Suara teriakan melengking itu membuat siapapun yang mendengar langsung menoleh. Namun, pria yang sedang menggendong gadis berumur dua puluh enam tahun itu tak peduli dan terus mengayunkan langkah.
“Alex! Turunin!” teriak Selena masih berusaha turun dari gendongan Alex.
Pria berwajah tampan dengan tatapan dingin itu berhenti di dekat mobil berwarna hitam. Lantas menurunkan dengan kasar gadis bernama Selena dan merapatkan gadis itu ke body mobil. Alex lantas bersedekap dada menatap gadis yang kini berdiri sedikit sempoyongan, entah karena pusing digendong Alex dengan posisi kepala terbalik atau mabuk karena pengaruh alkohol.
“Aku membencimu!” umpat Selena yang kesal.
“Aku lebih membencimu,” balas Alex santai masih menatap Selena yang sedikit mabuk.
“Aku kesal karena kamu selalu mengganggu kesenanganku!” teriak Selena gemas, sampai meremas udara di depan wajah Alex dengan kedua telapak tangannya.
“Aku lebih kesal lagi karena harus mengurus bayi besar sepertimu,” balas Alex masih memasang wajah datar.
Selena begitu gemas, hingga meremas udara lagi sebelum kemudian berteriak kencang hingga mengacak-acak rambutnya sendiri.
“Alexander Sayaka! Apa kamu tidak tahu arti bersenang-senang, hingga kamu sangat suka menangkapku ketika aku ingin menikmati masa mudaku!” sembur Selena sudah geram.
Kalau tidak sayang dengan wajah tampan pria yang ada di depannya itu, mungkin Selena akan menggunakan ke sepuluh kukunya untuk mencakar-cakar wajah pria bernama Alexander Sayaka itu.
Alex mengurai tangan dengan cepat, lantas menggunakan satu tangan untuk bertumpu pada body mobil, tepat di samping kepala Selena, kemudian dia mencondongkan tubuh ke arah gadis itu, hingga wajah mereka sangat dekat.
“Hei, Nona Selena Elara Steward. Kesenanganku adalah mengganggumu bersenang-senang, paham! Sebenarnya aku terlalu sibuk mengurus princess manja sepertimu, tapi hanya demi Bibi Evelia, aku mau mengurusi gadis manja sepertimu!” Alex menyentil kening Selena setelah selesai mengucapkan kalimat itu.
Gadis bernama Selena Elara Steward itu memekik karena ulah Alex. Selena gadis berumur dua puluh enam tahun dengan rambut pirang sedikit ikal di bagian bawah. Gadis manis nan manja itu adalah putri dari Lukas Steward dan Evelia Fanneta. Kedua orangtua Selena adalah teman akrab orangtua Alex.
“Alex! Kenapa kamu kasar padaku?” Tadi Selena bersikap kasar dan mengumpat tak terkendali, tapi kini ekspresi wajah gadis itu berubah menjadi sedih, imut, dan menggemaskan serta manja.
“Hm … mulai,” gumam Alex yang tahu betul bagaimana sifat Selena.
Alex hendak mengabaikan Selena dengan berjalan ke arah pintu kemudi, tapi siapa sangka jika gadis itu menarik lengannya dan membuat Alex kini yang terpojok di badan mobil.
Selena berdiri tepat di hadapan Alex, lantas satu lengan dilipat dan diletakkan di pundak Alex.
Alex memutar bola mata malas, drama apalagi yang harus dilihat setiap kali menghadapi gadis manja itu. Selena sejak kecil sering sekali dimanja, karena itulah setelah dewasa kelakuannya tidak bisa terkendali dan yang repot bukan hanya kedua orangtuanya, bahkan Alex pun ikut direpotkan.
“Apa lagi?” tanya Alex dengan ekspresi wajah datar.
Selena mengerucutkan bibir, kemudian menggenggam dasi Alex dan sedikit menarik ke arahnya.
Alex tersentak karena kelakuan Selena, tapi dirinya masih bisa menahan tubuh agar tetap pada posisinya.
“Kenapa kamu galak sekali, hah?” tanya Selena yang tak terima jika Alex berucap kasar atau tak acuh padanya.
“Memang sudah galak dari dulu,” jawab Alex santai.
“Alex, main yuk!” ajak Selena seraya menaik-turunkan kedua alisnya. Mood gadis ini memang cepat sekali berubah-ubah, tiba-tiba marah kadang senang, kadang pula menangis secara tiba-tiba, atau begitu bahagia tanpa tahu penyebabnya.
Seperti sekarang ini, baru saja tadi terus mengumpat Alex dengan kata makian, lantas marah tak jelas, kemudian bersikap manja, kini berubah jadi gadis nakal.
Alex menaikkan satu sudut alis, tahu arti kata main yang dimaksud Selena.
“Tidak berminat! Pekerjaanku tidak hanya untuk main,” balas Alex. “Kamu juga wajib pulang, jika tidak mau, maka aku tidak segan mengikatmu di belakang mobil, lantas menyeretmu di jalanan!” ancam Alex kemudian.
Selena semakin kesal, hingga mencebik dan melepas dasi Alex.
“Dasar pria kaku dan dingin seperti kutub utara! Seharusnya kalau kamu tidak mau bersenang-senang, maka biarkan aku sendiri bersenang-senang. Padahal sudah dapat pria tampan dengan tubuh kekar, tapi harus dilepas karena kedatanganmu, menyebalkan!” cerocos Selena sudah melepas tangan dari pundak Alex, kemudian terlihat mengambil langkah untuk kabur.
Alex bisa membaca pergerakan Selena, gadis itu memang akan berpura marah atau mengumpat lantas setelahnya kabur ketika lawan bicaranya terbengong.
“Mau ke mana kamu, hah? Kamu pikir bisa mengelabuiku?” Alex langsung mencekal lengan Selena sebelum gadis itu lari.
Selena melebarkan senyum saat ketahuan ingin kabur, sebelum kemudian memutar otak agar mendapatkan ide untuk lepas dari Alex.
“Alex, kamu tidak suka main. Tapi aku suka main. Kamu tidak mau mengurusku, aku juga tidak mau kamu urus. Jadi, lebih baik kamu pura-pura tak menemukanku, lalu izinkan aku kembali masuk ke sana. Deal!” Selena hendak menawarkan kesepakatan agar dirinya tak dipaksa pulang.
Alex menggelengkan kepala, kemudian menarik lengan Selena dengan satu tangan membuka pintu mobil.
“Masuk dan pulang, itu kesepakatan yang aku terima!” Alex bicara dengan sangat tegas, sambil memaksa Selena masuk mobil.
“Alex! Kamu benar-benar menyebalkan!” umpat Selena geram karena dipaksa masuk dan duduk, bahkan kini Alex sedang memasang seat belt di tubuh.
“Mengumpatlah sesukamu, tapi aku tidak akan pernah bisa kamu kelabui,” ujar Alex santai, dengan tangan sibuk bergerak menyilangkan dan mengunci seat belt.
Selena sangat geram karena Alex sangat kaku dan susah dibujuk. Hingga gadis itu tiba-tiba menangkup wajah Alex dan menyentuhkan bibir mereka. Namun, bukan sebuah ciuman manis dan lembut, tapi sebuah gigitan kasar didaratkan pada bibir bawah Alex.
Alex sangat terkejut dengan kelakuan Selena, lantas memundurkan kepala untuk lepas dari gigitan gadis itu. Hingga belakang kepala Alex membentur kabin atas pintu.
“Selena!” pekik Alex menahan sakit di bibir juga kepala yang terbentur. Satu tangan mengusap belakang kepala yang terbentur dengan keras.
Selena tertawa terpingkal, jika Alex tidak mengikuti ucapannya, maka gadis itu akan melakukan hal-hal tak terduga untuk membuat Alex kesal.
“Salah siapa melawanku!” Selena memalingkan wajah dari Alex yang kesal, dengan kedua tangan bersedekap dada.
Alex kini mulai kesal pada gadis itu, lantas keluar dan membanting pintu dengan keras, membuat Selena sampai mengedikkan kedua bahu karena terkejut.
Namun, Selena pun tidak takut pada Alex. Dia malah mengejek dengan cara menjulurkan lidah saat memandang Alex yang berdiri di luar dan menatapnya dengan mata melotot.
“Sial Selena, bibirku pasti bengkak dibuatnya! Para klien akan kembali menatapku aneh di pertemuan besok!” gerutu Alex kesal seraya menyentuh bibirnya.
Tak sekali dua kali Selena berbuat seperti itu, tapi nahasnya Alex terus saja kecolongan oleh tingkah bar-bar Selena ketika marah. Pernah Alex harus menghadiri rapat, tapi karena ulah Selena yang sedang marah, bibir bawahnya terluka karena digigit dan semua orang memandang aneh padanya, seolah menganggap jika dirinya baru berbuat sesuatu yang liar.
“Duduk dengan tenang, jangan berpikir untuk kabur!” Alex memperingatkan sebelum kemudian menutup pintu dan bergegas masuk ke belakang kemudi.
Selena menjulurkan lidah untuk mengejek, memperhatikan Alex yang masuk ke mobil.
“Dasar pria aneh, tidak peduli tapi masih mencariku,” gerutu Selena sambil menatap Alex kesal.
“Tidak usah bawel!” balas Alex.
Pria itu pun menyalakan mesin mobil, kemudian memacu meninggalkan klub malam.
“Kenapa kamu harus bersusah payah membawaku pulang? Jika sudah waktunya pulang, aku pun akan pulang,” cicit Selena.
“Jika bukan karena orangtuamu, aku pun takkan mau bersusah payah mencarimu,” balas Alex tanpa menoleh Selena. Pria itu masih saja memasang wajah datar.
Selena tertawa dibuat-buat, kemudian menghentikan tawa dengan cepat lalu menoleh Alex yang sedang fokus dengan jalanan.
“Alex, katakan sejujurnya. Kamu menerima perintah orangtuaku karena kamu sebenarnya menyukaiku, ‘kan?” tanya Selena.
“Tidak.”
“Kamu tertarik denganku?” tanya Selena lagi.
“Tidak.” Lagi-lagi Alex menjawab singkat.
“Aku tahu, kamu mau tidur denganku?” Selena dengan tak tahu malu mengatakan hal itu.
Selena tahu jika Alex suka melakukan one night stand, sebab itu melontarkan pertanyaan itu tanpa rasa malu.
“Hentikan Selena!” Alex bicara dengan sedikit nada tinggi sekarang.
Selena mencebik mendengar bentakkan Alex, hingga kemudian bersedekap dada.
“Kamu satu-satunya pria yang tak melirikku. Aku membencimu,” gerutu Selena.
“Bencilah jika itu bisa membuatmu senang,” gumam Alex dalam hati.
Selena tidak bicara lagi karena kesal, dia terus memperhatikan jalanan yang dilewati. Perlahan bibir Selena menyenandungkan lagu, sebuah lagu pilu yang membuat Alex tertegun dibuatnya.
Selena terus bernyanyi dari nada sedikit tinggi hingga rendah, sebelum kemudian tak terdengar sama sekali suara gadis itu lagi.
Alex menoleh ketika sadar jika Selena tidak lagi bernyanyi, hingga melihat jika gadis itu terntaya tertidur. Alex pun menepikan mobil, lantas mengambil jas yang ada di kursi belakang. Dia menyelimuti tubuh Selena dengan jasnya.
Ditatapnya sejenak gadis itu, hingga Alex menggeleng pelan kemudian memilih kembali melajukan mobil menuju rumah orangtua Selena.
“Alex, kamu jahat.”
Alex mengemudikan mobil membelah jalanan kota yang gelap dan hanya berpenerang lampu jalanan yang temaram. Dia sesekali melirik ke kursi samping kemudi di mana Selena ternyata tertidur pulas karena mabuk. Alex menggeleng kepala pelan, sebelum kemudian memacu mobil menuju kediaman keluarga Steward—Keluarga Selena.Mobil sedan hitam itu sampai di mansion besar bernuansa klasik. Seorang penjaga rumah membuka gerbang yang menjulang tinggi menghalau dunia luar dari mansion itu. Alex menekan klakson dua kali saat akan melewati gerbang, lantas memacu mobil hingga sampai di depan teras mansion itu.Seorang wanita berpakaian gaun malam tampak keluar dari mansion. Wanita berumur lima puluh tahunan itu terlihat begitu cemas dan kini berdiri di depan pintu menunggu mobil Alex berhenti dengan sempurna.“Kamu menemukannya?” tanya wanita yang tak lain adalah Evelia Fanneta—Ibu Selena, saat melihat Alex keluar dari mobil.“Tidak susah menemukannya, Bibi,” jawab Alex sopan, bahkan dengan senyum ramah
Di sebuah kota kecil, di belahan dunia lain. Seorang pria berumur dua puluh tujuh tahun, tampak berjalan masuk ke sebuah kantor berukuran kecil. Suara sol tak terlalu menggema ketika menapaki lantai, beberapa orang yang berpapasan tampak membungkuk memberi hormat.“Bagaimana perkembangannya?” tanya pria berpakaian formal itu kepada pria yang mengikuti langkahnya.“Semuanya sudah diurus dengan baik, tinggal mengeluarkan surat izin pembangunan saja,” jawab pria yang ternyata adalah asisten pribadinya.Pria itu masuk ke salah satu ruangan, lantas disambut oleh pria lain di sana.“Senang sekali bertemu dengan And, Pak Archie.” Pria tua bertubuh gempal itu langsung berdiri begitu melihat siapa yang datang.Archie Sayaka, putra kedua dari keluarga Sayaka, adik dari Alexander Sayaka. Pria blesteran Jepang-Prancis itu tampak memiliki wajah manis dengan kulit putih bersih. Meski wajahnya tampak seperti orang China, tapi pada kenyataannya Archie memiliki rambut berwarna kecoklatan seperti ibuny
Rambut berwarna hitam pekat panjang itu tergerai indah, diterpa angin yang membuat rambut itu melambai ke belakang. Tubuh rampingnya berbalut kemeja berwarna cokelat dengan bagian bawah yang masuk ke celana berbahan jeans berwarna biru muda.“No! No! No!” pekik gadis itu saat moncong kuda hampir mencium kepala Archie.Namun, siapa sangka jika tujuan utama Archie bukanlah menghentikan kuda itu, tapi menurunkan gadis yang ada di atasnya. Saat kuda itu hampir sampai di tempatnya berdiri, Archie sedikit minggir lantas kedua tangan dengan sigap meraih tangan gadis yang menunggangi kuda itu. Dia lantas menarik dan membawa gadis itu ke dalam pelukan.Kuda itu masih terus berlari dengan cepat, meninggalkan sang pemilik yang sudah tak berada di atas punggung.Sedangkan gadis itu sangat terkejut dengan yang dilakukan Archie, dia dan Archie jatuh ke tanah dengan posisi adik Alex itu berada di bawah.Hubert yang tadi memejamkan mata, lantas sedikit mengintip untuk melihat apa yang terjadi. Sampai
Di kota tempat Alex tinggal. Alex terlihat duduk dengan gelas berisi minuman di tangan. Dia lantas memejamkan mata seolah sedang mengingat sesuatu.“Cukup minumnya! Kamu sudah mabuk berat!” Alex tampak mengambil paksa gelas kristal dari tangan seseorang.“Lex! Biarkan sekali ini saja aku mabuk!” Suara pemuda yang kini bersama Alex terdengar begitu berat, kelopak matanya hampir tertutup, wajahnya memerah karena pengaruh dari alkohol yang masuk ke tubuh.Alex menggelengkan kepala, meletakkan gelas yang dipegang ke meja, lantas bersiap memapah pemuda mabuk itu pergi dari sana.“Kita pulang sekarang, aku akan mengantarmu,” ucap Alex merangkulkan satu tangan pemuda mabuk itu melingkar di lehernya.Namun, pemuda itu menolak ajakan Alex. Dia kembali menarik tangan dari leher Alex dan duduk di tempatnya semula.Alex terkejut dengan penolakan pemuda itu, menatap tajam dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya diinginkan pemuda itu.“Lex, tolong … biarkan … biarkan aku sekali saja menjadi p
Selena masih tertidur pulas di kamar besarnya, di kasur yang berukuran king size nan empuk. Gadis itu tidur dengan posisi tengkurap di tepian ranjang, sedangkan satu tangan tampak menggantung ke lantai. Matahari yang meninggi, tak mengganggu tidur lelap gadis manja itu, meski sinarnya terasa menyengat di wajah manisnya dan langsung menyorot ke kelopak mata. Efek alkohol yang menguasai tubuh, membuat Selena benar-benar tak sadar sudah tidur berapa lama.“Selena, apa kamu tidak mau bangun untuk sekedar makan atau yang lainnya.” Suara lembut keibuan itu terdengar begitu nyaman di telinga. Evelia mencoba membangunkan Selena yang tak kunjung bangun meski waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.Selena tak bergerak, tampaknya dia memang sedang benar-benar menikmati mimpi indahnya, hingga tak mendengar jika sang ibu membangunkan.Evelia menghela napas kasar, putrinya itu memang selalu begini jika pulang dalam kondisi mabuk. Dia lantas berjalan ke arah jendela kaca yang membentang bagai d
Alex berangkat ke perusahaan seperti biasanya. Langkah kakinya yang begitu ringan tapi mantap, derap sol sepatu di lantai menciptakan suara yang menggema di koridor menuju ruangannya berada. Seorang pria lain berjalan di sebelahnya, pria itu adalah Aries—asisten serta tangan kanan kepercayaan Alex.“Bacakan jadwalku hari ini!” perintah Alex dengan suara pelan tapi tegas.“Siang ini Anda ada rapat dengan pihak Maxel Group, lalu dilanjut ….” Aries membacakan rentetan jadwal yang harus dikerjakan oleh Alex.Alex mendengarkan dengan seksama, sesekali mengangguk kecil untuk membalas sapaan staf yang memberinya hormat. Meski Alex adalah pemimpin tertinggi di sana dan terkenal kaku, keras, juga dingin, tapi dia selalu ingat akan nasihat Claira—sang ibu. Wanita paruh baya itu selalu berpesan agar tetap menghormati orang-orang disekitar, meski pria itu bersikap dingin.“Oh ya, Apa sudah ada kabar dari Hubert?”
Di sebuah kamar hotel berukuran besar dan terkesan mewah, dua manusia berlawanan jenis tampak sedang mengarungi bahtera penuh gairah untuk mencapai kenikmatan dunia. Namun, pria yang ada di atas tubuh wanita bertubuh polos nan seksi itu, tampak tak berkonstrasi dan lebih terlihat tak menikmati sama sekali percintaan panas itu.Alex mencoba melepas penat dengan mengajak bercinta seorang model ternama, berharap pikirannya bisa sedikit rileks dan tenang, setelah seharian merasa tertekan dan banyak sekali masalah yang dipikirkan. Namun, pada kenyataannya gairah itu memudar, seiring kata demi kata Sean yang terus terngiang di kepala.“Lex, apa kamu baik-baik saja? Apa ingin ganti posisi?” tanya wanita yang bersama Alex.“Sial!” Alex mencengkeram sprei seolah sedang meluapkan sesuatu.Alex memilih mengeluarkan miliknya, lantas bangkit dari posisi dan turun dari ranjang. Wanita yang tak sekali pernah melayani Alex, keheranan dengan sikap
Di tempat Archie berada saat ini sedang siang hari. Pria itu duduk di depan bar kecil di kota yang akan mereka jadikan sebagai tempat pembangunan pabrik. Mata pria itu menelisik dan mengawasi setiap pejalan kaki yang berlalu lalang, orang-orang di sana memang lebih suka berjalan kaki, naik sepeda, atau menunggang hewan seperti kuda dan sapi. Sungguh kota kecil yang jauh dari polusi kendaraan, serta masih terjaga ke alamiannya. Pabrik yang akan didirikan Archie tidak akan memproduksi bahan kimia atau sejenisnya, lebih tepatnya hanya untuk perakitan dan gudang senjata tersembunyi, sebab itulah akhirnya Archie bisa membujuk wali kota di sana.“Sampai kapan Anda akan duduk di sini berjam-jam?” tanya Hubert yang tak habis pikir dengan Archie. Bosnya itu sudah duduk di sana hampir dua jam, tak berniat beranjak berdiri dan terus mengamati sekitar. “Apa Anda mencurigai sesuatu?” tanya Hubert lagi karena tak mendapat jawaban dari Archie.Archie menoleh H
Lima tahun kemudian.“Alex.” Suara itu terdengar begitu berat karena napas yang tersengal.Selena memeluk erat tubuh pria yang sangat dicintai dan menikahinya sejak lima tahun lalu itu. Napasnya terengah saat tubuhnya terus dipacu dan membuat gairahnya semakin memuncak untuk menuntuk dibebaskan.Alex tengah memacu tubuh sang istri yang berada di bawah kungkungannya, peluh bermanik di wajah dan seluruh tubuh, napasnya memburu hingga dada naik turun tak beraturan.Suara desahan terdengar begitu merdu mengiringi kegiatan mereka, Selena yang selalu bersikap aktif saat bercinta, mampu membuat Alex bergairah dan mencapai klimaksnya.Sentakkan itu terasa penuh di rongga yang sudah basah akan cairan, membuat sang empu pemilik rongga mendongak karena penuh dan sesak yang terasa.Lima belas menit berlalu mereka melakukan penyatuan, hingga gelombang besar datang dan menggulung mereka, meluapkan hasrat yang menggunung dan membebaskan mereka dari cengkraman gairah.Selena menatap wajah lelah suami
Carly terlihat baru saja keluar dari sebuah hotel setelah menghadiri sebuah pesta, ketika baru saja masuk mobil yang terparkir, mata pistol langsung menempel di pelipisnya.Carly tampak terkejut, lantas melirik ke samping di mana ada seseorang yang ternyata duduk di sana dan mengarahkan pistol ke keningnya.“Sudah kuduga itu kamu,” ucap Carly dengan senyum tipis di wajah.“Terkejut aku masih hidup?” Alex bersiap menarik pelatuk.“Tidak, untuk apa aku terkejut.” Carly terlihat begitu santai meski kini ada pistol yang siap memuntahkan timah panas ke kepalanya.Alex menyeringai, tidak menyangka jika Carly bisa terlihat begitu tenang setelah semua perbuatan yang dilakukannya. Alex sudah mendapatkan informasi jika orang-orang yang menyerangnya adalah anak buah Carly, membuatnya juga murka karena anak buah Carly juga telah menyerang Sheena.“Setelah semua yang kamu perbuat, tampaknya aku tidak bisa berdiam
Selena terus menatap wajah Alex, sungguh tidak menyangka dirinya masih diberi kesempatan melihat pria itu lagi.Mereka kini berada di kamar berdua karena Alex ingin istirahat, Archie dan kedua orangtua Alex pun membiarkan Selena masih di sana bersama Alex.“Kamu tahu betapa cemasnya aku saat tahu kamu hilang.” Selena menggenggam telapak tangan Alex erat seolah tidak ingin melepasnya.“Maaf, karena semuanya terjadi begitu cepat,” ucap Alex yang merasa bersalah karena semua orang mencemaskan dirinya.Selena tersenyum hangat, tatapannya tertuju ke genggaman tangan Alex.Alex sendiri tidak pernah melihat senyum sehangat dan setenang itu dari Selena, terakhir kali adalah sebelum Nathan meninggal.“Lex, apa kamu benar-benar akan menikahiku? Aku tahu ini bukan waktu yang pas, tapi aku hanya ingin memastikan,” ucap Selena sambil memandang Alex.Alex terlihat gusar, di satu sisi dirinya sudah berjanji ke orangtua Selena dan orangtuanya jika akan menikahi Selena, tapi di sisi lain dirinya juga
Pria itu menarik Sheena dari bawah ranjang meski Sheena terus memberontak.“Tutup pintunya!” perintah pria itu kepada temannya yang berjaga di pintu.Pintu itu tertutup, hingga pria yang ternyata adalah pemburu Alex yang menginginkan Sheena, kini tersenyum melihat wajah ketakutan Sheena.Pria itu melempar tubuh Sheena di ranjang, sebelum kemudian mengukung tubuh wanita itu dengan kedua tangan Sheena yang ditahan di atas kepala.“Lepas!” Sheena terus memberontak tapi semua sia-sia.Pria itu menyeringai, puas saat melihat wajah ketakutan Sheena serta pemberontakan gadis itu.“Kamu tidak mau aku ajak baik-baik, jadi jangan salahkan aku jika memaksamu,” ucap pria itu masih dengan seringai jahatnya.“Dasar bajingan! Lepaskan aku!” umpat Sheena terus memberontak.“Lepas? Boleh, tapi setelah aku terpuaskan,” ujar pria itu lantas menarik paksa pakaian bagian atas milik Sheena.Sheena sangat terkejut, kini tubuh bagian atasnya terbuka dan memperlihatkan kulit mulusnya, serta ada bekas merah ke
Selena berdiri dengan wajah gusar dan tatapan penuh kecemasan. Ditatapnya landasan pacu di hadapannya itu dengan hati penuh kegelisahan. Menanti seseorang yang sangat dicintainya, menunggu rasa rindu dan kekhawatiran itu dilepas ke sang pemilik hati.Hingga pesawat pribadi terlihat mulai turun di landasan pacu bandaran itu. Selena menegakkan badan, begitu juga dengan Archie dan yang lainnya. Mereka menunggu kedatangan Alex.Saat pesawat itu mendarat, serta tangga mulai dipasang dan pintu terbuka. Selena menatap cemas serta berharap jika keinginannya untuk bertemu Alex terkabul. Ketika sosok yang ingin dilihatnya tampak keluar dari pesawat dan kini menuruni anak tangga.Archie juga kedua orangtuanya terlihat begitu lega melihat Alex yang akhirnya kembali, mereka tersenyum penuh rasa haru karena masih diberi kesempatan melihat pria itu.Selena ingin menangis tapi juga merasa bahagia, hingga gadis itu berlari dengan kencang, menghampiri Alex yang baru saja menginjakkan kaki di aspal.Sel
Selena masih termangu di kamarnya, waktu menunjukkan tengah malam tapi dia tidak bisa tidur karena terus memikirkan Alex. Buliran kristal bening terus luruh, Selena benar-benar tidak akan bisa hidup tanpa Alex. Dia menyesal karena tidak melihat wajah pria itu sebelum Alex menghilang.“Alex, jangan sampai terjadi sesuatu denganmu.” Selena mengusap pipi yang basah dengan air mata.Saat kekalutan melanda, ponsel Selena berdering dan terpampang nama Archie di sana. Gadis itu buru-buru menjawab karena berharap ada berita baik tentang Alex.“Archie, apa kamu menemukan Alex?” tanya Selena begitu menjawab panggilan itu.“Ya, Alex selamat. Sekarang dia dalam penjemputan dan setelah itu akan langsung pulang untuk berkumpul dengan kita,” jawab Archie dari seberang panggilan.Darah Selena mendesir mendengar kabar itu, air mata semakin tumpah karena rasa bahagia akan kelegaan yang sedang dirasakan. Doanya sepanjang malam tidak sia-sia karena akhirnya Alex ditemukan dalam kondisi selamat.“Kapan di
Satu malam mampu menyatukan dua insan yang awalnya tidak kenal. Mereka melakukannya atas dasar suka, bukan cinta yang biasa diharapkan oleh orang. Mungkin tidak bagi Sheena, dia benar-benar jatuh hati kepada Alex sejak pandangan pertama.“Aku sudah menghubungi nomor yang kamu minta, dia akan mengirimkan helikopter di tempat yang sudah aku minta,” ujar Sheena saat dirinya masih berada di dalam pelukan Alex.“Ikutlah denganku, Shee.” Alex mengecup pucuk kepala Sheena setelah selesai bicara.Keduanya berbaring di atas jerami yang tertutup kain, Sheena menatap Alex yang terus memandangnya.“Aku tidak bisa, Lex. Mungkin tidak untuk saat ini,” ucap Sheena. Banyak hal yang membuatnya tidak bisa meninggalkan desa itu.“Tapi kamu akan lebih aman ikut denganku, Shee.” Alex cemas jika sampai pria yang memburunya, kembali mendatangi Sheena.“Jika aku tiba-tiba pergi, warga di sini akan curiga, padahal mereka sudah mati-matian membelaku. Mungkin akan lebih baik jika kamu keluar dulu dari desa ini
“Kamu baik-baik saja? Maaf sudah melibatkanmu sampai seperti ini.” Alex menatap Sheena yang baru saja datang dan membawakan makanan untuknya.Sheena tersenyum menanggapi ucapan Alex. Memilih meletakkan nampan yang dibawa di atas tumpukan jerami, sebelum kemudian duduk berhadapan dengan pria yang ditolongnya itu.“Tidak apa-apa, aku baik-baik saja.” Sheena mengusap hidung yang terasa berair. “Bukankah aku sudah bilang jika akan menanggung semua resiko karena telah menolongmu. Mungkin ini adalah salah satu bukti jika aku serius.”Sheena tersenyum getir saat mengingat kejadian yang menimpanya, tapi jelas dia tidak menyalahkan Alex atas semua kejadian hari ini.Alex menatap Sheena begitu dalam, bertanya-tanya kenapa Sheena sangat melidunginya, sedangkan mereka saja baru bertemu dan kenal secara tidak sengaja.Sheena mengangkat teko untuk menuangkan minum ke cangkir, tapi pergerakan tangan terhenti karena Alex menahan tangannya. Gadis itu pun menoleh dan memandang Alex yang sudah menatapny
“Menyingkir dariku!” Sheena berusaha mendorong tubuh pria itu yang ada di hadapannya agar bisa pergi.Namun, pria itu mempertahankan posisinya berdiri, bahkan kini memegang kedua pergelangan tangan Sheena lantas menaikkan ke atas kepala gadis itu, merapatkan di daun pintu kemudian menguncinya dengan satu tangan. Lutut pria itu pun bertumpu di daun pintu, berada tepat di antara kedua kaki Sheena hingga membuat gadis itu tak berkutik.“Kamu sangat menarik dengan terus melawanku.”Pria itu menyeringai melihat Sheena yang tidak bisa melawan lagi.“Brengsek sialan! Enyahlah dari hadapanku!” Sheena sampai meludah ke wajah pria itu karena geram.Alex ternyata bersembunyi di jerami tepat belakang Whalle, dia melihat bagaimana pria itu memperlakukan Sheena. Ingin keluar dan menolong, tapi Whalle menghadang papan yang ada di depan jerami, sehingga Alex tidak bisa keluar.Pria tadi tersenyum getir diludahi Sheena, tapi mungkin pria itu gila karena mengusap ludah itu dari wajahnya, kemudian menji