Pada malam hari, Michael terbangun oleh suara seruan Irene. Saat dia menyalakan lampunya, dia menyadari bahwa Irene sedang tidur dengan gelisah sambil mengigau.Hanya saja, suara Irene terlalu samar, hingga Michael sama sekali tidak bisa mendengar apa yang sedang Irene katakan dengan jelas."Kak!" Michael memanggil Irene sambil memegang kening wanita itu. Dia menyadari bahwa kening Irene sudah bercucuran keringat dan terasa panas.Michael bergegas menyeka kening Irene dengan handuk yang sudah dibasahi dengan air hangat.Irene tetap memejamkan kedua matanya sambil terus menggumamkan sesuatu.Michael terus memanggilnya, tetapi mata Irene tetap saja tidak dibuka.Michael mengernyit, dia merasa khawatir dan gelisah. Bahkan, untuk sesaat, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk membuat Irene merasa lebih nyaman.Sepertinya, ini pertama kalinya dia mengkhawatirkan seorang wanita seperti ini.Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Charles, sekretarisnya. Pada pukul dua tengah mala
Namun, Charles langsung menyingkirkan pikiran ini. Dia tidak seharusnya menebak-nebak hal ini.Charles pun menutup pintu kamar ini dengan pelan. Di dalam ruangan, Michael menatap Irene yang sedang terlelap. Dia menyodorkan obat demam ke bibir Irene yang agak kering sambil berkata, "Ayo minum obat."Tanpa disadari, Irene malah menutup mulutnya rapat-rapat. Obatnya tidak bisa dimasukkan ke dalam mulutnya, apalagi ditelan.Michael benar-benar habis pikir. Kemudian, dia memasukkan obat dan air ke dalam mulutnya sendiri, menundukkan kepalanya dan mendekatkan bibirnya ke bibir Irene.Bibirnya menyentuh bibir Irene. Dia membuka bibir Irene dengan ujung lidahnya dan memasukkan obat itu ke dalam mulut Irene. Sebenarnya, masih ada cara lain untuk membuat Irene minum obat, tetapi entah mengapa dia menggunakan cara ini.Meskipun obatnya sudah berada di dalam mulut Irene, bibir Michael masih tetap menempel dengan bibir Irene.Michael merasakan sejenis keserakahan dan juga sejenis kecanduan. Makin l
Melvina terus mengeluh.Mendengar ucapan Melvina, Marco dan Susanna pun mengernyit.Bagi Keluarga Susanto, uang 9,6 miliar tidak termasuk banyak. Namun, bagi orang biasa, uang ini sangat besar."Martin, kamu ...." Susanna menatap putranya dengan tatapan heran."Coba tanyakan pada Melvina apa yang sudah dia lakukan." Martin berkata dengan kesal, "Dia bilang, dia akan membelikan satu baju untuk Irene. Akhirnya, Irene memilih satu gaun seharga 9,6 miliar. Aku hanya membereskan masalah yang dibuat Melvina.""Kalau dia pilih, memangnya kamu harus langsung kasih?!" Melvina berseru dengan kesal, "Kak, kenapa kamu nggak bilang saja kalau kamu masih menyukai Irene?!""Aku sedang menyelamatkanmu!" Martin benar-benar ingin sekali menampar adiknya lagi.Melvina berkata dengan amarah yang menggebu-gebu, "Apa yang bisa Irene lakukan padaku? Kak, ucapanmu benar-benar konyol.""Benar, Martin, kamu terlalu keterlaluan. Kamu malah menampar adikmu demi Irene. Wanita itu adalah pembawa sial. Kalau bukan k
Martin ingin meminta maaf secara langsung pada Michael, tetapi dia sama sekali tidak bisa bertemu dengan Michael. Oleh karena itu, dia hanya bisa menunggu di depan daerah perumahan tempat Irene tinggal. Saat dia melihat sebuah mobil Bentley berhenti di dekat gerbang perumahan dan sebuah sosok turun dari mobil, dia langsung pergi menyapa orang tersebut."Tuan Michael, kejadian sebelumnya terjadi karena adik saya masih kurang bijak. Mohon Anda berlapang dada dan lepaskan Keluarga Susanto," kata Martin dengan sangat rendah diri."Melepaskan Keluarga Susanto?" kata Michael dengan cuek."Anda bisa mengatakan apa pun syarat yang Anda inginkan. Saya akan menyetujui yang bisa saya lakukan," kata Martin.Michael menatap pria di hadapannya ini dengan tatapan dingin. Pada saat ini, Martin merasa seakan-akan seluruh darahnya membeku. Tatapan Michael membuatnya merasa seakan-akan dia sedang diawasi oleh binatang buas, hingga dia bahkan tidak berani bernapas dengan terlalu keras.Michael tiba-tiba b
Sebelum ancaman Melvina bisa diselesaikan, ucapannya dipotong oleh pria itu. "Baguslah, berarti kamu Nona Melvina."Seusai berbicara, pria itu berbalik dan berkata pada orang-orang di belakangnya, "Patahkan kaki kanannya. Di video, kaki yang dia ulurkan itu kaki kanan."Apa maksudnya?!Melvina pun terkejut. Apakah orang-orang ini bukan datang untuk memerasnya?Sesaat kemudian, terdengar suara teriakan yang menyedihkan di dalam ruangan ini .......Keesokan paginya, saat Irene bangun, demamnya akhirnya sudah mereda. Michael berkata, "Syukurlah demammu sudah reda. Kalau nggak, hari ini aku harus menggendongmu ke rumah sakit, Kak.""Semalam ... aku demam?" gumam Irene."Ya, kamu demam. Selain itu, kamu mengucapkan banyak hal," kata Michael.Irene langsung terkejut. "Apa ... apa yang sudah kubilang?" Dia tidak mengucapkan hal-hal aneh, 'kan?"Kak, katamu, kamu akan patuh, akan menjadi anak yang patuh, terus kamu memintaku untuk menemanimu," kata Michael dengan usil.Wajah Irene seketika me
Astaga, apa yang sedang Irene pikirkan?! Mengapa dia bisa memikirkan hal seperti ini?!"Rasanya aneh kalau kedekatan," kata Irene."Baiklah kalau begitu," kata Michael sambil melepaskan pegangannya. Dia mundur selangkah dan mulai membereskan barang di atas meja.Irene membuang napas dengan lega, lalu memegang pipinya yang terasa panas."Oh ya, Kak, tadi, saat kita sedekat itu, apakah kamu ingin menciumku?" tanya Michael tiba-tiba, membuat Irene langsung tercengang.Irene mengedipkan matanya, dia hanya merasa pipinya makin panas."Apakah pertanyaan ini sangat sulit dijawab?" tanya Michael lagi dengan alis terangkat."Aku .... Tentu saja aku hanya ....""Kalau itu Kakak, aku bersedia." Michael memotong ucapan Irene, dia berkata, "Aku nggak suka kalau wanita lain menciumku, tapi kalau itu Kakak, aku bersedia."Melalui jendela kaca yang kecil, cahaya matahari menyinari Michael yang berada di dalam kamar.Ekspresi Michael sangat tulus, seakan-akan dia sedang memberi tahu Irene bahwa dia tid
Irene menggigit bibirnya dan berkata, "Daripada bergantung pada orang lain, sebaiknya aku bergantung pada diriku sendiri. Dengan begitu, aku nggak akan kecewa pada siapa pun."Kalau tidak, makin besar ekspektasinya, kekecewaannya juga akan makin besar."Tapi aku ingin sekali menjadi penyokong Kakak. Bagaimana, dong?" kata Michael sambil menatap Irene dengan tatapan santai."Kalau Mike ...." Irene tersenyum dan berkata, "Baiklah. Aku akan menunggu saat Mike menjadi penyokongku.""Kenapa Kakak tiba-tiba bersedia?" tanya Michael."Karena Mike nggak akan membuatku kecewa, karena ...." Irene terdiam sesaat, lalu berkata, "Apa pun yang terjadi, kamu nggak akan meninggalkanku. Benar, nggak?"Mendengar ucapan Irene, Michael tertawa kecil dan berkata, "Benar, aku nggak akan meninggalkan Kakak."...Pada malam hari, setelah Michael melihat Irene terlelap, dia berjalan keluar dari kamar kontrakan itu dan langsung pergi ke sebuah rumah yang terletak tidak jauh dari tempat tinggal Irene.Hanya saja
Tepat pada saat ini, Michael mengakhiri panggilan itu dan berkata pada Charles, "Selesaikan sisa rapatnya untuk hari ini. Besok, berikan notulen rapatnya padaku.""Bagaimana dengan Tuan Michael?" tanya Charles."Irene tiba-tiba bangun dan tanya aku ke mana. Sekarang, aku harus pulang," kata Michael. "Lagi pula, arah utama rapat hari ini sudah ditentukan, hanya tersisa beberapa detail kecil."Seusai berbicara, Michael berjalan keluar dari ruangan. Begitu melihat bos mereka pergi, sekumpulan petinggi luar negeri yang masih menanti seketika mulai berdiskusi lagi.Charles pun menyalakan mikrofonnya."Pak Charles, ada apa ini?""Kenapa Pak Michael pergi?""Tadi, siapa yang menelepon Tuan Michael?""Oh, dari ekspresi Pak Michael saat bertelepon tadi, Pak Michael pasti sedang berpacaran," kata seorang petinggi luar negeri dengan penuh perasaan.Charles hanya bisa tersenyum dengan canggung dan berkata, "Sudah, ayo kita lanjutkan rapatnya." Berpacaran? Apakah Michael sedang berpacaran?Untuk se