah.

 

"Kau memang iblis yang tidak punya perasaan bahkan pada putramu sendiri. Kau lebih buruk dari binatang yang menelantarkan anaknya!" bisik Jupiter di antara gigi yang mengatup.

 

Valerie lelah berdebat dengannya. Meski terus mengelak, dia tidak akan pernah menang dari lelaki ini. Di mata Jupiter dia adalah Megan dan akan tetap menjadi Megan.

 

"Jika tak ada yang ingin Anda bicarakan lagi, saya permisi, Tuan." Valerie membungkuk sopan sebelum melanjutkan langkahnya menuju kamar Rainer.

 

 

“Tuan Muda, sarapanmu sudah siap,” kata Valerie, membawa nampan berkaki itu ke atas ranjang. Dia letakkan tepat di depan Rainer yang sedang sibuk dengan gadged di tangannya.

 

 

Mungkin sudah satu jam dia menunggu tuan muda yang acuh itu, tapi Rainer tidak juga menunjukkan minatnya untuk makan. Anak itu sangat sibuk dengan gadged seakan kedatangan Valerie tidak mempengaruhinya. Jadi, Valerie mengingatkan.

 

 

“Tuan Muda, jika kau tidak makan sekarang makanan ini akan menjadi dingin dan tidak enak. Sebaiknya hentikan dulu bermain,” katanya dengan nada pelan dan sopan.

 

 

“Kau pikir siapa dirimu? Kau hanya pengasuh di rumah ini, jadi jangan kau coba untuk menggurui tuanmu.” Rainer berkata tanpa melihat wajah Valerie.

 

 

Astaga, dia memang putranya Jupiter, sangat dingin dan tidak berperasaan persis seperti ayahnya yang gila itu. Mungkin dia juga hanya percaya pada isi kepalanya sendiri, sama seperti Jupiter? Valerie menggeleng kepala pelan.

 

 

Tapi Rainer melihat gelengan kepala itu sehingga dia tersinggung dan marah.

 

 

“Kau menilaiku? Sejak kapan ada seorang pengasuh yang berani menilai tuannya?”

 

 

Valerie sudah beberapa kali menjadi pengasuh anak di desanya, tapi dia belum pernah bertemu dengan anak seperti Rainer. Sangat kurang ajar dan tidak menghargai orang lain! Ah ... mungkin memang ini lah bedanya kehidupan di desa dan kota besar, apalagi anak ini hidup di dalam lingkup keluarga yang sangat kaya raya. Uang memang bisa membuat seseorang menjadi sangat tak punya sopan santun.

 

“Maaf, aku tidak berani.” Valerie menurunkan kepalanya. “Tapi jika kau tidak makan siang, kau bisa sakit, Tuan Muda.”

 

Rainer meletakkan gadged-nya dan menatap Valerie sendu.

 

"Aku mendengar pembicaraanmu dengan ayahku. Benarkan kau ibuku yang seperti binatang?" tanya anak itu.

 

Sungguh Valerie tidak bisa berkata-kata ketika mendengar Rainer menyebut ibunya seperti hewan. Anak ini sepertinya sangat membenci ibu yang meninggalkannya.

 

"Maaf, Tuan Muda, itu tidak benar. Aku hanya seorang pengasuh di sini."

 

Prang!

 

Nampan di depannya Rainer lemparkan sehingga menimbulkan suara bising di dalam kamar. Valerie terkejut sampai ikut melompat ketika pecahan mangkuk mengenai kakinya. Gadis itu tidak menduga anak seusia Rainer akan bertindak mengerikan. Tubuhnya sempat gemetar sebelum membalas tatapan dari Rainer.

 

Anak ini tidak boleh terus-terusan dibiarkan. Valerie harus mulai mengajarkannya sopan santun.

 

“Tuan Muda, membuang makanan adalah hal yang tidak terpuji. Di luar sana sangat banyak anak yang tidak bisa makan dengan cukup.”

 

 

“Dan kau pikir aku peduli? Karena kau bukan ibuku, maka jangan bersikap seakan aku adalah putramu!”

 

 

Dari kalimat itu Valerie bisa merasakan bahwa anak ini merindukan kasih sayang ibunya. Mungkin, anak ini menjadi pembangkang dan suka semaunya adalah bentuk dari protes yang tidak tersalurkan. Bisa Valerie rasakan bahwa Rainer menginginkan kehadiran seorang ibu, tapi dia terlalu egois untuk mengakuinya di depan orang lain. 

 

 

"Apa yang kau lihat? Kau tidak mendengar ucapanku? Jangan pernah melihatku dengan tatapan iba seperti itu!" sentak Rainer, membuat Valerie kembali dari pikiran panjangnya.

 

 

Lantas, Valerie membungkuk dalam dan meminta maaf lalu mengumpulkan semua pecahan gelas dan mangkuk.

 

“Kalau begitu aku permisi, Tuan Muda. Kau bisa memanggilku jika ingin makan,” ucapnya sebelum keluar.

 

 

Ketika dia keluar dari dalam kamar, beberapa orang sudah menunggunya di depan sana. Semua mata tertuju pada gadis yang kini membawa nampan berisi pecahan gelas dan mangkuk. Mereka menunjukkan ekspresi terkejut luar biasa.

 

 

“Rainer mengamuk? Astaga ... baru satu hari menjadi pengasuh dan kau membuatnya marah?” Patricia berbicara dramastis. “Kalian! Bawa dia sekarang juga ke halaman belakang!” perintahnya pada dua pelayan.

 

Ini kesempatan bagus bagi Patricia. Ketika Jupiter sudah berangkat ke kantor, dia lah yang harus menghukum gadis tidak tahu diri ini!

 

 

Sementara Valerie tidak mengerti kenapa semua orang sangat membenci dirinya. Apakah wanita bernama Megan itu memang sangat mengerikan, sampai semua orang tidak menyukainya? Atau kah mungkin orang-orang ini lah yang jahat, sehingga perempuan itu menjadi tak tahan hidup di lingkup keluarga ini? Dia semakin bingung ketika disuruh berdiri di bawah terik matahari.

 

“Karena kau baru bekerja dan sudah membuat keributan, maka berdiri lah di sana sampai matahari terbenam. Ingat, tak ada makan dan juga minum untukmu!”

 

Patricia sangat membenci Megan sampai ke ubun-ubun. Sejak Jupiter menikah dengan gadis itu, seluruh mansion ini adalah daerah kekuasaannya. Tak ada yang berani melawan wanita iblis itu, sebab Jupiter selalu memanjakan Megan. Dan ketika akhirnya Megan kabur membawa hampir setengah dari kekayaan keluarga, Jupiter membencinya sangat dalam.

Apa lagi tujuan Piter membawa Megan kembali? Pasti lah untuk membuat gadis itu menderita. Patricia akan sangat senang hati membantu Jupiter untuk menyiksa gadis ini.

 

"Berikan dia pukulan dua puluh kali!" perintahnya tanpa berperasaan.

Dua pelayan yang menyeret Valerie lantas mengambil pukulan rotan yang sudah disiapkan. Mereka bergantian memberi cambukan di dua betis Valerie, sehingga dia hanya bisa menjerit menahan sakit.

 

Sebenarnya, apa yang terjadi di rumah besar ini? Valerie tidak mengerti. Dia hanya bisa menjerit, meminta ampun dan memohon, tapi pukulan itu sama sekali tidak berhenti sampai mereka menghitungnya dua puluh kali.

 

Tapi ketika pukulan itu berhenti, Patricia belum merasa puas sehingga dia menyuruh pelayan mengikatnya di bawah terik matahari.

 

"Bawakan serangga padanya!" perintahnya sekali lagi.

 

 

Ya Tuhan ... hukuman semacam apa itu? Hanya karena tidak bisa membujuk Rainer makan lantas mereka harus menghukum Valerie semengerikan ini? Pukulan rotan dua puluh kali, dijemur tanpa makan dan minum sampai sore, dan sekarang masih ingin memberikan hukuman tambahan?

 

Valerie membayangkan dirinya akan mati oleh gigitan serangga sebanyak itu, jadi dia tidak bisa diam kali ini.

 

"Cukup! Kalian tidak bisa melakukan ini padaku!" Matanya terbuka lebar melihat sarang serangga yang dibawa mendekat padanya. "Apa salahku sampai kalian melakukan ini? Jauhkan serangga itu!" teriaknya, mencoba mengelak dari paranpelayan yang mengikat kedua tangan. Bahkan berusaha lari pun dia tidak bisa oleh cengkraman dua pelayan yang juga mengikat kakinya.

 

Patricia hanya tertawa melihat Valerie mulai digerayangi semut besar berwarna merah itu, seakan seluruh dendamnya dibayarkan lunas.

 

"Nyonya! Tolong katakan pada mereka untuk menjauhkan serangga ini. Kau tidak boleh melakukan hal mengerikan ini pada seseorang, Nyonya!" seru Valerie memohon. kedua tangan yang terikat ke belakang membuatnya tidak bisa bahkan untuk melindungi telinga dari serangan serangga yang sangat banyak.

 

Patricia menyeringai puas. Ini lah yang dulu pernah dia impi-impikan, membuat Megan merasakan penderitaan seperti yang pernah dilakukan gadis itu padanya.

 

"Megan, bagaimana rasanya menjadi orang yang mendapat ketidakadilan? Apakah itu enak? Kau menikmati gigitan serangga itu?" sindirnya. "Rasakan lah sembari mengenang kekejamanmu di masa lalu!" lanjutnya tak berperasaan.

 

"Aku bukan Megan! Kalian salah jika ingin membalaskan perbuatannya padaku!"

 

Dia bukan Megan, Valerie tidak sepantasnya mendapat penderitaan seperti ini. Tangis dan permohonan gadis itu adalah hal sia-sia yang hanya mampu dia telan sendiri. Tak ada yang mengasihani dirinya, apalagi berniat untuk melepaskan penderitaan ini. Valerie menjerit fustrasi.

 

Hingga seluruh tubuhnya bengkak oleh gigitan serangga, baru lah Patricia datang dengan dua pelayannya. Dia tertawa besar melihat kondisi gadis yang sangat memprihatinkan.

 

"Kau kuat juga, ya. Padahal aku pikir kau akan pingsan dalam waktu satu jam," sindir Patricia.

 

Dengan sisa tenaganya, Valerie membalas tatapan wanita kejam itu. "Apa yang membuat Anda sangat kejam padaku, Nyonya?"

 

Dua mata Patricia membesar, dia sangat kesal dengan gadis yang seperti tidak merasa bersalah ini. Apakah Megan sedang berusaha membuat drama yang teraniaya?

 

"Terus lah berpura-pura, maka aku akan semakin senang memberikan hukuman padamu!"

 

Berpura-pura? Ah ya. Valerie hampir lupa jika semua orang menganggap dirinya Mega. Dengan membuat dirinya lemah dan banyak bertanya, itu pasti semakin memicu kebencian di hati orang-orang ini. Tak ada kesempatan bagi Valerie untuk membuktikan bahwa dirinya bukan gadis yang meraka maksud.

 

"Jangan kau coba mengatakan pada Jupiter bahwa aku yang menghukummu, atau kau rasakan akibatnya!" peringat Patricia, sebelum tubuh lunglai Valerie dibawa menuju klinik khusus pelayan.

 

Bagaimana dia akan berani mengadu? Sedangkan jelas Valerie tahu, Jupiter sendiri pun sangat membencinya dan beberapa kali memukul dengan sabuk. Jika dia berani mengatakan dihukum oleh Patricia, bukankah itu sama saja dia membuat diri menjadi bahan tertawaan? Jupiter akan sangat senang, bisa saja justru menyuruh Patricia lebih sering membuatnya menderita.

 

 

Nasib apa yang dia dapatkan ini sebenarnya? Valerie tak pernah berpikir hidupnya akan berakhir seperti ini. Dia sangat marah, tapi tak bisa melakukan apa pun untuk melawan. Namun untuk pasrah juga dia sangatlah tak rela. Haruskah Valerie mendapatkan siksaan ini terus-terusan, dan sampai kapan tubuhnya mampu menerima perlakuan tidak adil seperti itu? Valerie ingin berontak, menghancurkan dunia bahkan jika dia bisa.

 

****

 

 

 

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Sapar Khan
aduhhhhh sangat tersiksa
goodnovel comment avatar
Mikasi Mimi
bagus novelnya...
goodnovel comment avatar
edmapa Michael
Kapan penderitaan wanita itu berakhir??????
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Bohongan CEO   6. Berikan Aku Uang!

    Sekembalinya dari klinik, Valerie membersihkan tubuhnya yang masih penuh bentolan dan berwarna merah. Perih. Bibirnya meringis merasakan buih sabun itu seperti perasan asam yang mengenai luka. Beberapa kali air mata masih menetes di wajah cantik yang kian hari semakin sendu. Selepas mandi, tak lupa dia gosokkan salap penghilang bentol yang diberikan oleh dokter untuk mengurangi iritasi.Baru saja dia pikir untuk beristirahat, pikirannya justru terarah pada Nicky, adiknya yang berusia empat belas tahun dan mendapat perawatan di rumah sakit khusus kanker. Valerie sangat merindukan Nicky sampai tak bisa menahan diri, dan berpikir ingin mendengar kabar darinya. Tapi dengan apa? Ponselnya sudah menghilang ketika Valerie mengalami penculikan di bandara.Dia teringat di lorong menuju kamarnya terdapat sebuah telepon rumah. Mungkin tidak masalah jika dia meminjam telepon di mansion besar itu. Untung-untung jika Valerie bisa meminta Nicky untuk bersak

    Last Updated : 2021-07-27
  • Istri Bohongan CEO   7. Aku Akan Menjadi Ibu Rainer.

    Alis Jupiter bertaut di satu tempat. Otaknya belum bisa mencerna maksud dari perkataan perempuan yang ada di depannya. Bukankah barusan dia berkata agar gadis ini melaporkan pekerjaan? Kenapa dia justru meminta uang? Mendengus, Jupiter menatapnya dengan pandangan merendahkan.“Uang? Kupikir kau tidak mungkin lupa dengan uang yang kau bawa kabur dariku. Dan sekarang kau membahas uang lagi?”“Dan aku tahu kenapa kau menahanku di sini, Tuan Lemanuel. Karena sebenarnya, putramu membutuhkan sosok seorang ibu. Dia merindukan kasih sayang seorang ibu dan sebab itu lah kau menyiksaku.”Rahang Jupiter mengeras mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Valerie. Dia marah, Valerie tahu itu. Tapi untuk sekarang itu bukan lah hal penting. Mendapatkan uang agar Nicky terus bisa menjalankan perobatannya adalah hal yang selalu dia pikirkan sejak tadi.“Ibu sepertimu? Huh!” Jupiter mendengus marah. “Putraku tidak membutuhkan ibu

    Last Updated : 2021-07-30
  • Istri Bohongan CEO   8. Kita (Tidak) Butuh Seorang Ibu

    Semakin lama lelaki itu mencengkram lehernya, semakin sakit pula Valerie rasakan di sana. Kedua tangan berusaha menggapi pergelangan Jupiter, berharap dia bisa lepas dari tangan lelaki itu. Bola mata yang membulat sempurna pun mulai terbalik sehingga hanya putihnya saja yang terlihat. Jupiter sudah seperti manusia yang kesetanan.Ketika akhirnya Valerie berhasil memukul pelan pergelangan Jupiter, lelaki itu seperti tersadar bahwa dia hampir saja menjadi pembunuh. Dia lepaskan cengkramannya dengan kesal, membiarkan tubuh Valerie jatuh ke atas lantai.“Aku bisa membunuhmu kapan saja jika aku ingin. Tapi aku akan rugi jika membunuhmu secepat itu,” kata Jupiter. “Kuperingatkan agar jangan kau coba memancing amarahku jika kau masih menyayangi nyawamu!” ancamnya, pelan tapi cukup tegas di telinga.Gadis yang terkapar di atas lantai masih berusaha mengumpulkan udara untuk mengisi paru-parunya. Valerie terbatuk memegangi leher yang terasa sangat

    Last Updated : 2021-07-31
  • Istri Bohongan CEO   9. Resmi Menjadi Megan.

    ‘Meski aku marah melihat perselingmu, akan kututup mataku dan melupakan perbuatanmu kali ini, Megan. Demi Rainer, aku akan berpura bodoh dan buta.’‘Dan kau pikir aku peduli tentang itu? Aku ingin bercerai! Dan kukatakan, bahwa aku juga tidak peduli pada putramu yang bodoh itu!’Pertengkaran terkahir yang Jupiter ingat adalah, Megan berkata dia tidak peduli pada Rainer. Wanita itu bahkan menghina, mengatakan putranya seorang autis. Jupiter meremas jemari setiap kali mengingat Megan meninggalkan rumahnya dengan membawa hampir setengah dari kekayaan yang dia miliki. Wanita berhati iblis itu benar-benar menghilang bagai ditelan bumi. Dan ketika Jupiter sudah berhasil melewati semua kesulitannya, siapa sangka dia akan menemukan wanita itu lagi? Dan masih tetap sebagai wanita yang tamak akan uang.Brak!Jupiter memukul meja kerjanya, untuk melepaskan amarah yang tertahan.“Bawa Megan padaku.”Pria yang be

    Last Updated : 2021-08-01
  • Istri Bohongan CEO   10. Mari Kita Luruskan Masalah ini.

    Meladeni Patricia adalah hal yang sia-sia. Valerie hanya akan mendapat masalah jika menjawab perkataan wanita kejam itu. Dia menghela napas berat sebelum melanjutkan langkahnya lagi.“Maaf, aku punya urusan lain.”Valerie mempercepat langkah untuk meninggalkan wanita itu. Valerie gemetar, dia sadari itu. Sebab itu dia bergegas meninggalkan Patricia yang kini menggerutu di belakang sana. Valerie belum siap untuk membalas perkataan wanita kejam yang semakin menjadi-jadi.Di depan pintu kamar Rainer, dia mempersiapkan diri akan mendengar kalimat apa nantinya dari anak itu. Mungkin Rainer akan meledak-ledak seperti kemarin? Tapi untuk mundur bukan lagi pilihan, sebab Valerie sendiri lah yang mengambil keputusan menjadi ibu bagi Rainer.“Selamat pagi,” sapa Valerie, membuat dirinya seramah mungkin. “Kau sedang bermain?” lanjutnya, memasuki kamar Rainer dengan seulas senyum di bibirnya.Anak kecil yang sedang memainkan

    Last Updated : 2021-08-03
  • Istri Bohongan CEO   11. Kau Monster Yang Mengerikan!

    Membiarkan Patricia terus mengatakan keburukan Megan, tentunya akan membuat Rainer semakin membenci ibu kandungnya sendiri. Dan sebagai orang yang mengambil peran menjadi ibu anak ini, Valerie akan mendapat kesulitan jika hubungannya dan Rainer menjadi semakin runyam.Berpikir untuk mundur dan menarik ucapannya? Tidak! Valerie tidak akan melakukannya, demi pengobatan Nicky ke depan nanti. Bahkan jika dia harus menjadi musuh bagi semua orang di rumah ini, gadis itu akan menunjukkan bahwa dia bisa lebih baik daripada Megan yang mereka kenal dulu. Tak akan dia biarkan hidupnya berakhir sia-sia di tangan Jupiter, menanggung semua tuduhan yang bukan kesalahannya.Lantas, tanpa peduli dengan tatapan tajam dari Rainer, Valerie memberanikan diri berbicara.“Rainer, mungkin aku buruk di mata semua orang. Aku tahu ada yang salah dengan masa lalu kita, tapi akan kubuktikan bahwa aku adalah ibu yang baik,” ucapnya yakin.Melihat Rainer yang bersifat menge

    Last Updated : 2021-08-04
  • Istri Bohongan CEO   12. Dia Putraku!

    Keteguhan hati Valerie sudah bulat untuk mendapatkan kepercayaan dari Rainer. Sejak tadi malam dia terus berpikir bagaimana akan membujuk anak itu, sehingga Rainer menjadi baik dan bisa menerimanya. Valerie sampai tidak tidur satu malaman oleh pikiran yang terus mencari ide sehingga ketika di subuh harinya, akhirnya dia mendapatkan gagasan baik untuk mendekati anak itu. Ya, Valerie sudah mengatur rencananya dan akan dia tunjukkan pada Jupiter bahwa dia lah yang akan memenangkan hati Rainer.Pagi-pagi sekali dia sudah bangun dan bersegera menuju kamar Rainer. Dia bangunkan anak itu tanpa mempedulikan jika Rainer yang mengomel atau bahkan melemparnya lagi.“Rainer, bangun. Ini sudah siang dan kau harus berangkat ke sekolah,” kata Valerie, menarik selimut yang menutupi tubuh anak itu.Rainer mendengarnya dan mendecih kesal, lalu bergumam kesal. “Jangan mengusikku jika kau tak ingin kuusir.”Valerie menahan hatinya mendengar perk

    Last Updated : 2021-08-05
  • Istri Bohongan CEO   13. Aku Ibunya Rainer.

    Kelas sangat riuh oleh suara anak-anak yang baru saja memasuki ruangan. Valerie berdiri di balik jendela kaca untuk mengawasi putranya yang duduk sendiri di sebuah meja. Tak satu pun anak yang datang ke tempatnya, bahkan seorang anak lelaki lainnya memilih duduk di meja yang sudah diduduki dua anak lain. Terdengar kebisingan dari anak yang bangkunya direbut paksa oleh si lelaki bertubuh gendut. “Ini mejaku, kau tidak boleh merebutnya begitu saja,” kata anak perempuan yang mengenakan kipang rambut berwarna hijau. “Tapi aku ingin duduk di sini. Kau bisa pergi jika tidak senang.” Si gendut mengotot dan mendorong anak perempuan, membuatnya menjerit. Guru wanita yang baru saja masuk datang melerai kebisingan itu, memberi pengertian pada si anak gendut. “Jean, kau tidak boleh mendorong anak perempuan, oke? Berikan kursi milik Lalita, dan pindah lah ke mejamu,” kata si guru wanita berkaca mata bulat itu. Si gendut yang dipanggil Jean, segera menggele

    Last Updated : 2021-08-06

Latest chapter

  • Istri Bohongan CEO   125. Ekstra Bab.

    “Aku mencintaimu.”Jupiter memberi kecupan di bibirnya istrinya, memeluk wanita berambut panjang itu. Dia tatap mata indah Valerie, mata yang baginya adalah lautan yang mampu menenggelamkan. Mata itu bagaikan samudra, membuat Jupiter ingin terus berlama-lama tenggelam di sana.“Aku lebih mencintaimu, Suamiku. Tapi, cepat lah ambil bekalnya, anak-anak pasti ingin memakan sesuatu.” Dia dorong dada Jupiter menjauh, mengingatkan suaminya akan pekerjaan yang belum dilaksanakan.“Oh, aku hampir lupa. Wajahmu begitu indah sampai membuatku melupakan segalanya,” puji Jupiter.Valerie memutar matanya. Sejak berapa tahun mereka menikah, lelaki di depannya itu memang sangat senang menggoda dan menggombal. Dia sudah paham tabiat Jupiter tetapi entah kenapa wajahnya selalu bersemu .“Dasar tukang gombal.”“Tidak, aku tidak begitu. Aku sangat menyukai wajah istriku dan itu tidak berbohong,”

  • Istri Bohongan CEO   124. Ending.

    “A-apa yang kau katakan, Piter?” Megan kelabakan sekarang, tetapi dia masih mencoba mengelabuhi lelaki yang ada di depannya. Wanita itu menyentuh lengan Jupiter mencoba merayu. “Apakah kau demam, Piter? Aku istrimu, kenapa kau menanyakan ke mana aku pergi? Astaga... kau sangat mencintai istrimu sampai mengigau” katanya.Jupiter bukan orang bodoh. Ya, anggap lah dia sudah bodoh satu minggu ini sehingga tak bisa menyadari siapa yang ada di dekatnya. Jika saja Jupiter tidak terlalu mencintai Valerie, dia pasti bisa melihat betapa bodohnya dia kemarin.Ketika Piter bertanya kenapa Raena diberi susu botol, kala itu dia curiga melihat dada istrinya yang berbeda. Itu tidak seperti pucuk dada milik seseorang yang menyusui. Tapi Jupiter terlalu takut istrinya akan tersinggung, sehingga mengabaikan keganjilan yang dilihatnya. Piter juga curiga akan keanehan Valerie yang sama sekali tidak mempedulikan Rainer. Dia ingin bertanya, tetapi rasa cinta ter

  • Istri Bohongan CEO   123. Di Mana Istriku?

    “Ah sial!” Umpatan tak bisa dihindarkan keluar dari mulutnya. Segera Jupiter menghubungi nomor kakaknya untuk mengawasi Valerie di rumah. Jika benar perempuan itu bukan Valerie, dia tidak akan melepaskan Megan kali ini.Siapa lagi jika bukan Megan? Hanya mantan istrinya itu lah satu-satunya orang yang selalu megusik hidupnya selama ini.“Jelny, awasi Valerie di rumah. Jangan biarkan dia pergi sebelum aku tiba di rumah.” Piter berpesan, lalu mematikan ponselnya bahkan sebelum Jelny menyahut dari ujung sana. Lantas dia memacu jalan mobilnya untuk segera kembali ke mansion.**Malam semakin larut membuat pemandangan lebih gelap. Valerie masih berlari di tengah suara hewan malam yang terus memenuhi telinga. Sesekali dia terjatuh, ketika kakinya tidak mampu berlari lagi.“Arh!” Valerie menjerit saat kakinya masuk ke dalam lubang, dan dia menjadi jatuh. “Aw...” eluh

  • Istri Bohongan CEO   122. Dia Bukan Valerie?

    “Valerie, kau belum tidur?”Jelny muncul dari arah lain, mengejutkan Megan yang tengah mengendap-endap keluar dari kamar. Mata gadis itu tertuju pada kantong hitam yang tengah Megan bawa.“Apa yang kau bawa?” tanya Jelny lagi, membuat Megan ingin memecahkan kepala kakak iparnya itu.‘Bukan urusanmu, brengsek! Kenapa kau tidak tidur saja?’“Valerie? Kau mendengarku?”“A-apa?” Megan terkesiap.“Kenapa kau sangat terkejut? Astaga... aku hanya bertanya apa yang kau bawa di kantong hitam itu.”“Ini kotoran Raena,” sahut Megan cepat. “Ya, kotoran Raena. Baunya tidak sedap jika dibiarkan di dalam kamar, jadi aku ingin membuangnya.” Ada saja alasan yang didapat wanita pembohong ini.“Oh, itu. Kenapa kau tak menyuruh pelayan atau pengasuh saja? Valerie, kau baru melahirkan, tidak baik sering-sering naik turun tangga.”&ldqu

  • Istri Bohongan CEO   121. Ini Tentang Ibu.

    ‘Bagaimana uangku? Kau tidak ingin aku mengirim gambar ini pada Jupiter, kan?’ sebuah pesan Marius kirimkan dari ponselnya.Tak sampai dua menit, dia sudah menerima balasan untuk pesan itu.‘Datang lah sekarang, aku akan meletakkan uangmu di tempat sampah depan mansion.’Lelaki itu segera bangkit dari duduknya. Valerie yang tengah berbaring di atas dipan kayu, ikut bangkit melihat lelaki itu.“Ke-kenapa?” tanya Valerie, bingung melihat eskpresi tak biasa yang Marius tunjukkan.Marius menghela napas panjang, matanya menatap Valerie tidak tega. Tapi dia tak punya pilihan sekarang, dia harus menjemput uang yang Megan janjikan agar segera bisa pergi membawa Valerie.“Aku akan pergi membeli makanan.”“Ka- kau meninggalkanku sendiri?” Valerie balik bertanya dan tampak ket

  • Istri Bohongan CEO   120. Kebebasan Bagi Valle?

    ‘Tidak... aku tidak mau tertangkap. Tidak mungkin, hidupku tidak boleh berakhir seperti ini.’Megan tak bisa mengatakan apa-apa. Mulutnya kaku, otaknya tak mampu berpikir selain mungkin rahasianya sudah terbongkar sekarang. Dia ingin menutup panggilan itu dan melarikan diri sebelum Jupiter lebih dulu menemukannya.Megan bahkan berpikir untuk kabur menggunakan uang penjualan perhiasan milik Valerie, agar tidak tertangkap oleh Jupiter.“Valerie, kau mendengarku?”Bagaimana ini? Megan mendengarnya, tetapi dia tidak bisa berbicara. Otak kotornya tengah digunakan memikirkan rencana busuk untuk melarikan diri.“Maafkan aku, Valle, aku menyesal.”A-apa itu? Apakah Megan tidak salah mendengar? Jupiter baru saja meminta maaf dan dia berkata menyesal? Megan masih tetap terdiam, ragu mungkin lelaki itu hanya brsandiwara.“Aku memang bodoh, aku tidak memikirkan istriku yang baru menghadapi masa sulit mela

  • Istri Bohongan CEO   119. Kau Di Mana?!

    Jupiter termenung di ruang kerjanya. Otaknya berputar keras mengingat Valerie yang terasa aneh belakangan ini. Bukan, dia tidak sibuk seperti yang dia katakan pagi tadi. Jupiter ke kantor hanya ingin menenangkan pikiran dari gangguan istri yang sungguh tidak biasanya.Sekembalinya Valerie dari rumah sakit itu dirasa sangat aneh. Dia tidak seperti Valle yang Piter kenal sabar dan selalu bersikap santai. Menurut Jupiter, Valerie yang sekarang justru sangat berbalik seratus delapan puluh derajat.Bayangkan saja. Seorang wanita yang baru melahirkan, apakah wajar terus-terusan menempel di selangkangan? Valerie adalah gadis yang bersifat manis, penyabar dan dia bukan seseorang yang hanya memikirkan tentang seks. Tapi belakangan ini tangannya terus saja menyentuh milik Jupiter seakan takut benda itu akan hilang begitu saja. Bukankah dia masih berdarah? Bagaimana jika Piter tidak mampu menahan hasrat lalu memaksanya berhubungan intim?Jangan sampai. Piter tidak akan mem

  • Istri Bohongan CEO   118. Ibu Yang Mencurigakan.

    “Aku harus mendapatkan uang, aku harus mendapatkan uang.”Megan berputar-putar di dalam kamar. Kepalanya sudah terasaa akan pecah mencari ide untuk mendapat uang sesegera mungkin. Dia tidak akan membiarkan Marius mengirimkan gambar-gambar itu pada Jupiter, sehingga hidupnya akan berakhir hari ini juga.“Sial! Kemana aku akan mencari uang yang sangat banyak?” umpatnya penuh emosi.Satu juta dolar, dan itu bukan lah jumlah yang sedikit. Dia saja tidak memiliki bahkan seperempat yang diminta oleh lelaki itu, bagaimana bisa dia mengirimkannya dalam waktu singkat? Megan frustasi, rencananya menjadi hancur karena orang yang dia anggap bodoh justru sekarang mengancam dirinya."Orang bodoh itu, kenapa juga aku bisa lalai padanya?" gerutu Megan tak percaya.Ketika dengan Sammy, Megan bisa membuat lelaki itu benar-benar bodoh. Tetapi Marius ternyata berbeda. Lelaki itu hanya menginginkan Valerie sehingga tunduk padanya selama in

  • Istri Bohongan CEO   117. Kenapa Valerie Berbeda?

    “Sayang, apa yang kau berikan pada baby Raena?”Megan sangat terkejut mendengar suara Jupiter di belakangnya. Lelaki itu baru selesai mandi dan berdiri tepat di pintu kamar mandi. Alisnya mengerut melihat botol susu yang tengah dia berikan pada bayi di dalam pangkuannya.“Kau memberinya susu formula?” Sekali lagi, Piter bertanya dari ujung sana, lalu berjalan sangat cepat menuju sofa yang diduduki oleh Megan. “Kenapa kau memberinya susu formula?”‘Sialan... kenapa, sih, dia sangat cepat datang?’ umpat Megan kesal. Dia harus memutar kepalanya sebelum Jupiter bertanya lebih banyak lagi.“Sayang, ini ASI. Sebenarnya aku memerahnya sejak tadi malam, dan memberikan pakai botol untuk Raena. Itu... put.ngku perih, aku tidak tahan,” ucapnya, membuat wajah sedih dan merasa bersalah.Sejak dua hari ini mereka sudah kembali ke rumah. Megan terus menyamar sebagai Valerie, dan harus berpura menyu

DMCA.com Protection Status