Share

16. Fragment of The Past

Penulis: Mokaciinoo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-05 07:28:54

7 tahun lalu,

"Saya gak berani, Non! Mending Non Salsa minta ditemani Pak Syarif atau Mas Arkan aja!" ujar Denita dengan rendah hati.

Hari ini Salsa yang baru bisa mengendarai kendaraan roda empat itu memaksa Denita untuk menemaninya melakukan uji coba di jalan raya. Hanya dengan mereka berdua saja.

"Kamu penakut banget sih, kamu gak percaya kalau aku udah bisa nyetir mobil sendiri?!" sentak Salsa sembari mendorong bahu Denita dengan keras.

"Bukan begitu, Non. Tapi buat jaga-jaga aja. Saya kan gak bisa bawa mobil. Amit-amit kalau ada apa-apa, nanti saya gak bisa bantuin Non Salsa!" pungkas Denita takut.

Baru setahun ini dia menikmati indahnya jatuh cinta. Dan untuk sekarang, dia belum mau menemani anak majikannya ini menantang maut.

"Jangan banyak alasan. Ayo cepat!" ajak Salsa sambil menggeret lengan Denita dengan kasar.

"Aduuhh, Non. Kenapa gak minta didampingi sama Mas Arkan aja?" tanya Denita.

Di tengah langkahnya yang terseret-seret, Denita berusaha untuk melepaskan diri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Antagonis sang Presdir!    17. Fragment of The Past (2)

    "Nyonya, golongan darah saya B. Saya bersedia mendonorkan darah saya pada Non Salsa. Bolehkah?"Tiga pasang mata yang sedang berdiri gamang di depan ruang operasi menoleh serentak pada seseorang yang baru saja berucap. Wanita yang Denita panggil dengan sebutan ibu itu menawarkan diri dengan sukarela. Ada gurat harap-harap cemas yang tak luput dari perhatian Denita terlihat jelas dari sorot mata itu. Hal ini membuat Denita terkejut sekali lagi. 'Ibu terlalu loyal pada majikannya!' gumam Denita tak habis pikir. "Golongan darah kamu B?" tanya Ibu Herlina pada sang asisten rumah tangga yang sudah lama ikut dengannya ini. "Iya, Nyonya!" jawab sang asisten rumah tangga yang bernama lengkap Ayu Hapsari itu. "Lalu kamu?" tanya Ibu Herlina beralih pada Denita yang kini pipi kirinya sudah mulai terasa bengkak. "A!" jawab Denita singkat. Alis Ibu Herlina segera menukik dengan tajam. Firasat buruk seketika menyapa hatinya. Dia menatap bolak-balik pada asisten rumah tangganya yang terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Istri Antagonis sang Presdir!    18. Penerimaan

    Angga berdiri di balkon kamarnya seorang diri. Sesekali dia menatap pada ponselnya sambil beberapa kali menghela nafas. Dingin angin malam dibiarkan menampar wajahnya. Sudah beberapa kali dia mencoba menghubungi Denita, tapi wanita itu tidak kunjung mengangkat panggilannya.Ada rasa bersalah yang tiba-tiba tidak bisa dia halau dari hatinya. Dia tahu dengan jelas keluhan yang Denita miliki terhadap keluarga ini. Dia juga tahu bahwa Denita menaruh harapan besar padanya. Tetapi dia juga tidak bisa membohongi hatinya sendiri, kalau cinta itu perlahan mulai pudar. Dia tidak tahu sejak kapan semuanya bermula. Dia tidak tahu sejak kapan pesona Salsa menjerat hatinya. Wanita rapuh itu membuat Angga selalu merasa kasihan, dan ingin melindunginya. Sepasang bola matanya yang jernih, dan berair penuh dengan keluhan akan sikapnya selalu terbayang dalam benak Angga. Membuatnya memiliki rasa bersalah lain. Walau bagaimanapun, Salsa adalah istri sahnya, baik dimata hukum maupun agama. Angga menghe

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Istri Antagonis sang Presdir!    19. Mengakhiri Hubungan

    Keesokan harinya, Angga dan Denita duduk saling berhadap-hadapan di sebuah cafe yang tak jauh dari apartemen biasa tempat mereka berkumpul. Hari ini hubungan mereka harus diselesaikan. Delapan tahun harapan rapuhnya harus segera diakhiri.Denita menatap terang-terangan pada Angga yang sedang menyeruput kopi hangatnya. Tidak ada di antara mereka yang berkeinginan untuk mulai berbicara lebih dulu. Tik tik tik, Waktu berlalu begitu saja. Akhirnya setelah terdiam selama beberapa saat, Angga mulai mengangkat kepalanya. Dia menatap sepasang manik hitam di depannya yang terlihat kosong tanpa gejolak emosi. Hembusan nafas panjang pun perlahan lolos dari hidung Angga.“Aku rasa ini semua salah!” ucap Angga lirih. Denita tetap diam. Dia menunggu Angga melanjutkan kalimatnya. Namun, hingga beberapa menit berlalu, tidak ada kalimat yang terucap. "Hubungan kita atau pernikahan kamu?" tanya Denita pada akhirnya. Ada nada sarkasme yang terkandung dalam suaranya. " ... "Angga tidak langsung me

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-08
  • Istri Antagonis sang Presdir!    20. Menanamkan Kecurigaan

    Di hari minggu yang cerah, Denita tidak hanya menghabiskan waktu untuk berbelanja sepanjang hari. Dia juga menyempatkan diri untuk pergi ke salon bersama Widia. Dalam rangka memgawali rencana kehidupannya yang baru, Denita bahkan mewarnai rambutnya menjadi warna cokelat gelap. Terkhusus untuk hari ini, dia bahkan mengunjungi spa untuk merilekskan tubuh. Dia juga pergi ke naik art untuk menghias kukunya yang terlihat membosankan. Setelah melakukan banyak hal seharian, Denita akhirnya kembali ke kediaman Hadiwijaya ketika jarum jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Karena dia tidak berniat untuk tinggal lebih lama di tempat ini, Denita memutuskan untuk tidak membawa barang belanjaannya ikut turun dari mobil. "Mas ... "" ... "Denita menghentikan langkahnya yang hampir mencapai teras rumah ketika dia mendengar sayup-sayup suara seseorang. Denita mengedarkan pandangannya ke segala penjuru mata angin untuk mencari tahu. Namun, tidak dia temukan eksistensi aneh di sekitar. "Perasaanku aj

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Istri Antagonis sang Presdir!    21. Mencapai Kata Sepakat

    "Hari baru, semangat baru, dan awal baru!" ujar Denita menyemangati dirinya sendiri. Jika biasanya Denita berangkat ke kantor dengan penampilan seadanya, tapi kini tidak lagi. Celana panjang kulot yang biasa menyelimuti sepasang kaki jenjangnya telah digantikan oleh rok span hitam yang berada satu jengkal di atas lutut. Lalu blazer yang juga biasa melekat di tubuhnya juga telah digantikan oleh blouse lengan panjang berwarna biru muda. Adapun wajahnya yang biasa dirias senatural mungkin, kini dibubuhi make up tebal yang bisa memberikan kesan berani dan tegas! Dulu dia selalu lebih memilih untuk bersikap rendah hati dan tidak menonjol. Tapi sekarang, dia berubah pikiran. Kali ini dia ingin seluruh dunia tahu bahwa dia anak yang sah dari keluarga Hadiwijaya. Sementara Salsa, wanita itu hanya anak pembantu! "Nit, ka... " Dominic yang baru saja tiba di kantor tidak menyelesaikan kalimatnya saat melihat perubahan Denita. Sepasang netra nakal pria itu bergerak dari rambut kecoklatan Deni

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • Istri Antagonis sang Presdir!    22. Pemeran Antagonis

    Denita yang mendapat persetujuan dari Dominic langsung menekan tombol hijau pada layar ponselnya. Didekatkannya benda pipih itu ke samping telinga. Setelah menunggu sebentar, sapaan halus terdengar datang dari seberang. "Ma, lusa aku mau membawa seseorang untuk diperkenalkan pada kalian. Aku harap, Mama sama Ayah bisa meluangkan waktu untukku sekali ini saja," sambar Denita to the point. Bahkan sebelum pihak seberang mengeluarkan kalimat tanya. "Mengenalkan seseorang? Siapa?" "Calon suamiku!" jawab Denita acuh tak acuh. "Calon suami?" nada keheranan terdengar jelas dilemparkan oleh pihak lain. "Iya!" Denita kembali menjawab. Nadanya tidak hangat, tapi juga tidak dingin. Hanya biasa-biasa saja. "Siapa orangnya?" tanya orang di seberang. "Nanti juga kalian akan tahu. Tolong berpakaian yang rapi, dan jangan membuat aku malu," pungkas Denita. Perkataannya seolah-olah penghuni keluarga Hadiwijaya tidak pernah berpakaian rapi selama ini. Tapi yang dimaksud Denita adalah, agar keluar

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Istri Antagonis sang Presdir!    23. Memperkenalkan Calon Suami

    D-day, Hari yang paling Denita nantikan akhirnya tiba juga. Senyum merekah tak pernah pupus dari wajahnya sejak pagi tadi. Lebih-lebih petang ini, ketika Dominic membawanya ke sebuah butik sekaligus salon yang menjadi langganan ibu dari sang Presdir. "Buat calon istri saya jadi semakin cantik!" perintah Dominic pada karyawan andalan di butik tersebut. "Baik, Pak!" sahut karyawan wanita itu dengan khidmat. "Silakan, Mbak!" lanjut karyawan itu sambil menunjuk sofa yang terletak di depan sebuah meja rias. "Terima kasih," sambut Denita sambil berjalan ke arah dimana dia dituntun oleh karyawan itu. Singkat cerita, malam ini, Denita tampil cantik dengan mengenakan sebuah dress berwarna hitam yang menjuntai lurus di tubuhnya hingga satu jengkal di atas lutut. Rambut sebahunya yang berwarna coklat di-curly, dan sengaja dibiarkan tergerai. Adapun untuk wajah, Denita mulai menyukai penggunaan make up yang lebih bold dari sebelumnya. Terakhir, kaki jenjangnya dibalut dengan hi-heels setin

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Istri Antagonis sang Presdir!    24. Amukan Salsa

    "Aarrrgghhhh!"Salsa menjerit sambil menjambak rambutnya hingga kusut. Sepasang sorot matanya yang garang menatap penuh kebencian pada Denita. Dadanya juga membuncah naik-turun dengan cepat. "Kamu!""Kamu pasti sengaja melakukan ini 'kan?!""Kamu mau balas dendam sama aku 'kan?!" Jeritan disertai rentetan kalimat tuduhan itu diungkapkan Salsa sembari mengarahkan jari telunjuknya yang lentik ke arah wajah Denita. "Kenapa? Gak boleh?" tantang Denita dengan berani. Alisnya terangkat tinggi dengan disertai senyum samar penuh kesinisan terukir di wajahnya. Tangannya juga terlipat di depan dada dengan penuh kesombongan. "DE-NI-TA!" geram Salsa. "Kamu bisa menikah dengan pria manapun, tapi tidak dengan Dominic!" pekik Salsa histeris. "Kenapa?" tanya Denita. Dia kemudian mengalihkan tatapan sendu yang dibuat-buat ke arah Dominic yang ada di sampingnya."Dom, katanya aku gak bisa nikah sama kamu nih, emang kenapa?" tanya Denita pura-pura sedih. "Siapa bilang gak bisa? Justru mungkin,

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12

Bab terbaru

  • Istri Antagonis sang Presdir!    129. TAMAT

    "Mas, si Dominic sialan itu melaporkan aku ke polisi. Kamu tolong bebaskan aku!" seloroh Bik Ayu sesaat setelah sambungan teleponnya terhubung."Memangnya apalagi yang kamu lakukan?" tanya Pak Hendra dari seberang telepon."Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya tidak ingin melihat anak sialan itu bersenang-senang. Kenapa dia boleh berbahagia, sementara anakku sendiri gila?!" bentak Bik Ayu tanpa memedulikan dimana dia berada. "Kalau kamu tidak melakukan apa-apa, kenapa kamu bisa berakhir di kantor polisi? Aku sudah muak dengan kalian semua. Kamu jangan ganggu aku lagi. Namaku sudah cukup tercoreng gara-gara kamu. Berhubungan denganmu adalah kesalahan terbesar yang pernah aku lakukan dalam hidup ini," geram Pak Hendra. Dia lalu menutup telepon tanpa ada niat untuk memperdulikan nasib yang akan menimpa Bik Ayu."Mas Hendra? Mas Hendra!" Bik Ayu berteriak sambil membanting telepon milik kantor polisi. "Ibu tolong tenang!" tegur salah seorang polisi yang bertugas menangani kasusnya."T

  • Istri Antagonis sang Presdir!    128.

    Melalui data diri yang dibubuhkan Bik Ayu dalam surat lamaran kerjanya, orang suruhan Dominic terus mencari keberadaan wanita itu. Tentu saja rumah kediaman keluarga Hadiwijaya juga tidak luput dari target pencarian. Pada akhirnya, tidak sulit bagi orang suruhan Dominic untuk menemukan wanita yang sudah membuatnya sangat marah itu. Bik Ayu memang ditemukan di rumah keluarga Hadiwijaya. Dan atas perintah Dominic, wanita itu digelandang dengan paksa menuju kantor polisi. "Lepaskan aku! Ini pemaksaan!" seru Bik Ayu. Dia memberontak dengan keras. Namun, tenaga setengah tuanya tentu saja kalah dengan tenaga para laki-laki suruhan Dominic itu."Lepaskan aku!" teriak Bik Ayu bahkan meski dirinya sudah berada di kantor polisi.Dominic yang sedang membuat laporan hanya menatap sekilas pada wanita yang terlihat menyebalkan itu. "Ini dia orang yang ingin saya laporkan. Dan saya tidak ingin adanya upaya damai. Tolong hukum dia sesuai dengan undang-undang yang berlaku," pungkas Dominic."Apa y

  • Istri Antagonis sang Presdir!    127.

    Aksi Dominic yang mengumpulkan para cleaning service di lobi kantor menarik rasa penasaran para karyawan lain mengenai apa yang tengah terjadi.Namun, Dominic tidak mau ambil pusing soal mereka untuk saat ini. Biarkan saja mereka mengatakan apapun yang mereka inginkan. "Berikan data cleaning service yang masih aktif bekerja di sini," tukas Dominic begitu staff HRD di perusahaannya tiba.Tanpa banyak bertanya, sang staff langsung memberikan apa yang diinginkan oleh Dominic. Dia pun langsung melakukan pemindaian cepat pada tumpukan dokumen yang dibawakan padanya. Sampai kemudian matanya menangkap sosok familiar yang membuatnya menggertakkan gigi dengan keras."Ayu Hapsari?!" gumam Dominic dengan marah.Dia pikir musuh bebuyutan istrinya ini sudah menyerah dan kapok mencari masalah dengan mereka. Tapi siapa yang menyangka kalau ternyata wanita ini sedang membuat rencana jahat di bawah hidungnya."Dimana wanita bernama Ayu Hapsari ini?" tanya Damian seraya menatap satu per satu wajah yan

  • Istri Antagonis sang Presdir!    126.

    "Dok, bagaimana kondisi istri dan calon anak saya?" "Dok, bagaimana kabar menantu dan cucu saya?""Dok, bagaimana kabar anak dan cucu saya?"Dominic, ibu Herlina dan ibu Evelyn berhamburan menghampiri dokter yang baru saja memberi penanganan pada Denita. Mereka bertiga langsung merongrong sang dokter dengan berbagai pertanyaan. Melihat wajah khawatir ketiga orang di depannya, sang dokter hanya tersenyum simpul. "Nona Denita baik-baik. Dia hanya terlalu shock dan butuh istirahat yang baik," jawab dokter."Serius, Dok?" tanya Dominic tidak benar-benar lega.Dengan sabar dokter itu mengangguk. "Iya," "Lalu cucu kami gimana, Dok?" tanya ibu Herlina."Bayi di dalam kandungan Nona Denita juga baik-baik saja. Untung langsung segera dibawa ke rumah sakit sehingga dapat dengan cepat ditangani. Jadi kondisinya tidak terlalu mengkhawatirkan," ucap Dokter menjelaskan."Syukurlah,""Terima kasih, Dok!""Iya, sama-sama,"Setelah kepergian dokter yang menangani Denita, baik ibu Herlina dan ibu Ev

  • Istri Antagonis sang Presdir!    125. Insiden di kantor (2)

    Dengan bibir cemberut, Denita keluar dari ruangan Dominic menuju meja kerjanya. Pakaian ganti yang agak sempit membuat setiap pergerakannya menjadi tidak nyaman. Dan karena suasana hati yang tidak terlalu baik, Denita tidak memperhatikan ada tetesan cairan berwarna biru di samping kaki mejanya. Tatkala kakinya menginjak cairan itu, tubuh Denita limbung ke belakang. Dia menjerit dengan panik dan berusaha mencari pegangan. Akan tetapi, tangannya hanya bisa menggapai udara yang kosong. "Arrrrrgggghhhhh!!!" BRUUUK, Suara tubuhnya yang menghantam lantai begitu keras hingga membuat Dominic yang ada di dalam ruang kerjanya terkejut setengah mati. "Denita!" serunya. Tanpa membuang-buang banyak waktu, dia langsung berlari menuju sumber suara. Sosok sang istri yang terbaring di atas lantai sambil memegangi perutnya membuat sepasang netra Dominic membulat lebar. "Denita!" serunya. "Sakiiiitttt," keluh Denita. Air mata menitik deras dari pelupuk matanya. Rasa panik akan bayi di

  • Istri Antagonis sang Presdir!    124. Insiden di Kantor

    Setelah masalah Niko selesai, Denita akhirnya bisa menjalani hidupnya dengan tenang. Dia juga bisa menikmati kehamilannya dalam damai tanpa adanya drama yang berliku-liku. Bahkan diusia kandungan yang sudah menginjak delapan bulan, dia masih semangat bekerja."Babe, kamu berhenti kerja aja ya. Perut kamu sudah mulai buncit. Pergerakan kamu juga sudah tidak luwes lagi. Sebaiknya istirahat di rumah," Ucapan Dominic ini langsung membuat bibir Denita maju beberapa senti. Dia tidak tahu apakah ini karena faktor kehamilan atau bukan. Akan tetapi, dia mulai menerjemahkan kata-kata orang dengan cara yang berbeda. Seperti sekarang ini, dia tiba-tiba merasa bahwa ucapan suaminya memiliki arti yang negatif. "Jadi kamu merasa terganggu karena perutku yang buncit?" tanya Denita dengan nada merajuk. Suaranya bahkan terdengar tercekat seperti sedang menahan tangis."Bukan begitu," tukas Dominic dengan segera. "Aku hanya takut kalau kamu akan kelelahan. Aku nggak mau kamu dan anak kita kenapa-kenap

  • Istri Antagonis sang Presdir!    123. Mencari Jalan Keluar (2)

    "Jangan terlalu cepat mengambil keputusan," tegur ibu Herlina. Hatinya belum terketuk untuk membiarkan putra sulungnya yang belum menikah mengadopsi anak orang lain. Apalagi anak itu adalah anak sekaligus cucu dari orang yang paling dia benci sekarang. Kalau boleh dikatakan secara kasar, lebih baik mengadopsi anak dari panti asuhan daripada harus mengadopsi Niko. "Bu~" panggil Arkan. "Bukannya Niko masih punya kakek dan nenek kandung? Kenapa perawatan atas Niko harus menjadi tanggung jawab kamu?" seloroh ibu Herlina. "Kemana nih, selingkuhan kamu?" lanjut ibu Herlina bertanya pada mantan suaminya. "Aku tidak melihatnya Nyonya barumu dari tadi,"" ... "Wajah pak Hendra yang disindir seperti ini seketika berubah menjadi keruh. "Jangan bilang habis manis sepah dibuang?" tebak ibu Herlina dengan asal-asalan. Namun, wajah keruh yang ditunjukkan oleh mantan suaminya itu membuat ibu Herlina diyakinkan oleh tebakannya sendiri. Tawa nyaring pun terlempar keluar dari bibirnya yang dihia

  • Istri Antagonis sang Presdir!    122. Mencari Jalan Keluar

    Keesokan hari Denita menghubungi semua orang yang terkait dengan kehidupan Niko. Dia meminta untuk bertemu dengan mereka. Kemudian pada ibu Herlina, Denita menceritakan masalah mengenai anak dari Salsa dan Dimas itu. "Bagaimana keadaan Niko sekarang?" tanya Ibu Herlina. Suaranya terdengar serak seperti sedang menahan tangis. "Aku juga belum tahu, Ma!" jawab Denita. "Makanya aku minta kita semua berkumpul untuk membahas mengenai masalah ini," lanjutnya. "Oke, dimana?" tanya ibu Herlina. "Aku sudah membicarakan ini sama Arkan. Dia minta untuk kita berkumpul di kediaman Hadiwijaya," jawabku. " ... "Keheningan terjadi di seberang sana. Denita sendiri bisa memperkirakan apa yang kiranya sedang dirasakan oleh wanita paruh baya yang telah melahirkannya itu, ketika dia menyebutkan kediaman Hadiwijaya. "Mama baik-baik aja?" tanya Denita memastikan. "Kalau Mama nggak setuju, nanti kita bahas lagi enaknya bertemu dimana," lanjutnya kemudian. "Mama baik-baik aja kok. Ayo segera kita bahas

  • Istri Antagonis sang Presdir!    121. Telepon Tengah Malam

    Denita yang terlanjur berpikir bahwa hidupnya akan menjadi damai setelah Salsa dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa ternyata salah besar. Di tengah malam, ketika dia sedang tertidur nyenyak bersama Dominic, ponsel yang dia letakkan di atas nakas samping tempat tidur berdering nyaring. "Hermm," Denita menggeram pelan dengan alis yang berkerut di dalam tidurnya. Dengan mata setengah terpejam, Denita meraba nakas yang ada di samping tempat tidurnya untuk mencari benda pipih yang mengeluarkan suara ribut-ribut itu. Tanpa melihat nama orang tidak sopan yang menghubunginya tengah malam begini, Denita menjawab panggilan telepon itu dengan sedikit kesal. "Halo!" jawab Denita dengan nada ketus. "Nit, ini Angga," sapa orang dari seberang. Dengan kening yang berkerut semakin dalam, Denita terdiam sementara untuk mencerna suara orang di seberang. Dia yakin bahwa dia sedang tidak bermimpi, tapi kenapa Angga meneleponnya? " ... "Denita terdiam tidak menanggapi untuk waktu yang lama. Baginya

DMCA.com Protection Status