Lily seketika merasa malu. Ucapan Michael seperti sedang langsung mempermalukannya!Melihat keadaan ini, Rita yang berada di satu sisi jelas-jelas merasa tidak senang. Dia pun berkata pada Irene, "Irene, Lily berniat baik, kenapa pacarmu ini malah sombong sekali? Dia datang bertamu, tapi mau menyuruh kami untuk menganggapnya sebagai seorang tuan muda?"Irene hanya berkata dengan cuek, "Pacarku pemalu, jadi dia agak menjaga jarak dengan orang asing."Rita dan Lily hampir tersedak ludah mereka sendiri.Pemalu?!Pria ini sama sekali tidak terlihat seperti seorang pemalu.Saat pria ini menatap mereka dengan tatapan malas, jantung mereka berdebar kencang, seakan-akan mereka merasa ketakutan pada tatapan pria ini.Rita mengerutkan bibirnya tanpa mengatakan apa pun. Lily malah masih tidak tahu malu. Dengan sinis, dia terus menanyakan kapan Irene kenal dengan Michael dan bagaimana mereka bisa berpacaran. Dia juga ingin mengetahui identitas Michael, seperti tentang pekerjaan, keluarga Michael d
"Ibu, apa maksud Ibu? Hari ini, Irene membawa pacarnya, jadi mana berani kami menganiaya dia? Kami bahkan harus memanggil pacarnya dengan panggilan hormat," kata Rita dengan sinis.Sisca malah terkejut. "Pacar? Irene sudah punya pacar, ya? Sini, biar Nenek lihat!""Kalau begitu, biar aku panggil dia ke sini," kata Irene sambil berdiri dan berjalan ke luar ruangan.Rita berkata dengan agak kesal, "Ibu, kenapa Ibu senang? Pacarnya Irene terlihat seperti seorang pria yang hanya bisa bergantung pada wanita, mungkin saja dia seorang penipu!"Intinya, Rita tidak senang melihat keponakannya benar-benar menemukan seorang pacar yang baik, sehingga putrinya sendiri menjadi makin rendah diri."Sudah, Irene adalah anak yang berhati-hati, dia nggak akan tertipu ucapan orang lain. Aku akan lihat sendiri apakah pria itu penipu atau bukan!" kata Sisca.Rita mengerutkan bibirnya. Saat Irene membawa Michael ke dalam kamar, Sisca melihat Michael sambil tersenyum dan bertanya, "Kamu pacarnya Irene, ya? Si
Michael membungkukkan badannya sambil berbisik di telinga Irene, "Nggak, ya?"Irene seketika terdiam. Bagaimana dia harus menjawab pertanyaan ini?!Sisca membuang napas sambil meraih tangan cucunya dan berkata, "Kalau begitu, kamu harus cepat. Kalau nggak, Nenek takut Nenek nggak sempat mendengar kabar baik darimu."Irene seketika tercengang. Saat tangannya dipegang tangan neneknya, dia baru menyadari bahwa neneknya lebih kurus dari sebelumnya. Irene bisa merasakan tulang neneknya dengan jelas.Dia bahkan merasa seakan-akan hanya tersisa lapisan kulit yang tipis, yang membalut tulang neneknya, tanpa darah daging sama sekali.Neneknya ... sebenarnya sudah lebih tua dari yang dia bayangkan.Irene merasa sedih, kesedihan juga langsung tampak di wajahnya."Eh, kenapa kamu bersedih?" kata Sisca sambil menepuk-nepuk punggung tangan Irene. "Aku juga tenang melihat kamu hidup dengan baik dan ada yang menjagamu. Kelak, saat aku bertemu dengan ibumu di akhirat, aku juga bisa mengatakan hal ini p
"Baguslah, syukurlah kalian berbeda," gumam Michael. Dia tidak berharap wanita seperti itu memiliki wajah yang mirip dengan wajah Irene.Namun, penampilan Irene dan Lily saat mereka masih kecil sangat mirip. Michael merasa lumayan senang karena hal ini.Bulu mata Michael agak bergetar. Dia menurunkan tatapannya, sehingga bulu matanya seketika menyembunyikan pikiran dan pertimbangan di tatapannya .......Michael dan Irene makan di rumah neneknya Irene. Menjelang malam, Robin, kakeknya Irene, pulang. Sikapnya terhadap Irene sangat dingin, apalagi sikapnya terhadap Michael.Irene sudah terbiasa dengan sikap kakeknya ini. Namun, melihat sikap kakeknya terhadap Michael, Irene menatap Michael dengan agak khawatir.Bagaimanapun, dengan identitas Michael, sepertinya tidak ada yang berani bersikap seperti ini terhadapnya.Namun, Michael malah tersenyum pada Irene. Seperti melihat kekhawatiran Irene, Michael mengisyaratkan dengan tatapannya agar Irene tidak khawatir.Hal ini membuat Irene membu
"Baik, baik, Irene memang paling berbakti," kata Sisca sambil tersenyum.Berbakti? Irene malah terlihat sedih. Jika dia benar-benar berbakti, dia seharusnya bisa menjaga neneknya.Namun, sekarang, dia sendiri masih tinggal di tempatnya Mike. Jika dia benar-benar ingin menjaga neneknya, dia juga harus memberi tahu Mike terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan pria ini."Kalau Nenek nggak keberatan, Irene bisa menjaga Nenek di Kota Cena," kata Michael tiba-tiba.Irene tercengang untuk sesaat. Dia menatap Michael dengan tatapan terkejut, seakan-akan dia sama sekali tidak menyangka bahwa Michael akan mengucapkan kata-kata seperti ini.Sisca sepertinya juga terkejut. Kemudian, dia tersenyum dan berkata, "Kamu baik hati, ya. Tapi, aku sudah terbiasa tinggal di sini. Selain itu, aku masih punya putra dan putriku. Kalau aku membiarkan cucuku menjagaku, sepertinya aku akan dikatai orang lain. Setelah kondisi kesehatanku membaik, aku akan pergi mengunjungi kalian di Kota Cena."Sisca menole
Hanya dengan duduk di sisi Michael seperti ini pun Irene bisa membuat Michael merasa tenang.Michael merasa seakan-akan hanya dengan menatap Irene seperti ini, rasa tegang dari tipu muslihat dan bahaya yang dia hadapi sehari-hari bisa mereda.Orang lain hanya mengira bahwa Michael sangat jaya, tetapi Michael sendiri tahu bahwa makin tinggi posisinya, makin banyak uang yang dia miliki dan makin besar kekuasaannya, orang yang ingin mencelakainya juga makin banyak.Kejayaan ini terlihat indah, tetapi sebenarnya berbahaya. Mungkin, sedikit saja dia tidak berhati-hati, Grup Yunata yang besar akan langsung runtuh.Oleh karena itu, Michael harus selalu berhati-hati. Setiap langkah yang dia ambil, dia selalu sangat berhati-hati, hal ini sudah sangat wajar. Dia terus memperkirakan setiap kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, sehingga dia bahkan melupakan rasanya ketenangan.Mungkin saja, hanya Irene yang bisa memberinya ketenangan seperti ini.Saat mobil ini melewati tempat istirahat, Mi
Saat Michael hendak menyodorkan air yang baru dia beli untuk Irene, dia malah melihat wajah Irene yang pucat dan lemah. Dia bergegas bertanya, "Kenapa? Kamu nggak enak badan, ya?"Irene menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Aku ... aku hanya ...." Namun, pada saat ini, Irene bahkan tidak bisa mengucapkan satu kalimat lengkap.Michael mengernyit. Pada saat ini, wajah Irene pucat, keningnya berkeringat, sebelah tangannya memegang setir mobil dengan erat dan tubuhnya bergetar, sedangkan sepasang matanya penuh akan ketakutan ....Irene seperti sedang berada dalam kondisi panik."Hanya apa?" tanya Michael sambil meletakkan botol air itu di satu sisi. Kemudian, dia memegang tangan Irene yang memegang setir mobil dan melepaskan pegangan Irene di setir mobil itu sedikit demi sedikit. "Jangan takut, ada aku. Apa pun yang terjadi, kamu nggak perlu takut," kata Michael.Suara Michael terdengar tegas dan kuat.Irene tiba-tiba memejamkan matanya dan menarik napas berat dua kali. Akhirnya, dia bera
Sepulangnya ke Kediaman Yunata, Michael membiarkan pembantu untuk membawakan obat tradisional yang sudah dipanaskan.Tentu saja, ada juga permen dan cokelat yang dibawakan bersama obat itu.Irene meminum obat tradisional yang pahit, tetapi dia sama sekali tidak merasakan rasa pahit itu. Baginya, obat ini adalah sejenis harapan.Mungkin saja, kalau dia beruntung, kelak, dia benar-benar bisa memiliki anaknya sendiri.Michael mengambil sebuah cokelat dan menyodorkannya ke mulut Irene. Irene membuka mulutnya dan memakan cokelat dari tangannya Michael.Hanya saja, dia tidak sengaja menggigit jari tangannya Michael.Irene langsung ingin menggerakkan kepalanya ke belakang."Maaf," kata Irene.Namun, Michael hanya menyentuhkan bibirnya ke ujung jarinya yang baru tergigit dan bertanya, "Cokelatnya manis, nggak?" Suara Michael terdengar merdu, membawa sejenis godaan yang tidak bisa ditolak.Wajah Irene seketika memerah. Pada saat ini, jelas-jelas Michael menanyakan tentang cokelat itu, tetapi Ir