Irene juga tidak tahu apakah dia bisa bertemu dengan Michael atau tidak jika dia pergi ke gedung kantor Grup Yunata. Namun, selain ke tempat itu, dia tidak tahu ke mana lagi dia harus pergi mencari Michael.Jika dipikir-pikir, dia benar-benar tidak mengetahui apa pun tentang Michael, dia bahkan tidak mengetahui tempat tinggal Michael!Hanya saja, saat Irene pergi ke Grup Yunata, dia baru menyadari bahwa jangankan bertemu dengan Michael, dia bahkan tidak bisa memasuki gedung tersebut dan langsung dihalangi oleh petugas keamanan.Saat dia berkata bahwa dia ingin bertemu dengan Michael, dia malah mendapatkan tatapan menghina dari orang-orang."Mana mungkin Pak Michael bertemu dengan semua orang yang ingin bertemu dengannya?! Orang yang datang untuk bertemu dengan Pak Michael setiap hari sepertimu sangat banyak.""Setidaknya, orang lain yang ingin bertemu dengan Pak Michael merias diri dengan baik. Dengan pakaianmu, siapa yang percaya kalau kamu bilang kamu kenal dengan Pak Michael?"Irene
Setelah Irene berjalan memasuki ruangan, Charles pun menutup pintu dengan pelan.Charles bisa membiarkan Irene masuk tentu saja bukan karena ucapannya Irene, melainkan karena bosnya masih memedulikan Irene.Mungkin Michael hanya berharap agar Irene menyerah. Namun, tadi Irene jelas-jelas terlihat bermasalah. Bagi Michael, hal ini juga merupakan sebuah kesempatan yang bagus.Sambil memikirkan hal ini, Charles pun merasa makin senang.Pada saat ini, di dalam ruangan sekretaris, seorang sekretaris mendekati Charles dan bertanya dengan penasaran, "Pak Charles, siapa wanita di kantor bosmu itu?"Bagaimanapun, jika dilihat dari pakaian wanita itu, dia tidak seperti orang yang bisa masuk dan keluar dari kantor presiden direktur biasanya.Charles malah menjawab dengan santai, "Jangan banyak tanya. Pada saatnya, kamu akan tahu."Sebelum saatnya, dia khawatir ada orang yang bergosip tentang hal ini dan melanggar larangan Michael....Di dalam ruangan, Irene berdiri dengan gelisah dan menatap Mic
"Aku hanya berharap agar polisi bisa melepaskan mereka. Bagimu, hal ini sangat mudah untuk dilakukan," kata Irene dengan cemas."Memang begitu, tapi ... terus kenapa?" kata Michael sambil menatap Irene dengan tatapan tenang, sangat kontras dengan Irene yang tampak gelisah.Irene mengepalkan kedua tangannya sambil menarik napas dalam-dalam, lalu membalas tatapan Michael dan bertanya, "Apa yang harus kulakukan supaya kamu bisa melepaskan mereka?"Tatapan Michael agak menggelap. Dia menurunkan pena di tangannya, berdiri dan berjalan ke hadapan Irene.Dia meraih tangan Irene dengan lembut dan berkata, "Tangan Kakak sepertinya sangat dingin."Tubuh Irene seketika menegang. Jika dibandingkan dengan tangan Michael, tangan Irene memang sangat dingin.Michael menundukkan kepalanya dan menggenggam kedua tangan Irene, lalu menggosok tangan Irene dengan lembut untuk menghangatkan tangan Irene.Michael melakukan gerakan ini dengan sangat terampil, dia juga sangat lembut dan berhati-hati, seakan-aka
Bagaimana mungkin pria sesombong dia bisa membiarkan hal seperti ini terjadi?"Jadi, kamu mau bertemu denganku hanya untuk memberitahuku bahwa bahkan kalau aku memohon pun kamu nggak akan setuju, ya?" kata Irene dengan susah payah.Sudut bibir Michael terangkat, membentuk seulas senyuman kecil. Dia mengangkat sebelah tangannya dan menyelipkan rambut Irene ke belakang telinganya dengan lembut sambil berkata, "Pada saat itu, kamu bilang kamu nggak mau tinggal di sisiku dan nggak memerlukan bantuanku untuk mengubah takdirmu. Kamu bilang kamu nggak akan menyesal ...."Gerakan Michael sangat elegan, suaranya juga terdengar sangat lembut.Michael membungkukkan badannya dan mendekatkan bibirnya dengan telinga Irene.Irene bisa merasakan napas pria ini di telinga dan lehernya.Namun, tubuh Irene malah menjadi kaku. Dia hanya merasa seakan-akan ada batu yang menimpa dadanya, membuatnya susah bernapas."Aku bertemu denganmu supaya kamu mengerti. Kamu bilang kamu nggak akan menyesal, konyol sekal
Dua hari yang lalu, Irene tidak tidur semalaman. Semalam, dia juga tidak bisa tidur karena masalah neneknya. Pada saat ini, Irene hanya merasa bahwa langkah kakinya juga seperti melayang.Setelah berjalan sesaat, Irene bersenggolan dengan seseorang, sehingga Irene tersandung dan langsung terjatuh.Untung saja pakaiannya lumayan tebal, jadi dia tidak terluka.Saat dia hendak berdiri, seorang pria sudah berlari ke sisinya dan membantunya berdiri.Irene mengangkat kepalanya, ternyata itu George."Kenapa kamu ....""Mobilku terparkir di pinggir jalan, biar aku antarkan kamu pulang saja," kata George. Meskipun Irene sudah menolak, George masih saja merasa tidak tenang, jadi dia mengemudi sambil mengikuti di belakang Irene."Nggak perlu, aku bisa pulang sendiri," kata Irene."Tadi, kamu hanya bersenggolan sedikit dengan orang lain, tapi kamu langsung terjatuh. Bagaimana aku bisa membiarkanmu pulang sendiri? Mobilku berhenti di pinggir jalan. Kalau kita terus menunda seperti ini, aku bisa did
Langkah kaki Irene seketika terhenti. Dia berbalik sambil memandang mobil yang pergi jauh dan perlahan-lahan menjadi titik hitam kecil.Mungkin saja, ke depannya, tidak akan ada lagi pria yang menyukainya setulus ini dan bahkan tidak keberatan dengan identitasnya sebagai mantan narapidana. Hanya saja, dia tidak ingin menyusahkan pria itu.Sampai setelah mobil itu tidak lagi terlihat, Irene baru berbalik dan berjalan memasuki perumahan itu dengan pelan.Pada saat ini, dia tidak menyadari sebuah mobil Bentley berwarna hitam yang terparkir di pinggir jalan. Orang yang berada di dalam mobil memandang ke luar jendela mobil dengan malas sambil tersenyum dengan ambigu, seakan-akan dia baru melihat adegan yang menarik.Namun, Charles yang duduk di depan malah melihat kaca spion mobil dengan ketakuan. Ekspresi Michael seperti sebuah pertanda bahwa dia akan marah!Dalam hatinya, Charles tidak bisa menahan diri dari menyalahkan Irene. Mengapa Irene tidak pulang sendiri? Mengapa dia membiarkan pri
Michael pelan-pelan membungkukkan badannya dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Irene. Dia menggosokkan pipinya dengan pipi Irene dengan lembut, seperti penuh akan kerinduan. Namun, ucapan yang keluar dari mulutnya Michael membuat Irene merinding ketakutan."Bukan urusanku? Tapi, aku bisa mengetahui jawabannya kalau aku mau. Menurutmu, apakah aku harus membuatnya terkena masalah, supaya aku bisa tahu sepenting apa dia dalam hatimu?" tanya Michael.Tubuh Irene tiba-tiba menegang. Dia memelototi Michael sambil berkata, "Apa yang mau kamu lakukan? Aku dan dia hanya rekan kerja, sama sekali nggak ada hubungan apa pun!""Tapi, dia menyukaimu, 'kan?" gumam Michael sambil mengelus bibir Irene dengan jempolnya."Jangan ... lakukan apa pun padanya," kata Irene dengan suara bergetar."Kalau begitu, Kakak peduli padanya?" tanya Michael. Suaranya seperti bisa menurunkan kewaspadaan orang lain. Namun, tatapannya yang sangat tajam tertuju lekat-lekat pada Irene."Bukan ... bukan begitu," kata Irene
"Baik," jawab Charles sambil melirik sekilas ke kedua orang di jok belakang mobil dari kaca spion.Irene menundukkan kepalanya, jadi ekspresinya tidak terlihat dengan jelas. Namun, sepertinya suasana hati Michael tidak seburuk saat dia memasuki perumahan ini sebelumnya. 'Hmm, bagus juga,' pikir Charles.Restoran Palace adalah sebuah restoran yang terkenal di Kota Cena, yang umumnya menghidangkan makanan tradisional yang dihidangkan di istana kerajaan. Harganya tentu saja tidak murah. Orang yang biasanya makan di restoran ini sangat kaya, orang biasa sama sekali tidak bisa pergi ke tempat ini.Mobil tiba di depan pintu Restoran Palace. Setelah kedua orang ini turun mobil, Michael kembali menggenggam tangan Irene.Tanpa disadari, Irene ingin menarik kembali tangannya, tetapi genggaman tangan Michael sangat erat."Kak, jangan gerak. Kalau nggak, aku nggak bisa menjamin apa yang akan kulakukan untuk membawamu ke dalam," kata Michael dengan santai.Irene tersentak dan tidak lagi meronta.Mi