Home / Romansa / Istri Abangku / 16. Tugas Mengintai

Share

16. Tugas Mengintai

Author: Diganti Mawaddah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

****

"Jadi, tugas kita apa nih, Bang?" tanya Kamal saat keduanya sudah duduk di warung kopi.

"Kok tugas sih? Kita bukan disuruh sekolah, Mal, tapi kerjaan! Lu tahu kerjaan gak? Ck, payah nih! Lu sekolah apa kaga sih?" omel Imron dengan wajah kesal. Dilemparkannya puntung rokok yang sedikit lagi habis, ke atas tanah, lalu ia injak kuat.

"Ha ha ha ... Ya salam, salah mulu gue ngomong sama dia." Kamal tergelak hingga menggelengkan kepala.

"Iya, Abang ganteng. Maksud saya, kerjaan kita apaan? Kalau gak membahayakan saya mau, Bang," ujar Kamal serius. Lumayan bayaran dua puluh juta untuk kehilangan satu kaki. Ia bisa buka warung sarapan di rumahnya nanti. Asal tu kaki sebelah yang diputusin gak menuntut balas. Kamal bermonolog.

"Kita cuma ikuti aktifitas itu orang. Nah, kalau ada kesempatan, baru kita hajar. Lu duluan maju. Nah, begitu lu kalah, gue masuk. Pan dia udah keburu capek tuh, baru sekali tebas. Hilang deh kakinya sebelah. Ingat, kaki ya! Awas kalau cuma kena jempol kakinya doang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Abangku   17. Salah Alamat

    "Sstt ....!" Imron kembali menutup mulut rombeng Kamal yang selalu saja tertawa jika berbicara dengannya. "Dengerin dulu," ujarnya lagi dengan bahasa isarat bibir."Apaan? Gak dengar," balas Kamal tak paham sembari menggengelengkan kepala."Lu, ikutin gue! Oke!" kali ini Imron sembari mengepalkan tangannya di depan wajah Kamal.Suara desahan kembali bersahut-sahutan. Jika Imron mulai dag-dig-dug karena anu. Berbeda dengan Kamal yang hanya bisa tersenyum miris. Tega sekali kakak lelakinya semena-mena memperlakukan wanita yang menjadi istrinya. Ditambah lagi, suara desahan berganti tangisan perempuan."Ya Allah, kita harus tolongin Bang. Itu bininya pasti disiksa," bisik Kamal yang hendak bangun dari posisi jongkoknya. Untunglah dengan sigap, Imron menahan tangan Kamal agar kembali berjongkok."Bukan disiksa Kamal!" Imron mati-matian menahan tawanya. Jika tidak sedang mengintai target dua puluh juta, tentulah ia saat ini akan terbahak dengan sangat keras."Disiksa itu, Bang. Ceweknya n

  • Istri Abangku   18. Video Mesum

    "Tidak becus! Video mesum wanita siluman kamu kasih lihat pada saya. Ck, mengesalkan saja! Sini, kembalikan uang lima juta yang sudah saya berikan pada kamu!" teriak Edwin;lelaki yang membayar Imron untuk mencelakai seseorang yang ternyata rumahnya bersebelahan dengan orang yang ada dalam video."Ini, Tuan." Setelah mengambil uang dari tangan Kamal, Imron pun memberikan semua kembali pada Edwin. Tak berkurang, kalau lebih tak mungkin."Ini, seratus ribu buat ganti bensin. Lekas pergi dari rumah saya!" usir lelaki itu pada Kamal dan juga Imron. Keduanya pulang dengan kaki lemas dan juga tak bersemangat. Kandas sudah cita-cita menjadi agen FBI. Mungkin mereka memang lebih cocok jadi agen sabun daripada agen FBI. Padahal semangat menjalani misi baru, begitu berapi-api. Namun apalah daya, mereka salah orang."Jadi salah rumah ya, Bang?" tanya Kamal yang sedang berusaha menahan tawanya."Iya, Mal. Duh, mata gue salah lihat nomor rumah. Padahal gue duitnya lagi perlu, buat operasi ponakan g

  • Istri Abangku   19. Siluman Telur

    "Ck, anak kecil! Pergi sana! Jangan ikut campur urusan gue!" Alex bangun dari duduknya, lalu menatap tajam Kamal yang tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba datang ingin memperlihatkan video mesum katanya. Ali menoleh pada Kamal, ia tak mengenali Kamal. Kenapa seolah-olah anak muda di depannya ini sedang berpihak padanya?"Gue gak mau pergi, sebelum lo talak Ica dengan ucapan," ujar Kamal dengan sinis. Tangannya masih saja memegang ponsel milik Imron yang berisikan video mesum Alex dan juga istri mudanya."Apa-apaan lu! Mau lu apa sih?" Alex maju beberapa langkah, dengan maksud menggertak Kamal, tetapi sayang sekali, Kamal berdiri tegak tak gentar."Gue mau, setelah apa yang lo lakuin sama Ica, lu lepasin dia. Kalau tidak, maka siluman telur yang menyamar jadi wanita sok kecantikan ini, akan menjadi santapan para ilmuwan," ancam Kamal dengan suara tegas. Alex tak paham, begitupun Ali, apalagi Susan. Ketiganya saling pandang dengan ekor mata penuh selidik."Siluman telur apa sih? Kok

  • Istri Abangku   20. Operasi Kutil

    Selamat Membaca."Ha ha ha ... gila aja adek gue yang mulus bisa kalah sama siluman telur," tukas Ali sambil tergelak."Kalian berdua yang gila! Siluman telur, siluman telur! Itu bukan telur bang*at! Itu KUTIL GUE!!" teriak Susan dengan begitu marahnya. Wajahny merah dengan tangan mengepal erat, bersiap meninju lelaki muda di depannya."Kutil apa sih?" tanya Kamal lagi dengan polosnya. Tentulah Ali dan Alex terpaksa membuang pandangan agar tawa mereka tak pecah saat melihat wajah polos Kamal yang tak paham apa itu kutil."Dah, sana lu pergi dari rumah gue!" usir Susan sembari mendorong gemas Kamal keluar dari rumahnya. Namun sayang, Kamal bergeming. Ia bertahan, bahkan tak bergerak sama sekali saat siluman yang sebenarnya cantik ini mendorongnya kuat."Sudah, Sayang!" Alex menahan tangan istrinya."Dih, marah! Orang cuma tanya kutil itu apa? Makanan atau penyakit?""Pergi sana, lu!" teriak Susan lagi sudah tak tahan."Gak mau! Ini rumah abang saya. Mbak di sini siapa? Istri? Gak kuat

  • Istri Abangku   21. Kawal Sampai Janda

    "Ma, Parni pergi jemput kembar dulu ya. Titip Sena sebentar," ujar Parni yang sudah memegang kunci mobil bersiap menjemput dua anak lelaki kembarnya berlatih futsal."Iya. Sudah berangkat sana," jawab Bu Miranti yang kebetulan tengah menemani Sena makan pisang ruang TV."Ica mana, Ma?" tanya Parni lagi sembari melirik pintu kamar adiknya yang tak kunjung terbuka."Ada, tapi ya gitu. Masih aja bengong. Semalam tidak begadang. Bisa lelap tidurnya," jawab Bu Miranti dengam senyuman tipis di bibirnya."Sukurlah, Ma. Semoga nanti sore kita dapat kabar baik dari Mas Ali," balas Parni yang kini sudah mencium pipi kanan dan kiri ibu mertuanya.Wanita itu keluar rumah, lalu dengan terampil mengendarai mobil miliknya. Parni yang tadinya kampungan, berubah bak wanita mandiri yang berkelas dan berpendidikan sejak tinggal di Jerman. Padahal menikah di awal karena keterpaksaan adanya si kembar yang hadir karena ulah anaknya(Pemerkosaan yang dilakukan Ali pada Parni. Bisa baca judul Gagal Menikah ya

  • Istri Abangku   22. Kawin Mah, Udah Pasti!

    "Oh, jadi Bang Kamal suka sama janda," komentar Ali yang masih belum sadar arah sindiran cerdas seorang Kamal."Belum, Bang. Ceweknya belum janda, baru mau. Makanya saya harus kawal, biar jadi janda beneran," sahut Kamal lagi dengan penuh rasa percaya diri."Oh, gitu ya. Anak mana, Bang? Cantik gak?""Soal cantik itu relatif. Sama seperti ketampanan saya. He he he ...." Kamal dan Ali tergelak. Dalam hati Kamal, orang dari luar negeri, masa gak ngerti arah pembicaraannya? Apa jangan-jangan bukan dari luar negeri nih, tapi dari luar rahim. Sedangkan Ali berkata dalam hati, tega sekali seorang lelaki menanti perceraian wanita dan suaminya. Pasti untuk urusan yang satu ini Kamal berada dalam keadaan tidak baik. Batin Ali."Anak Jakarta, Bang, tapi lagi keluar negeri. Lagi kurang sehat. Mudah-mudahan dia lekas sembuh deh, dan bisa balik lagi ke Jakarta," terang Kamal lagi dengan wajah tersapu-sapu ijuk."Lah, mirip adik gue dong," kata Ali lagi dalam hati."Jadi, kalau tuh cewek balik ke J

  • Istri Abangku   23. Bengek

    Setelah semua urusan administrasi perceraian selesai. Kini Alex, Kamal, dan juga Ali tengah berada di bawah pohon mangga yang masih berada di area pengadilan agama. Ini adalah ide dari Kamal yang mewajibkan Alex untuk meminta maaf pada Ica lewat video yang direkam."Banyak nyamuk di sini, Mal. Kenapa gak di warung makan aja sih, bikin videonya?" protes Alex yang merasa tak nyaman. Apalagi lalu-lalang orang kini memperhatikan gelagat aneh mereka bertiga. Alex merasa sedikit ngeri, karena situasi seperti ini lebih mirip dengan akan digantungnya ia dipohon mangga."Ck, cerewet! Udah, Mas tenang aja. Gak usah takut kayak mau digantung gitu. Cukuplah dengan adanya siluman telur kutil, jangan sampai ada setan mangga di dunia ini," tukas Kamal yang sudah menyiapkan plastik hitam di saku celananya."Bang Ali rekam ya. Saya biar dandanin dulu penjahat rumah tangga seperti dia!" tukas Kamal tegas. Diberikannya ponsel pada Ali, lalu berjalan mendekat pada Alex."Pake nih, Mas!" Kamal mengulurkan

  • Istri Abangku   24. Annisa

    "Mm ... Siapa namanya, Bang?" otak Kamal tiba-tiba tak berfungsi."Annisa. Kamu kan sudah tahu," jawab Ali yang ternyata ikut kebingungan."Annisa ... Mirip sama nama istri Mas Alex ya," timpal Kamal lagi masih dengan suara datar."Ya Allah, sakit jiwa gue balik dari sini!" umpat Ali dalam hati."Iya, Kamal. Adik saya itu istrinya Alex. Namanya Annisa. Panggilannya Ica. Dia kakak ipar kamu yang baru aja kamu bantuin segala urusannya," papar Ali dengan suara menahan gemas. Ingin sekali rasanya memukul kepala Kamal menggunakan kepiting besar di depannya ini."Ya udah. Kapan bisa saya halalkan, Bang? He he he ...." Kamal menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Wajahnya sudah tersipu malu, saat di depannya, Ali juga tengah tergelak."Kamu udah kerja?" tanya Ali."Udah, Bang," jawab Kamal singkat."Kerja apa?" tanya Ali lagi."Membantu ibu.""Iyalah, anak bayi juga tahu, kalau kita sebagai anak harus bantu pekerjaan orang tua. Maksud saya ... Astaghfirulloh ... Maksud saya, pekerjaan kamu ya

Latest chapter

  • Istri Abangku   42. Pertemuan

    "Ica, kamu mau ke mana, Sayang?" tanya Bu Miranti saat anak perempuannya yang sudah berada di meja makan, pukul setengah tujuh pagi, dan masih memakai kaus santai. Bu Miranti semakin keheranan, saat mendapati koper berukuran sedang, tergeletak manis di samping anaknya. "Ca, Mama tanya, mau ke mana? Mau keluar kota? Ke mana?" cecar Bu Miranti tak sabar. Wanita paruh baya itu menarik kursi makan, persis di samping Ica."Annisa!" "Eh, iya Mama Sayang. Ica mau ke Amerika," jawabnya santai sambil terus mengunyah mi goreng buatan bibik. Mata Bu Miranti membulat sempurna."Amerika? Mau ngapain? Kerja? Kok dadakan?" cecar Bu Miranti dengan sangat kaget. Amerika? Dia saja belum pernah ke sana. "Mau cari jodoh, Ma. Boleh'kan?" senyum Ica melebar. Bu Miranti tak mampu menjawab jika itu alasannya, karena dia sendiri memang menginginkan anak perempuannya segera menikah."Memangnya Made in Indonesia sudah tidak ada?" Ica tergelak mendengar pertanyaan dari mamanya. Wanita itu menggeleng kuat, lal

  • Istri Abangku   41. Los Angeles

    Selamat membaca.Kamal tidak tahu harus bicara apa pada Ali;kakak dari Ica. Lelaki itu terus saja bercerita tentang kisah adiknya, yang selama beberapa tahun ini gonta-ganti dijodohkan dengan lelaki pilihan mama dan papanya, tetapi tak kunjung ada yang cocok.Berkali-kali wanita itu mencoba, tetapi tak juga menemuka pria yang bisa membuatnya berdebar sekaligus tertawa. Rata-rata, lelaki yang dijodohkan dengannya karena memandang status kedokteran yang dimiliki sang papa dan juga gelar hukum yang dimiliki Ica. Tak pernah ada lelaki yang benar-benar menerima Ica apa adanya, sejak ia menyandang status janda.Ada yang orang tuanya tidak setuju. Ada yang lelakinya yang gak asik. Ada juga lelaki yang matre, dan masih banyak tipe lelaki lainnya yang tak berhasil mendekati Ica. Betapa pun orang tua mengusahakannya, tetapi tetap saja Ica menjomblo di usia 26 enam menjelang dua puluh tujuh tahun.Kamal merasa sedih mendengar nasib yang dialami oleh Ica. Bagaimanapun sebenarnya wanita itu adalah

  • Istri Abangku   40. Masa Depan

    4 Tahun Kemudian.Los Angeles adalah kota terpadat di negara bagian California, dan kota kedua terpadat di Amerika Serikat setelah New York City, dan terletak di Calofornia selatan. Kota ini merupakan titik utama wilayah statistik metropolitan Los Angeles-Long Beach-Santa Ana, dan wilayah Los Angeles raya.Dijuluki City of Angels, Los Angeles adalah pusat dunia bisnis, perdagangan internasional, hiburan, budaya, media, mode, ilmu pengetahuan, olah raga, teknonologi dan pendidikan terdepan.Silicon Valley merupakan kawasan yang dipenuhi kantor perusahaan yang bergerak di bidang internet, digital, dan sejenisnya. Artherton terbilang sangat dekat dari kantor pusat Facebook.Jangan heran kalau kawasan Artherton menjadi wilayah favorit para petinggi Apple, Yahoo, Google, Hewlett-Packard, dan lainnya. Mereka tak perlu berkendara jauh untuk mencapai kantor. Untuk itulah Artherton menjadi kawasan dengan kode pos termahal di Amerika Serikat.Satu hal yang paling mengejutkan seorang Kamal di aw

  • Istri Abangku   39. Hari yang Dinantikan

    Kamal, Bu Rani, dan Om Herman sudah berada di dalam mal. Mereka tengah memilih cincin cantik untuk diberikan pada Ica sore ini. Banyak pilihan cantik-cantik hingga membingungkan Kamal dan ibunya. Om Herman sampai menggeleng-gelengkan kepala memperhatikan Kamal dan ibunya yang kebingungan memilih aneka cincin."Semua bagus, Yang," puji Bu Rani menatap takjub etalase berisi emas."Pilih cincin juga buat Ibu," ucap Om Herman lagi sambil merangkul pundak calon istrinya. Kamal hanya bisa memutar bola mata malasnya melihat kedekatan sang ibu dengan lelaki tua yang bernama Herman. Canda-tawa dari sepasang calon pengantin uzur membuat dirinya jengah. Kamal memilih menjauh, sambil melihat-lihat etalase yang lain."Om, kalau melamar itu harus bawa cincin emangnya?" tanya Kamal pada Om Herman. Semua yang ada di sana termasuk tiga orang pelayan toko ikut menertawakan pertanyaan Kamal."Iya, Mal. Namanya juga melamar wanita, ya kudu bawa cincin. Masa bawa kentut doang," sahut Om Herman sambil terg

  • Istri Abangku   38. Rencana Melamar

    Kamal sadar dari pingsan, setelah dioleskan minyak kayu putih di hidungnya oleh Bu Rani. Beberapa kali mengerjapkan mata, mencoba untuk memulihkan kesadaran sepenuhnya. Samar Kamal melihat wajah khawatir sang ibu dan seorang pria yang baru saja mengatakan hal yang paling mengerikan dalam hidupnya. Dia saja belum ada yang mau. Padahal gagah, tampan, soleh, dan baik. Namun, kenapa yang lebih dahulu laris adalah para lelaki dan wanita berbau tanah?Sekali lagi Kamal menoleh pada ibu dan adik almarhum ayahnya. Lalu dengan sedikit merasakan nyeri di kepalanya, Kamal mencoba duduk. "Bu, anaknya pingsan jangan cuma dilihatin aja. Bagi minum, Bu," rengek Kamal dengan leher yang terasa begitu kering."Eh, iya. Gue ampe lupa, Mal. Habisnya, itu gue daritadi merhatiin hidung lu, agak kotor, Mal. Dibersihinlah!" ujar Bu Rani sambil berjalan menuju dapur. Kamal hanya bisa menyeringai sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sesaat kemudian, ia menoleh pada lelaki yang bernama Herman. Lalu deng

  • Istri Abangku   37. Siapa Herman?

    Kamal mengendarai motornya pelan masuk ke gang demi gang untuk menjajakan produk panci milik CV tempat ia bekerja saat ini. Penat, lelah, dan pegal pipi karena terus saja berbicara saat melakukan promosi sama sekali tidak membuatnya patah semangat atau mengeluh.Ditolak, sering. Diabaikan apalagi. Namun ia tetap berusaha. Tak pantas rasanya mengeluh, saat kita masih melihat ada orang yang berada di pinggir jalan dalam keadaan fisik tidak sempurna, sedangkan kita masih kuat dengan keadaan tubuh sempurna untuk mencari rejeki.Berangkat pagi pulang petang demi mendapatkan upah lima puluh ribu per hari dari kantor. Jika panci ada yang laku terjual, maka ia akan mendapatkan bonus seratus ribu per panci yang laku. Untuk gaji bulanan masih sangat kecil. Hanya satu juta saja, maka dari itu ia harus berusaha agar panci yang ia jajakan ada yang membeli.Seperti siang ini. Belum ada sama sekali kumpulan ibu-ibu yang membeli pancinya. Setiap sudut gang tikus dan masuk ke jalan buntu sudah ia lak

  • Istri Abangku   36. Pekerjaan Baru

    Sungguh sial, Kamal tak bisa membuka ikatan simpul mati di kedua pahanya. Dengan susah payah dan penuh penderitaan, Kamal menggotong ibunya bak karung beras sambil melompat.BughBughBughSuara hentakan kaki Kamal yang menjejak tanah berumput di samping tembok rumah Alex, disertai bunyi benturan wajah Bu Rani pada punggung Kamal terdengar sangat nyaring. Lelaki itu semakin ketakutan, saat pintu rumah Alex yang sepertinya akan segera terbuka.Secepat kilat Kamal menaruh begitu saja ibunya yang pingsan menyamping, seperti posisi karung beras. Untunglah motor yang dipinjam Kamal adalah motor matic, sehingga ia tak perlu mengangkang untuk naik ke atas motor."Wey! Siapa itu?!"BreemBreemKamal menekan gas dengan kecepatan penuh. Sungguh ia merasa berdosa dengan tubuh sang ibu yang terombang-ambing di jok belakang. Hampir saja ia ketahuan oleh Alex jika tidak segera pergi dari sana.Setelah merasa cukup jauh dari rumah kakaknya, Kamal memutuskan untuk berhenti di sebuah masjid di dalam k

  • Istri Abangku   35. Menakuti Susan dan Alex

    "Gimana sih kamu punya darah, Sayang? Bulan lalu darah rendah, bulan ini darah tinggi, bulan kemarin lagi, kurang darah. Gimana mau operasi kalau darah kamu galau gitu?" Alex masih duduk di kursi tunggu apotek rumah sakit. Di sampingnya ada Susan yang berwajah masam karena gagal lagi untuk operasi. Ia pun sebenarnya ingin sekali kutil tyrex ini segera dioperasi, namun apalah daya. Kondisi kesehatannya tidak memungkinkan untuk melakukan operasi, walau hanya operasi kecil."Aku juga gak mau begini, Mas," sahutnya sambil menunduk. "Seandainya bisa aku sendiri yang cabut, pasti akan aku cabut, Mas," lanjut Susan lagi dengan suara bergetar menahan tangis."Sayang, itu kutil, bukan rumput. Gimana nyabutnya? Udah deh, nanti jadi penyakit yang lain!" Alex menyandarkan punggungnya di sandaran kursi sambil melipat tangan di dada, sedangkan Susan masih saja cemberut.Tak lama kemudian, nomor antrean resep milik Susan muncul di layar khusus farmasi, Alex bangun dari duduknya, lalu berjalan untuk

  • Istri Abangku   34. Rencana Bu Rani

    Puluhan orang, bahkan ratusan orang berbaris rapi di sepanjang Gang Mawar, mereka diminta oleh Pak RT untuk mengambil uang takziah yang sudah terlanjur mereka berikan pada Bu Rani. Satu per satu berbaris antre mengambil uangnya kembali, dengan sarat jujur. Berapa yang mereka letakkan di baskom, itulah yang mereka minta kembali pada Bu Rani.Wajah wanita paruh baya itu masam, karena total uang takziah yang dikembalikan, lebih dari yang ia terima. Bahkan ia terpaksa mengambil beberapa lembar lagi uang merah dari amplop pemberian Alex, untuk dikembalikan pada warga. Kamal yang bertanggung jawab atas ini semua, memiliki tugas untuk menukar uang merah sebanyak lima ratus ribu, menjadi uang pecahan sepuluh ribu dan lima ribu.Jika sudah seperti ini, siapa yang mau disalahkan? Kamal yang terlalu cerdas, atau ibunya yang belum cerdas? Tenda yang telah dipasangkan pun kini sudah dibuka kembali, beberapa petugas malah meminta upah lelah karena telah memasang serta membongkar tenda dengan percum

DMCA.com Protection Status