Share

25. Amukan Salsa (2)

Author: Mokaciinoo
last update Last Updated: 2023-03-13 07:35:49

"Dominic, perkataan kamu sudah keterlaluan. Jika kamu bersikap seperti ini, saya tidak akan merestui hubungan kalian!" perkataan tegas itu datang dari satu-satunya pria paruh baya di ruangan ini.

"Yah~" panggilan centil Salsa otomatis keluar ketika mendengar pembelaan ayahnya.

Hal ini membuat Dominic, dan Denita spontan memutar mata. Begitu banyak orang-orang tak masuk akal di dunia ini, pikir mereka.

"Sebenarnya kami gak peduli sih, Om. Aku datang ke sini untuk memperkenalkan diri hanya agar kalian tahu aja. Masalah restu sih, kami gak butuh sama sekali!" tegas Dominic yang membuat jantung Denita bertalu kian kencang.

Ditatapnya dagu Dominic yang tepat berada di atas kepalanya dengan sorot mata yang tak bisa dijelaskan. Pria seperti inilah yang Denita inginkan dalam hidup. Seseorang yang bisa mempertahakan dirinya dengan tegas.

"Heh! Jangan berharap rencana kalian akan berjalan dengan mulus!" geram Arkan setelah lama terdiam.

Dominic mendengus. "Itu sih bukan kamu yang menentuk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Susi Hendra
lanjut......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Antagonis sang Presdir!    26. Candle Light Dinner

    Denita menyangga tangan kirinya pada kaca jendela mobil Rolls-royce milik Dominic yang sedang melaju dengan kecepatan sedang di jalanan ibu kota yang tidak bisa dikatakan ramai, tapi juga tidak cukup lengang itu. "Aku sudah memesan tempat di The Mammoth. Gimana kalau kita candle light dinner di sana?" tanya Dominic menyebut salah satu nama restauran mewah yang sering dia kunjungi. "Aku lapar!" lanjutnya. Denita memutar matanya tanpa sepengetahuan Dominic. "Udah booking tempat tapi ngomongnya baru sekarang. But, oke!" jawab Denita tanpa menoleh ke arah Dominic yang sedang sibuk menyetir. Sudut bibir Dominic bergetar saat mendengar kalimat pertama. Namun, dia tetap mengatupkan rahangnya rapat-rapat. Perangai sekertarisnya ini semakin menjadi-jadi. Dominic kemudian mempercepat laju kendaraannya. Tidak sampai lima belas menit, mereka akhirnya tiba di restauran yang dimaksud. Layaknya gantleman, Dominic kembali bergegas membukakan pintu penumpang yang ada di samping pengemudi untuk De

    Last Updated : 2023-03-13
  • Istri Antagonis sang Presdir!    27. Badai Tak Terlihat

    "Sayang, sudah malam, ayo tidur. Kasihan bayinya!" ajak Angga pada Salsa yang hingga jam satu dini hari ini, menolak untuk tidur. "Aku mau nunggu Denita pulang!" jawab Salsa. Dia terus mencoba menghubungi Denita sambil berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Hatinya tidak tenang, pikiran bahwa Denita menghabiskan malam dengan Dominic tidak bisa dia terima. Sementara itu, Angga memperhatikan gerak-gerik sang istri dengan perasaan yang tak menentu. Obrolan Denita dengan ayah mertua yang tidak sengaja dia dengar, seakan tidak cukup menghantui ketenangan Angga. Sekarang, pria yang tampak menjadi obsesi istrinya itu juga kembali. "Mungkin Denita lagi sibuk. Besok dicoba lagi, ya!" hibur Angga sambil mengelus bahu istrinya. Berharap dengan begitu, mampu membuat sang istri menjadi lebih tenang. "Sibuk dengan Dominic? Justru itu yang tidak aku inginkan!" sentak Salsa dengan mata memerah karena marah. Dia lalu menepis tangan Angga dengan kasar dari bahunya, kemudian berjalan meninggalkan r

    Last Updated : 2023-03-14
  • Istri Antagonis sang Presdir!    28. Cuddling

    Di sebuah Penthouse mewah di tengah kota, Denita menatap layar ponselnya yang terus berdering tanpa ada keinginan untuk menjawab. Dia hanya menonton teleponnya terus berbunyi, lalu mati, dan berbunyi lagi. Begitu seterusnya hingga akhirnya telepon itu menjadi benar-benar hening. "Kenapa tidak kamu angkat?" tanya Dominic sambil sesekali menyesap anggur merahnya. "Dari Salsa!" jawab Denita dengan acuh tak acuh. "Ah~" Dominic berdengung panjang sambil mengangguk pelan sebagai tanda mengerti. Tetapi, dia sama sekali tidak tertarik dengan alasan kenapa Salsa terus menghubungi Denita seperti itu. Adapun Denita yang saat ini sedang berada di kediaman mewah bosnya, sibuk mengedarkan pandangan ke segala arah. Ini memang bukan pertama kalinya Denita menjejakkan kaki di tempat ini. Namun, ini pertama kalinya dia memperhatikan setiap detail yang ada di Penthouse ini. Ruang keluarga tempatnya sekarang berada dirancang dengan desain interior bergaya klasik kontemporer. Gradasi warna yang ada

    Last Updated : 2023-03-15
  • Istri Antagonis sang Presdir!    29. Sumber Masalah

    Keesokan harinya, "Wow! Aku tidak tahu kamu bisa memasak!" sapa Denita sambil berjalan mendekat ke arah meja makan. Dia baru saja kembali dari tempat parkir apartemen setelah mengambil pakaiannya di dalam mobil yang selalu dia bawa. "Hanya makanan sederhana!" jawab Dominic seraya meletakkan piring berisi roti panggang, telur orak-orak, sosis, serta salad di atas meja makan. "Begini saja tampaknya sudah hebat. Aku pikir orang dengan sendok emas seperti kamu tidak akan melakukan pekerjaan kasar ini," tukas Denita dengan jujur. "Hahaha. Begitukah?" "Hm," gumam Denita sambil mengangguk cepat. Matanya berkilat dengan cemerlang. "Nilai tambah seorang Dominic Agustian Sagara semakin meningkat di mataku!" lanjut Denita dengan kekagumam yang tidak bisa dia sembunyikan. "Benarkah. Memang awalnya di mata kamu, nilaiku berapa?" tanya Dominic dengan penasaran. "Satu dari seratus!" jawab Denita polos, tanpa menutup-nutupi. "Cih. Lalu sekarang?" tanya Dominic dengan alis terangkat tinggi.

    Last Updated : 2023-03-15
  • Istri Antagonis sang Presdir!    30. Hari yang Buruk

    "Si brengsek teratai putih lembut yang dibesarkan di rumah kaca itu!" raung Denita meluapkan segala amarahnya. Nafasnya menderu dengan cepat. Hidungnya kembang kempis karena gejolak emosi yang lepas begitu saja. "Pffttt!" semburan tawa tertahan dari Widia yang masih berdiri di depan mejanya membuat Denita mendelik. "Kamu kenapa ketawa?""Harusnya kamu emang marah-marah aja dari tadi. Gak usah pura-pura sok tegar!" pungkas Widia. "Udah, bye. Aku mau kembali kerja!" Sambungnya sembari berlalu pergi begitu saja. Bahkan tanpa menunggu respon dari Denita. Sudut bibir Denita berkedut samar mendengar ucapan Widia. Namun, Kata-kata itu sedikit meredakan hatinya dari amarah yang memuncak. Denita lantas menepuk kedua pipinya dengan keras untuk mengembalikan konsentrasinya pada masalah pekerjaan yang baru saja muncul secara tiba-tiba. Untuk itu, dia menarik nafas panjang, menahannya sebentar, kemudian menghembuskannya dengan pelan. "Denita, fokus!" gumam Denita pada dirinya sendiri. Semen

    Last Updated : 2023-03-16
  • Istri Antagonis sang Presdir!    31. Menahan Diri

    Menahan diri adalah kata yang menggambarkan pribadi seorang Denita Widiatami dengan sangat baik. Tidak peduli bagaimana marahnya dia, Denita memutuskan untuk menahan diri. Dia harus membuat dirinya jelas berbeda dengan Salsa, si teratai putih yang suka meledak-ledak. Sesuai dengan ambisi barunya, Denita berencana menjadikan dirinya sendiri sosok Denita baru yang elegan, dan mendominasi. Tentu saja dia tidak akan menggunakan cara kacangan seperti Salsa. Dia bukan aktris penuh sensasi yang haus akan atensi. Dia lebih memilih kesabaran selangkah demi selangkah. Karena baginya, balas dendam tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa."Ayo pulang!" ajak Dominic menyadarkan Denita dari berbagai macam pikiran di kepalanya. Denita tidak menjawab pertanyaan Dominic, tapi dia segera beranjak dari kursinya dan mengikuti sang bos menuju lift yang tak jauh."Mau pulang kemana malam ini?" tanya Dominic seraya menekan tombol lift. "Tempatmu!" jawab Denita singkat.Akibat dari luapan hati Salsa har

    Last Updated : 2023-03-17
  • Istri Antagonis sang Presdir!    32. Rencana Merebut Hati Calon Mertua

    Denita dibanjiri keringat begitu bakso kuah sambalnya tandas. Wajahnya pun tak ayal memerah seperti kepiting rebus. Bibir penuhnya juga bahkan terlihat semakin tebal karenanya. "Jangan terlalu sering memakan makanan ini. Tidak baik untuk kesehatan!" pesan Dominic meski dia sendiri cukup menikmati makanan penuh micin ini. "Huuu! Haahh!" Denita menghembuskan nafas keras berusaha mengusir rasa pedas yang menggigit lidahnya. Bergelas-gelas air telah dia tandaskan, tapi rasa pedas itu masih bertahan di lidahnya. Pelipisnya bahkan sudah berkedut pusing. Tapi inilah kepuasan yang dia dapatkan. "Kita 'kan rencananya mau nikah nih. Apa yang disukai Ibumu? Bagaimana tipe menantu idamannya?" tanya Denita di sela-sela serutan hidungnya yang meler. "Selama aku membawa wanita sebagai istri ke hadapan beliau, Ibu pasti suka!" jawab Dominic. Alis Denita terangkat tinggi, tapi kemudian segera menyipit dengan kening berkerut banyak. Dia sama sekali tidak percaya! "Asalkan berasal dari latar bela

    Last Updated : 2023-03-18
  • Istri Antagonis sang Presdir!    33. Tidak Mirip Denganku

    "Sayang, kamu harus makan. Kasihan bayi yang ada di perut kamu!" Di meja makan keluarga Hadiwijaya, Angga sedang berusaha membujuk Salsa agar mau menyantap makan malam yang sudah tersaji di atas piringnya. "Denita belum bisa dihubungi!" racau Salsa tidak mempedulikan bujukan Angga. Dia terus sibuk dengan telepon genggamnya. Sejak kemarin malam, dia masih belum menyerah untuk bisa menghubungi Denita. Dan pengabaian Denita untuk cuitan panjangnya di akun burung biru itu telah membuat Salsa meradang. [Nomor telepon yang Anda hubungi, sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi,]Lagi-lagi, suara operator-lah yang membalas panggilan Salsa untuk yang kesekian kalinya hari ini. "Aarrrrgggghhh!" Salsa menjerit frustrasi di meja makan. Hal ini membuat orang-orang yang sedang menyantap makan malam mereka spontan mendesahkan nafas pelan. "Salsa~" tergur Ibu Herlina dari balik gigi yang terkatup rapat. "Ma, Denita masih tidak bisa dihubungi!" rajuk Salsa seraya menunjukkan gelagat pan

    Last Updated : 2023-03-20

Latest chapter

  • Istri Antagonis sang Presdir!    129. TAMAT

    "Mas, si Dominic sialan itu melaporkan aku ke polisi. Kamu tolong bebaskan aku!" seloroh Bik Ayu sesaat setelah sambungan teleponnya terhubung."Memangnya apalagi yang kamu lakukan?" tanya Pak Hendra dari seberang telepon."Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya tidak ingin melihat anak sialan itu bersenang-senang. Kenapa dia boleh berbahagia, sementara anakku sendiri gila?!" bentak Bik Ayu tanpa memedulikan dimana dia berada. "Kalau kamu tidak melakukan apa-apa, kenapa kamu bisa berakhir di kantor polisi? Aku sudah muak dengan kalian semua. Kamu jangan ganggu aku lagi. Namaku sudah cukup tercoreng gara-gara kamu. Berhubungan denganmu adalah kesalahan terbesar yang pernah aku lakukan dalam hidup ini," geram Pak Hendra. Dia lalu menutup telepon tanpa ada niat untuk memperdulikan nasib yang akan menimpa Bik Ayu."Mas Hendra? Mas Hendra!" Bik Ayu berteriak sambil membanting telepon milik kantor polisi. "Ibu tolong tenang!" tegur salah seorang polisi yang bertugas menangani kasusnya."T

  • Istri Antagonis sang Presdir!    128.

    Melalui data diri yang dibubuhkan Bik Ayu dalam surat lamaran kerjanya, orang suruhan Dominic terus mencari keberadaan wanita itu. Tentu saja rumah kediaman keluarga Hadiwijaya juga tidak luput dari target pencarian. Pada akhirnya, tidak sulit bagi orang suruhan Dominic untuk menemukan wanita yang sudah membuatnya sangat marah itu. Bik Ayu memang ditemukan di rumah keluarga Hadiwijaya. Dan atas perintah Dominic, wanita itu digelandang dengan paksa menuju kantor polisi. "Lepaskan aku! Ini pemaksaan!" seru Bik Ayu. Dia memberontak dengan keras. Namun, tenaga setengah tuanya tentu saja kalah dengan tenaga para laki-laki suruhan Dominic itu."Lepaskan aku!" teriak Bik Ayu bahkan meski dirinya sudah berada di kantor polisi.Dominic yang sedang membuat laporan hanya menatap sekilas pada wanita yang terlihat menyebalkan itu. "Ini dia orang yang ingin saya laporkan. Dan saya tidak ingin adanya upaya damai. Tolong hukum dia sesuai dengan undang-undang yang berlaku," pungkas Dominic."Apa y

  • Istri Antagonis sang Presdir!    127.

    Aksi Dominic yang mengumpulkan para cleaning service di lobi kantor menarik rasa penasaran para karyawan lain mengenai apa yang tengah terjadi.Namun, Dominic tidak mau ambil pusing soal mereka untuk saat ini. Biarkan saja mereka mengatakan apapun yang mereka inginkan. "Berikan data cleaning service yang masih aktif bekerja di sini," tukas Dominic begitu staff HRD di perusahaannya tiba.Tanpa banyak bertanya, sang staff langsung memberikan apa yang diinginkan oleh Dominic. Dia pun langsung melakukan pemindaian cepat pada tumpukan dokumen yang dibawakan padanya. Sampai kemudian matanya menangkap sosok familiar yang membuatnya menggertakkan gigi dengan keras."Ayu Hapsari?!" gumam Dominic dengan marah.Dia pikir musuh bebuyutan istrinya ini sudah menyerah dan kapok mencari masalah dengan mereka. Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata wanita ini sedang membuat rencana jahat di bawah hidungnya."Dimana wanita bernama Ayu Hapsari ini?" tanya Damian seraya menatap satu per satu wajah yan

  • Istri Antagonis sang Presdir!    126.

    "Dok, bagaimana kondisi istri dan calon anak saya?" "Dok, bagaimana kabar menantu dan cucu saya?""Dok, bagaimana kabar anak dan cucu saya?"Dominic, ibu Herlina dan ibu Evelyn berhamburan menghampiri dokter yang baru saja memberi penanganan pada Denita. Mereka bertiga langsung merongrong sang dokter dengan berbagai pertanyaan. Melihat wajah khawatir ketiga orang di depannya, sang dokter hanya tersenyum simpul. "Nona Denita baik-baik. Dia hanya terlalu shock dan butuh istirahat yang baik," jawab dokter."Serius, Dok?" tanya Dominic tidak benar-benar lega.Dengan sabar dokter itu mengangguk. "Iya," "Lalu cucu kami gimana, Dok?" tanya ibu Herlina."Bayi di dalam kandungan Nona Denita juga baik-baik saja. Untung langsung segera dibawa ke rumah sakit sehingga dapat dengan cepat ditangani. Jadi kondisinya tidak terlalu mengkhawatirkan," ucap Dokter menjelaskan."Syukurlah,""Terima kasih, Dok!""Iya, sama-sama,"Setelah kepergian dokter yang menangani Denita, baik ibu Herlina dan ibu Ev

  • Istri Antagonis sang Presdir!    125. Insiden di kantor (2)

    Dengan bibir cemberut, Denita keluar dari ruangan Dominic menuju meja kerjanya. Pakaian ganti yang agak sempit membuat setiap pergerakannya menjadi tidak nyaman. Dan karena suasana hati yang tidak terlalu baik, Denita tidak memperhatikan ada tetesan cairan berwarna biru di samping kaki mejanya. Tatkala kakinya menginjak cairan itu, tubuh Denita limbung ke belakang. Dia menjerit dengan panik dan berusaha mencari pegangan. Akan tetapi, tangannya hanya bisa menggapai udara yang kosong. "Arrrrrgggghhhhh!!!" BRUUUK, Suara tubuhnya yang menghantam lantai begitu keras hingga membuat Dominic yang ada di dalam ruang kerjanya terkejut setengah mati. "Denita!" serunya. Tanpa membuang-buang banyak waktu, dia langsung berlari menuju sumber suara. Sosok sang istri yang terbaring di atas lantai sambil memegangi perutnya membuat sepasang netra Dominic membulat lebar. "Denita!" serunya. "Sakiiiitttt," keluh Denita. Air mata menitik deras dari pelupuk matanya. Rasa panik akan bayi di

  • Istri Antagonis sang Presdir!    124. Insiden di Kantor

    Setelah masalah Niko selesai, Denita akhirnya bisa menjalani hidupnya dengan tenang. Dia juga bisa menikmati kehamilannya dalam damai tanpa adanya drama yang berliku-liku. Bahkan diusia kandungan yang sudah menginjak delapan bulan, dia masih semangat bekerja."Babe, kamu berhenti kerja aja ya. Perut kamu sudah mulai buncit. Pergerakan kamu juga sudah tidak luwes lagi. Sebaiknya istirahat di rumah," Ucapan Dominic ini langsung membuat bibir Denita maju beberapa senti. Dia tidak tahu apakah ini karena faktor kehamilan atau bukan. Akan tetapi, dia mulai menerjemahkan kata-kata orang dengan cara yang berbeda. Seperti sekarang ini, dia tiba-tiba merasa bahwa ucapan suaminya memiliki arti yang negatif. "Jadi kamu merasa terganggu karena perutku yang buncit?" tanya Denita dengan nada merajuk. Suaranya bahkan terdengar tercekat seperti sedang menahan tangis."Bukan begitu," tukas Dominic dengan segera. "Aku hanya takut kalau kamu akan kelelahan. Aku nggak mau kamu dan anak kita kenapa-kenap

  • Istri Antagonis sang Presdir!    123. Mencari Jalan Keluar (2)

    "Jangan terlalu cepat mengambil keputusan," tegur ibu Herlina. Hatinya belum terketuk untuk membiarkan putra sulungnya yang belum menikah mengadopsi anak orang lain. Apalagi anak itu adalah anak sekaligus cucu dari orang yang paling dia benci sekarang. Kalau boleh dikatakan secara kasar, lebih baik mengadopsi anak dari panti asuhan daripada harus mengadopsi Niko. "Bu~" panggil Arkan. "Bukannya Niko masih punya kakek dan nenek kandung? Kenapa perawatan atas Niko harus menjadi tanggung jawab kamu?" seloroh ibu Herlina. "Kemana nih, selingkuhan kamu?" lanjut ibu Herlina bertanya pada mantan suaminya. "Aku tidak melihatnya Nyonya barumu dari tadi,"" ... "Wajah pak Hendra yang disindir seperti ini seketika berubah menjadi keruh. "Jangan bilang habis manis sepah dibuang?" tebak ibu Herlina dengan asal-asalan. Namun, wajah keruh yang ditunjukkan oleh mantan suaminya itu membuat ibu Herlina diyakinkan oleh tebakannya sendiri. Tawa nyaring pun terlempar keluar dari bibirnya yang dihia

  • Istri Antagonis sang Presdir!    122. Mencari Jalan Keluar

    Keesokan hari Denita menghubungi semua orang yang terkait dengan kehidupan Niko. Dia meminta untuk bertemu dengan mereka. Kemudian pada ibu Herlina, Denita menceritakan masalah mengenai anak dari Salsa dan Dimas itu. "Bagaimana keadaan Niko sekarang?" tanya Ibu Herlina. Suaranya terdengar serak seperti sedang menahan tangis. "Aku juga belum tahu, Ma!" jawab Denita. "Makanya aku minta kita semua berkumpul untuk membahas mengenai masalah ini," lanjutnya. "Oke, dimana?" tanya ibu Herlina. "Aku sudah membicarakan ini sama Arkan. Dia minta untuk kita berkumpul di kediaman Hadiwijaya," jawabku. " ... "Keheningan terjadi di seberang sana. Denita sendiri bisa memperkirakan apa yang kiranya sedang dirasakan oleh wanita paruh baya yang telah melahirkannya itu, ketika dia menyebutkan kediaman Hadiwijaya. "Mama baik-baik aja?" tanya Denita memastikan. "Kalau Mama nggak setuju, nanti kita bahas lagi enaknya bertemu dimana," lanjutnya kemudian. "Mama baik-baik aja kok. Ayo segera kita bahas

  • Istri Antagonis sang Presdir!    121. Telepon Tengah Malam

    Denita yang terlanjur berpikir bahwa hidupnya akan menjadi damai setelah Salsa dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa ternyata salah besar. Di tengah malam, ketika dia sedang tertidur nyenyak bersama Dominic, ponsel yang dia letakkan di atas nakas samping tempat tidur berdering nyaring. "Hermm," Denita menggeram pelan dengan alis yang berkerut di dalam tidurnya. Dengan mata setengah terpejam, Denita meraba nakas yang ada di samping tempat tidurnya untuk mencari benda pipih yang mengeluarkan suara ribut-ribut itu. Tanpa melihat nama orang tidak sopan yang menghubunginya tengah malam begini, Denita menjawab panggilan telepon itu dengan sedikit kesal. "Halo!" jawab Denita dengan nada ketus. "Nit, ini Angga," sapa orang dari seberang. Dengan kening yang berkerut semakin dalam, Denita terdiam sementara untuk mencerna suara orang di seberang. Dia yakin bahwa dia sedang tidak bermimpi, tapi kenapa Angga meneleponnya? " ... "Denita terdiam tidak menanggapi untuk waktu yang lama. Baginya

DMCA.com Protection Status