Apa pun yang terjadi, pada saat ini, Harry tetap menempatkan dirinya di posisi yang sangat rendah."Nggak usah, sepertinya dia juga nggak tentu ingin bertemu dengan kalian," kata Michael dengan cuek.Hannah dan Luvana seketika terlihat lega. Bagi mereka, tidak perlu meminta maaf pada Irene secara langsung adalah hal yang sangat baik. Setidaknya, mereka tidak akan merasa terlalu terhina.Bagaimanapun, mereka tentu saja tidak ingin meminta maaf pada seseorang yang mereka pandang rendah. Terutama, bagi mereka, Irene adalah seorang pembunuh. Bagi Hannah, Irene juga pernah menjadi saingannya dalam percintaan.Hanya saja, Harry malah mengernyit. Dia merasakan sejenis firasat buruk dalam hatinya. Dia takut masalah ini tidak semudah yang awalnya dia pikirkan."Kalau begitu, kami nggak akan mengganggumu lagi, Michael. Kami pergi dulu, ya," kata Luvana sambil mengisyaratkan pada Harry untuk pergi dengan tatapannya.Hanya saja, baru saja Luvana berdiri, Michael sudah langsung berkata, "Oh iya, ba
Biasanya, di kalangan kelas atas, Luvana selalu disanjung orang lain, dia tidak pernah menerima perlakuan seperti ini."Nggak bisa, aku harus memberi Irene sebuah pelajaran! Pasti dialah yang mengadu yang aneh-aneh pada Michael. Dulu, Michael tidak bersikap seperti ini padaku," kata Luvana. Dia ingin melemparkan seluruh tanggung jawab ini pada Irene."Sudahlah!" seru Harry. "Ke depannya, jangan ganggu Irene lagi. Masalah ini berakhir di sini!"Luvana menatap suaminya dengan tatapan tidak percaya. "Apa maksudmu? Irene membunuh putri kita!"Tatapan Harry terlihat rumit. Dia memalingkan wajahnya, seakan-akan dia sengaja menghindari tatapan istrinya. "Kalau kamu nggak mau membuat seluruh Keluarga Moiras menemani makamnya Helen, dengarkan ucapanku!"Luvana masih ingin membantah, tetapi Hannah menarik ibunya sambil berkata, "Ibu, dengarkanlah ucapan Ayah. Setidaknya, sekarang ... jangan sentuh Irene." Adapun kapan Michael tidak lagi tertarik pada Irene tergantung pada nasibnya Irene.Luvana
Jika dia terlalu bergantung pada Michael, hal ini mungkin akan perlahan-lahan menjadi sejenis kebiasaan ....Michael membungkukkan badannya dan mencium pipi Irene yang masih merah dan bengkak dengan sangat lembut. "Kalau begitu, bergantung saja padaku. Ketergantunganmu adalah keinginanku," kata Michael.Michael sangat menginginkan ketergantungan Irene padanya, dia berharap agar Irene bergantung padanya hingga Irene tidak bisa meninggalkannya ....Setelah sekitar setengah jam, dokter keluarga datang ke Kediaman Yunata dan memeriksa memar di pipi Irene, lalu memberikan obat untuk meredakan pembengkakan.Setelah dokter itu pergi, saat Irene hendak mengoleskan obat di pipinya, Michael sudah terlebih dahulu mengambil obat itu dan berkata, "Biar aku bantu.""Baiklah," jawab Irene.Jari Michael yang kurus pun mengoleskan salep di pipinya Irene dengan lembut. Gerakannya sangat lembut, diiringi dengan rasa dingin dari salep itu, membuat rasa sakit terbakar di pipi Irene jauh memudar."Kamu sela
"Nggak ... nggak apa-apa. Hanya saja, aku tiba-tiba teringat kalau besok, aku mau pergi mengunjungi Nenek, tapi aku belum beli apa-apa," kata Irene. Awalnya, dia sudah membelinya, tetapi kue-kue itu sudah dibuang oleh anggota Keluarga Moiras ke tong sampah."Aku sudah membantumu membelinya, aku meletakkannya di atas meja," kata Michael.Irene memandang ke arah meja di dalam kamar dan menyadari sebuah kemasan yang familier. Kemasan ini ... kemasan kue-kue yang dia beli di pusat perbelanjaan tadi pagi. Jangan-jangan ... Michael membelikan kue yang sama persis untuk neneknya?"Itu kue yang aku beli tadi pagi?" gumam Irene."Iya, aku menambahkan beberapa lagi," jawab Michael."Tapi, kenapa kamu bisa tahu ... emm, apa yang kubeli?" tanya Irene dengan kebingungan. Bahkan hanya dengan menonton video itu, paling-paling Michael juga hanya bisa melihat kemasannya."Aku memeriksa bon belanja di pusat perbelanjaan itu, jadi aku tahu apa yang kamu beli," kata Michael.'Ternyata begitu, ya.' Irene p
Hanya saja, tak disangka, Michael malah menyuruh sopirnya mengendarai mobil pribadi sopirnya seharga 600-an juta.Irene pun merasa terkejut."Bukankah kamu bilang kamu mau mobilnya lebih biasa?" tanya Michael."Iya, aku nggak mau terlalu mencolok di kota kecil itu. Nanti, takutnya akan ada berbagai rumor, yang akan membuat Nenek khawatir. Tapi, kamu benar-benar mau membawa mobil ini ke sana?" tanya Irene."Memangnya aku bisa bohong?" tanya Michael sambil tersenyum. "Sudahlah, naik mobil."Saat Irene naik mobil, dia baru menyadari bahwa kali ini, sopirnya Michael tidak pergi, jadi Michael mengemudi sendiri."Kamu yang mengemudi?" tanya Irene."Iya," jawab Michael. "Lagi pula, tempatnya nggak jauh. Kalau kamu lelah, istirahat saja. Aku tahu jalan."Kemudian, Michael menyalakan mesin mobil.Tanpa disadari, melihat Michael mengemudi, Irene mengerutkan bibirnya. Michael juga harus mengemudi selama lebih dari dua jam.Mengemudi selama lebih dari dua jam tentu saja sangat melelahkan. Namun, I
Irene menatap Michael dengan kebingungan sambil bertanya, "Ada apa?""Kamu sudah pikir, belum, mau perkenalkan aku sebagai siapa?" tanya Michael.Irene tercengang sesaat, lalu menjawab, "Tentu saja sebagai pacarku."Michael tersenyum dan berkata, "Baiklah, ayo jalan."Kedua orang ini turun dari mobil. Irene berjalan ke depan pintu dan mengetuk pintunya. Tidak lama kemudian, Rita, bibi ketiganya Irene, datang membuka pintu.Begitu Rita melihat Irene, ekspresinya seketika berubah menjadi agak sinis. "Ternyata Irene, ya! Kali ini, kamu membawa seseorang denganmu, ya!" kata Rita.Sambil berbicara, Rita melirik sekilas ke luar. Melihat sebuah mobil biasa yang terparkir di depan pintu rumah, Rita seketika menatap Irene dengan tatapan yang sangat sinis.Sebelumnya, semua orang mengira bahwa Irene sudah berhasil mendekati seorang pria kaya. Bagaimanapun, pada saat itu, seorang pria menyelamatkan Irene dari rumahnya si bodoh itu!Namun, sekarang, kalau dilihat dari mobil di luar rumah, sepertin
"Kamu sudah melihat nenekmu?" tanya Michael."Nenek masih terlelap. Aku nggak mau mengganggu Nenek, jadi aku keluar dulu," jawab Irene.Kemudian, Irene melihat Lily, kakak sepupunya, membawa dua cangkir teh dan meletakkannya di hadapan Irene dan Michael. "Irene, sini, minum teh," kata Lily.Keterkejutan melintas di tatapan Irene. Sebelumnya, jika dia pulang, kakak sepupunya ini tidak pernah membawakan minuman apa pun untuknya."Irene, kenapa kamu nggak memperkenalkan pria yang kamu bawa ini pada kami?" kata Rita dengan nada bicara yang terdengar agak iri."Ini 'Mike', pacarku," kata Irene. Dia sengaja tidak mengucapkan nama lengkapnya Michael, supaya kerabatnya ini tidak berulah setelah mereka mengetahui bahwa Mike adalah Michael Yunata.Irene hanya berharap agar neneknya bisa melewati sisa hidupnya dengan tenang."Pacar?" seru Lily dengan terkejut. "Nggak mungkin!"Nada bicara Lily terdengar seakan-akan dia baru mendengar Irene mengucapkan lelucon yang sangat lucu.Michael memicingkan
Lily merasa seakan-akan pria ini tidak akan membiarkan siapa pun mengatai Irene.Kecemburuan pun meluap dalam hati Lily. Dia merasa cemburu karena Irene bisa mendapatkan seorang pacar yang setampan ini dan tidak merasa keberatan atas hal Irene pernah dipenjara. Sedangkan Lily sendiri sudah lama menikah, tetapi hanya dengan seorang tukang besi.Dulu, Lily merasa bahwa bagaimanapun, pria yang dia nikahi memiliki keterampilan. Selain itu, mahar yang dia dapatkan juga lumayan banyak. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, makin dipikirkan, Lily merasa makin frustrasi.Teman-temannya dulu hidup dengan baik di kota, mereka juga menikahi pekerja kantoran, pegawai negeri atau direktur dan sebagainya. Dia merasa bahwa mereka sangat berkelas, sehingga dia merasa malu untuk mengatakan bahwa dia menikahi seorang tukang besi.Dalam beberapa tahun terakhir, Lily sering berpikir, jika dulu dia tidak menikah secepat itu, apakah sekarang dia bisa menikahi seorang pria kota? Setidaknya, dia juga bisa men