Tempat pukul 10.00 pagi akhirnya Aluna pun keluar dari rumahnya Darren. Dia sama sekali tidak bertemu dengan Danita dan itu memang sudah direncanakan oleh wanita paruh baya itu. Dia hanya bisa mengintai dari CCTV, tapi tidak termasuk di dalam kamar Darren. Ya, karena kamar anaknya itu bebas dari CCTV sesuai dengan keinginan Darren. Tentu saja karena itu adalah sebuah privasi. Sebenarnya dari tadi ingin sekali menemui Aluna dan menceritakan banyak hal sebelum menjadi menantunya, tetapi ada misi yang belum terlaksana. Apalagi dia harus mengungkap kejahatan yang dilakukan Siska dan juga beberapa kasus yang ada di perusahaan anaknya. Darren harus tahu semua itu. Memang sepertinya dia harus mengirimkan satu orang untuk menjadi mata-mata di perusahaan, agar tahu mana yang berkhianat dan mana yang bekerja dengan benar. Darren pun mengantarkan Aluna sampai gerbang rumah. Dia tidak mau sampai Danita melihat kalau dirinya tidak melakukan apa-apa untuk gadis itu atau akan ada perdebatan di ru
"Kenapa Ibu selalu mengancamku, sih? Bisakah Ibu sekali-kali mendukungku atau memberikan nasihat yang baik? Bukan malah menakut-nakutiku seperti itu," ucap Darren tiba-tiba saja membuat Danita terkesiap. Biasanya pria itu anti sekali jika mengungkapkan perasaannya yang sedang dia pikirkan atau dirasakan. Tetapi untuk kali ini wanita paruh baya itu sungguh kaget saat tahu kalau Darren tiba-tiba saja berkata seperti itu. Kala dia putus dengan Monica pun pria itu memilih untuk menyendiri dan menjauh dari hiruk pikuk, termasuk dari ibunya. Namun sekarang tiba-tiba saja Darren seperti ini. Ini sungguh menarik bagi Danita, yang sudah dipastikan kalau Aluna itu bukan gadis sembarangan yang bisa membuat anaknya uring-uringan seperti sekarang. "Tumben kamu bilang seperti itu? Biasanya kalau kamu ada masalah tentang wanita diam saja. Bahkan menjauh dari Ibu dan sama sekali tidak mau bercerita, tapi kenapa sekarang malah mengatakan hal seperti itu? Kamu butuh saran dari Ibu? Dukungan dari Ibu
"Tanya sesuatu? Tanya apa? Kalau aku bisa menjawab, tentu saja aku menjawabnya. Lagian, kenapa kamu harus izin segala, sih? Biasanya juga langsung bertanya," ujar Aluna karena merasa heran saja Alika tiba-tiba meminta izin seperti itu. Seperti bukan sahabatnya saja. Alika menggigit bibir bawah, merasa takut jika Aluna marah kepadanya. Tetapi rasa penasaran ini mencuat, apalagi banyak sekali karyawan lain yang mendesaknya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai undangan itu tersebar luas di perusahaan. Secara pribadi Alika juga benar-benar takut jika Aluna dijahili oleh Darren karena setahunnya pria itu antipati terhadap wanita manapun dan juga rumor tentang ibunya yang mendesak pria matang itu untuk segera menikah sudah menyebar luas. Jadi, banyak sekali asumsi yang mengatakan kalau Aluna itu dijadikan istri palsu oleh Darren. Tetapi selain itu ada juga yang menuduh kalau Aluna adalah gadis mata duitan yang menggoda Darren hingga pria seperti Darren bisa menikahi sang
"Oh, kamu berani mengancam, ya? Songong sekali kamu! Mentang-mentang akan menjadi istrinya seorang bos, jadi kamu bisa berkata seperti itu. Ke mana saja kemarin menghindariku dan berbicara kalau kamu ini tidak mau berhubungan dengan siapa pun? Tetapi secara terang-terangan undangan itu tersebar. Ternyata kamu itu hanyalah seorang wanita munafik yang ingin mendapatkan harta kekayaan pria kaya seperti Pak Darren, kan?" terang Amar dengan penuh emosi. Aluna benar-benar tidak terima. Pria yang tidak tahu asal-usulnya ini menghina dirinya begitu saja. Padahal harusnya Amar itu tahu kalau posisinya itu tidak seperti yang disebutkan tadi. Dengan geram dia pun mendekat kepada Amar dan melotot. "Jaga ucapanmu, Amar! Kamu sudah kelewat batas. Semua yang kamu katakan itu fitnah. Kalau kamu berani mengucapkan hal seperti itu, akan kulaporkan kamu ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik dan perbuatan yang tidak menyenangkan. Pergi dari sini! Aku tidak mau lagi melihatmu dan jangan pernah m
Dengan helaan napas panjang, akhirannya Aluna dapat menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, sampai dia benar-benar harus menikah dengan Darren. Mendengar itu, Alika hanya bisa terperangah dan tidak percaya. Ternyata temannya ini begitu menyimpan banyak kepahitan dan ada kejadian-kejadian yang terlewatkan oleh Alika. Sang gadis bahkan sampai menggeleng-gelengkan kepala, tidak percaya dengan semua ini. Ada rasa sedih yang menyeruak karena dia tidak bisa membantu temannya dalam keadaan seperti sekarang. Namun mau bagaimana lagi? Temannya itu sudah terikat dan kalau misalkan Aluna yang membatalkan secara ke pihak pernikahan ini, itu sama saja dia tetap akan mempunyai utang 100 juta kepada Darren. "Ya Tuhan, jadi ini semua karena utang almarhum ayah lo? Duh, gue dateng lo udah pakai bahasa formal aku-kamu. Pakai bahasa biasa saja, ya? Gue deg-degan, nih," terang Alika melembutkan suara. Sekarang gadis itu mulai mengerti situasi dan berusaha untuk menghibur Aluna agar tetap tenang. M
"Oh iya, sorry gue mau tanya sesuatu. Tapi lo jangan tersinggung, ya," ucap Alika berusaha untuk berhati-hati dalam menjaga ucapannya. Takut kalau malah membuat Aluna semakin stres, apalagi sedang menghadapi pernikahan yang tidak pernah diinginkannya. "Apa?" tanya Aluna dengan pelan, sama sekali tidak berpikiran kalau Alika akan membicarakan sesuatu yang membuat gadis itu kaget bukan main. "Lo tahu nggak? Kalau Amar itu sempat ngancam gue." "Apa?!" Saat itu juga Aluna langsung tersentak. Segala rasa sedih yang ada di hati dan pemikiran tentang pernikahannya pun sirna, mendengar apa yang udah diucapkan oleh sahabatnya. "Lo diancam gimana?" tanya Aluna, ingin tahu lebih jelas, takut jika sahabatnya itu celaka hanya gara-gara dirinya."Ya, katanya kalau misalkan gue itu harus berusaha buat ngedeketin kalian. Masalahnya ya kan gue nggak bisa maksa lo. Apalagi sekarang lo tiba-tiba saja menikah, gue yakin dia pasti akan marah besar," jelas Alika. Ada rasa kekhawatiran antara diriny
Selama perjalanan juga Alika meyakinkan Aluna untuk tenang, karena di sini dia harus tampil elegan dan memukau, tidak boleh memperlihatkan kalau dirinya itu karyawan biasa yang mudah ditindas oleh yang lainnya. "Ingat, ya! Ke depannya kamu itu adalah Nyonya besar, jadi jangan sungkan-sungkan untuk melakukan apa pun. Ya, setidaknya lo jangan sampai ditindas. Lah gue nggak terima aja temen gue ditindas, apalagi dia Nyonya besar," ucap Alika sembari cengengesan, membuat Aluna menatap sinis."Nggak ada yang kayak gitu! Gue tetep aja Aluna yang dulu, walaupun status gue berbeda. Ingat! Ini juga kan tidak lebih dari sebuah perjanjian saja," papar Aluna, dia tidak mau merasa jumawa karena statusnya menjadi istri Darren, karena baginya semua itu akan sirna setelah 3 tahun. Dia tidak mau mendapatkan cemoohan setelah bercerai dan diejek. Jadi, sebaiknya berlaku seperti biasanya seperti sebelum dia menjadi istrinya seorang Darren. "Iya, iya deh. Gue percaya. Lo itu emang rendah hati. Jadi, ng
Alika hanya bisa menggelengkan kepala dan mengikuti kemauan temannya. Anggaplah ini kado tambahan untuk Aluna karena hari spesial sang sahabat.Dengan pelan Alika keluar dari ruangan itu dan berdiri di dekat Ballroom, tak jauh dari acara dilaksanakan. Gadis itu terpukau melihat dekorasi yang luar biasa. Temannya benar-benar beruntung karena bisa menikah dengan Darren. Walaupun memang semua ini hanya alasan sandiwara saja, tetapi setidaknya Aluna tidak perlu memikirkan masalah ekonomi. Gadis itu pasti akan mendapatkan kehormatan karena menjadi seorang menantu dari konglomerat. Alika langsung menggelengkan kepala, berusaha mengusir segala angan-angan yang terlalu berlebihan. Aluna tidak akan pernah bahagia jika pernikahan tanpa didasari perasaan. Juga tidak ada cinta, ini akan semakin menderita untuk Aluna. Harusnya Alika berpikir ke sana dan tidak boleh malah memuji-muji apa yang sedang Aluna rasakan saat ini. Acara ijab kabul pun dimulai. Alika jadi deg-degan sendiri mendengar emas