"Tapi, aku bukan Pela__"
"Lebih baik kita bicara di ruang kerjaku!" ajak Kenzo pada Gabriella memotong ucapan Kaylee."Baiklah, sayang! Yuk!" Dengan suara manja, wanita itu tersenyum."Heh, kamu! Jangan lupa bawa koperku ke kamar tamu!" perintahnya seolah dia adalah Nyonya di rumah itu."Sialan! Apa-apaan ini. Kenapa Tuan lemari es itu diam saja. Siapa wanita itu?" geram Kaylee menghentakkan kakinya emosi.Dua orang yang membuatnya muak itu kini sudah masuk ke dalam ruangan kerja. Dengan kasar Kaylee menarik koper milik Gabriella dan menyeretnya ke kamar tamu. Bibirnya terus saja bersungut-sungut menahan segala emosi."Beraninya dia membawa wanita lain ke rumah ini! Dasar pria egois!"Kaylee tak berhenti mengumpat kesal melihat tingkah Kenzo yang diam saja dan tak membelanya. Ia semakin yakin jika pria itu tak tertarik sekditpun padanya dan hanya menganggapnya istri di atas kertas."Rasanya sudah tidak sabar TuhKaylee yang hendak keluar setelah menangis itu pun mengurungkan niatnya saat melihat Kenzo dan Gabriella baru keluar dari rumah kerja.Ia mengintip di balik pintu kamar, masih dengan perasaan kesal yang menyelimuti dirinya."Istirahatlah, kamu pasti lelah!" titah Kenzo pada wanita yang ada disampingnya."Baiklah, aku mau ke kamar. Ngomong-ngomong dimana pelayan tadi. Suruh dia mengantarku!" tanya Gabriella mengedarkan pandangannya."Dia bukan pelayan!" sahut Kenzo.Kaylee yang ada dibalik pintu itu pun terkejut dengan jawaban suaminya. Sementara Gabriella mulai melipat baginya karena heran."Bukan pelayan? Lalu?" tanyanya."Dia istriku!" jawab Kenzo.Dan Kaylee yang ada di dalam kamar bersorak girang hingga melompat-lompat stelah mendengar pengakuan Kenzo."Istri, istri kontrak itu!"Sontak saja Kaylee menghentikan aksinya ketika Gabriella mengatakan itu. Ia kembali mengintip di balik pintu."Ya, istri kontrak. Sebentar lagi kontrak itu berakhir!" ucap Kenzo."Bagus lah, sebaiknya sege
Kaylee baru saja menyelesaikan sarapannya. Malam tadi, dirinya tidur sendirian dan tak tahu Kenzo tidur di mana. Kedatangan Gabriella membuatnya benar-benar tidak nyaman."Enak ya, jadi istri kontrak! Cuma menemani di atas ranjang saja. Bisa-bisanya Kenzo memilih wanita sepertimu untuk menjadi istrinya!"Kaylee yang hendak beranjak langsung mengurungkan niatnya ketika Gabriella berkata seperti itu. Tentu saja ia sangat tersinggung dengan ucapannya, yang pasti ditujukan hanya untuknya."Masalahmu apa? Apa kamu punya masalah denganku? Bahkan kita tidak saling mengenal," jawab Kaylee menatap Gabriella dengan santai."Aku memang tidak punya masalah denganmu, tapi aku tidak suka saja padamu. Kamu sangat tidak pantas untu Kenzo yang tampan dan kaya. Well, ya sudahlah, sebentar lagi juga kamu akan dibuang olehnya!"Gabriella mengupas buah jeruk dengan senyum sinis karena berhasil membuat wajah Kaylee memerah. Sekuat tenaga Kaylee menahan emosin
"Lepaskan kami! Apa-apaan ini, kalian siapa?"Yola dan Bryan berteriak histeris ketika dipaksa masuk ke dalam gudang kosong yang berada di pinggir laut. Beberapa orang berpakaian hitam itu tak menjawab pertanyaan mereka, membuat keduanya bertambah kesal."Jawab brengsek! Siapa kalian, hah? Lepaskan kami, atau kami laporkan ke ....""Richardo!"Keduanya terpaku di tempat ketika sudah masuk ke dalam gudang. Richardo, sang anak tengah terikat di sebuah kursi dengan keadaan yang menyedihkan. Pakaiannya berlumuran darah, disebelah tangannya ada luka memanjang. Dia tidak sadarkan diri."Richardo, anakku!""Siapa kalian? Apa yang kalian lakukan padanya?" jerit Yola tak tertahankan melihat anaknya yang tak berdaya.Dua polisi yang menjaga Richardo segera membantu empat anak buah Kenzo untuk mengikat tubuh wanita dan pria tua yang sedari tadi tidak berhenti berteriak tersebut."Richardo, Richardo! Apa yang terjadi padamu, Nak! Ini Mama!" jeritnya menoleh ke samping namun, pria itu tetap tak ber
"Kami mohon jangan lakukan ini, Kenzo, kami mohon!"Yola dan Bryan terus mengiba meminta ampun. Sedangkan Richardo sudah mulai sadar dan terkejut melihat kedua orangnya juga menjadi sandera seperti dirinya."Kenzo, apa yang kamu lakukan pada mereka?" tanyanya dengan napas tertahan karena luka di lengannya masih terasa sakit."Apa yang aku lakukan, tak seberapa dengan apa yang kalian lakukan pada kedua orang tua ku."Bryan mulai tersulut emosi karena Kenzo tak kunjung melepaskan dirinya. Ia pun tiba-tiba tertawa hingga Kenzo menolehkan wajahnya dengan dahi berkerut."Itu memang pantas di dapatkan oleh kedua orang tuamu. Mereka sudah cukup hidup bahagia, sedangkan kami, kami harus selalu hidup susah. Dia kaya, sedangkan kami, kami kekurangan. Dan aku sengaja melakukan itu karena aku membenci mereka. Saat mereka mati, aku adalah orang yang sangat bahagia. Andai kamu ikut mati, pasti semua harta itu jatuh ke tangan kami?"Bryan terus tertawa seolah perkataannya itu adalah sebuah lelucon. S
Mobil itu meluncur masuk ke halaman rumah dengan kemewahan yang tak terbantahkan. Kenzo melangkahkan kakinya keluar dengan langkah panjangnya.Ketika pintu rumah terbuka, senyuman Kaylee adalah pemandangan pertama yang dia lihat. Wajahnya yang cantik tercermin dalam cahaya senja, membuat Kenzo sejenak terdiam.Senyum merekah di bibirnya saat Kenzo mendekatinya. "Kamu sudah pulang, sayang?" tanyanya dengan lembut, sambil memeluknya erat.Lagi-lagi Kenzo hanya mampu tertegun di tempat. Ada apa dengan istri kontraknya? Tidak biasanya ia bersikap seperti ini? Tetapi, Kenzo menyukai momen itu. "Ya, aku baru saja pulang!" jawab Kenzo salah tingkah karena mata indah dengan bibir merah muda itu berada di hadapannya dengan jarak yang sangat dekat.Untuk sesaat mereka berdua saling bertatapan, membiarkan suasana mengalir dalam keheningan senja yang indah. "Lebih baik kita masuk! Udara diluar sangat dingin!"Kaylee meraih tas kerja milik Kenzo dan menarik lengannya untuk masuk ke dalam rumah. K
"Boleh aku bertanya, Tuan?" ucap Kaylee yang berada di samping Kenzo. Mereka masih berada di bawah selimut setelah selesai melakukan hubungan suami-istri."Tanya apa?" Kenzo menolehkan wajahnya dan tersenyum sangat manis. Senyumnya mampu membuat getaran di hati Kaylee. Untuk pertama kalinya, wanita itu sangat merasa bahagia berada di sisi suaminya."Apa yang Tuan katakan tadi serius? Kalau tidak ada lagi pernikahan kontrak! Lalu bagaimana dengan kita!""Kapan aku tidak pernah serius dengan ucapanku?"Kenzo mengatur posisi. Ia membalikan tubuhnya hingga berhadapan dengan Kaylee yang masih berada disampingnya."Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku! Mari kita akhiri pernikahan kontrak ini. Kita sudah sah di mata hukum dan agama. Jadi lupakan saja kesepakatan itu!" jawab Kenzo begitu tenang mampu membuat Kaylee meneteskan airmata matanya."Apa itu artinya, Tuan....."Kaylee tak melanjutkan perkataannya. Ia terlalu takut mendengar jawaban dari pria itu. Takut jika jawabannya tak sesuai deng
"Kenzo!"Gabriella mendekat ketika melihat Kenzo yang baru saja keluar dari kamarnya. Wanita itu langsung bergelayut manja di lengan Kenzo membuat Kenzo tidak nyaman dan langsung melepaskan pegangan tangannya.."Ayolah, kamu kan, sudah janji mau menemaniku hari ini!" bujuk Gabriella merajuk."Ini kan, sudan malam. Kenapa tidak besok saja. Bukankah sudah kubilang tadi, aku tidak bisa!" jawab Kenzo dengan tegas.Gabriella mengerucutkan bibirnya kesal mendengar Kenzo yang kembali menolaknya.Padahal sebelumnya, Kenzo terlihat bisa saja dan tak banyak menolak."Ada apa denganmu? Kenapa kamu berbeda?" tanya Gabriella."Jadi benar, wanita itu sudah mencuci otakmu, sampai kamu tidak mau menerima permintaan ku! Bahkan hanya untuk sekedar menemaniku saja kamu menolaknya.""Cukup, Gabriella! Tidak ada yang mencuci otak siapapun. Tolong hargailah, dia istriku ...."Gabriella terpaku, matanya membelalak dalam kekecewaan mendalam. Ketika akhirnya pemahamannya menemukan pijakan, gelombang sesak teru
Di dalam kamarnya yang sunyi, Kaylee duduk sendirian di tepi tempat tidur dengan ponsel yang berada di pangkuannya. Layar ponsel yang gelap menampakkan tidak ada kehidupan, tidak ada pesan atau panggilan masuk dari Kenzo. Sementara waktu terus berlalu, hari semakin larut malam dan angin mulai menusuk tulang. Kaylee merasakan dinginnya salju yang menyusup masuk ke dalam ruangan, membuatnya menggigil meskipun sudah memakai beberapa lapisan pakaian tebal. Rasa dingin di dalam hatinya semakin memperkuat kesendirian yang ia rasakan di malam itu."Kenapa tak ada kabar? Apa yang sebenarnya terjadi? Semoga semuanya baik-baik saja!"Rasa cemas mulai merayapi pikirannya, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di rumah sakit? Kaylee bingung dan tak tahu harus melakukan apa? Hendak menyusul ke Rumah sakit, tapi dia tak tahu dimana alamatnya. Beberapa kali menghubungi Kenzo, tapi tak kunjung ada jawaban."Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? Harusk
Kaylee merasa semakin terpuruk. Dia memilih Axel daripada Kenzo, suaminya yang ia cintai. Setelah seminggu tinggal di rumah Axel, mereka bahkan tak lagi berkomunikasi semenjak kejadian malam itu.Ia merasa terlalu lemah untuk keluar dari kamar. Dia duduk di tepi tempat tidur, menangis sendirian, terjebak dalam rasa sesal dan kebingungan. Tetapi kecemburuan itu membuatnya tidak memilih Kenzo.Tiba-tiba, pintu terbuka dan Axel masuk membawa nampan berisi makanan dan minuman."Kapan kamu akan berhenti menangis seperti ini? Apa kamu menyesal telah memilihku?" ucap Axel dengan nada sinis.Kaylee terkejut melihat perubahan sikap Axel. Dia merasa tak mengerti apa kesalahannya, tapi akhir-akhir ini Axel sering menyudutkannya dengan kata-kata kasar."Tidak perlu membahas itu. Aku sudah membuat keputusan," jawab Kaylee sambil menghapus air matanya."Aku tahu kamu masih mencintai suamimu. Kamu pasti menyesal telah memilihku!" jawabnya lagi
BUGH!"ARGH!"Kenzo terhuyung ketika Axel memukulnya. Sontak saja, pria itu tidak bisa menerima perlakuannya dan hendak membalas. Namun, Kayla berdiri di tengah mereka, menghalangi Kenzo dengan tegas, membuat pria itu terkejut sekaligus kecewa."Kamu membelanya? Kamu masih mencintainya?" tanya Kenzo dengan mata memerah, dadanya terasa sesak. Baru saja ia hendak menjalin hubungan baik lagi dengan sang istri, tetapi kejadian itu membuat hatinya kembali kesal."Cukup! Aku tidak membela siapapun. Berhentilah, aku mohon!" jawab Kaylee sambil menangis, mencoba meredakan ketegangan di antara mereka."Dia pantas dipukul, dia sudah menyakitimu!" sentak Axel, masih menatap tajam Kenzo yang sudah mengepalkan tangannya, siap untuk melawan."Tidak, cukup! Berhenti!" seru Kaylee dengan lantang, berusaha menghentikan pertengkaran mereka.Keduanya saling diam ketika Kaylee terus berteriak. Hanya emosi dan suasana tegang yang ada disekit
Kaylee menghampiri Axel yang sedang duduk di sofa dengan ragu. Dia terus meremas jemarinya, bingung apakah dia seharusnya pergi bersama Axel. Meskipun dia membutuhkan hiburan, dia merasa itu bukan keputusan yang baik."Kamu sudah siap?" tanya Axel, melirik Kaylee yang hanya diam dan berdiri di depannya. Pandangan wanita itu kosong."Kaylee!" panggil Axel lagi, mencoba mendapatkan perhatiannya."Ah, iya, ayo kita berangkat!" jawab Kaylee dengan paksa, mencoba tersenyum.Mereka berdua pergi menggunakan mobil. Sepanjang perjalanan, Axel terus berceloteh, tetapi Kaylee tetap diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Kesedihan masih melanda hatinya, membuatnya sulit untuk fokus."Kaylee!" panggil Axel berharap wanita itu mau membuka mulutnya.Kaylee menoleh ketika Axel memanggilnya. "Ya!" jawabnya singkat, mencoba menyembunyikan keraguan dalam suaranya."Aku mau, kita bersama seperti dulu. Maafkan aku yang sudah membuatmu menderita dan membuatmu harus menghadapi semuanya sendirian!" ujar A
Kenzo melangkah dengan berat menuju mansion miliknya setelah mencari Istrinya tanpa hasil. Wajahnya mencerminkan kelelahan dan kecemasan yang mendalam.Begitu memasuki ruang kerjanya, dia melemparkan jasnya secara sembrono dan melonggarkan dasinya yang terasa sesak di lehernya."Aku yakin ada sesuatu yang terjadi padanya! Aku tidak bisa terus seperti ini!" gumam Kenzo dalam keputusasaan, mencoba meredakan kegelisahan yang melanda pikirannya.Tangannya merogoh ponsel di saku celananya, menekan tombol panggil pada nama kontak Marko, salah satu bodyguardnya."Halo Marko, cepat cari di mana istriku berada, dan aku tidak mau mendengar alasan apapun. Kalian harus segera menemukannya!" perintah Kenzo dengan suara tegas seolah perkataannya itu tidak pernah bisa dibantah.Setelah memberi perintah, Kenzo menutup sambungan teleponnya dan berjalan menuju lemari minumannya. Dia mengambil botol Vodka dan gelas kecil, menuangkan minuman itu dengan gerak
Kenzo berjalan tergesa-gesa di lobi apartemen. Setelah berada di depan ia segera mengakses kartu apartemennya dan langsung masuk begitu saja tanpa menunggu dibukakan pintu."Kaylee!" Ia berteriak memanggil istrinya, membuka pintu kamar, kamar mandi dan di dapur pun wanita yang sedang ia cari itu tak kunjung ia temukan. "Kemana dia? Bukankah aku menyuruhnya untuk tetap tinggal di sini?" gumam Kenzo mulai merasa kesal. Saat sedang berpikir tiba-tiba matanya menangkap sebuah foto yang tergeletak di atas meja. Sontak saja pria itu langsung menyambarnya. Mendadak rahangnya mengeras dan tangannya mengepal dengan emosi yang menggebu-gebu. "Brengsek! Siapa yang sudah memberikan ini padanya?" Rasa khawatirnya pun terbukti jika seseorang yang tadi memotret dirinya di perusahaan ternyata memang berniat buruk. Buktinya sekarang foto itu sudah berada di apartemennya. "Jangan-jangan dia sudah melihat ini semua!"Merasa
Chapter 71Kaylee membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan perasaan kesal yang memenuhi hatinya. Ingatannya tentang apa yang baru saja dilihatnya di apartemen membuatnya merasa hancur. Dalam kebingungannya, ia bergumam pada dirinya sendiri, "Kenapa kamu bisa melakukan hal itu. Kenapa tidak memberiku kesempatan untuk memutuskan perasaan ini sampai kamu harus berselingkuh dengan wanita lain!" lirih Kaylee merenung.Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, dan Axel masuk membawa segelas susu dan semangkuk bubur."Kenapa kamu tidak istirahat?" tanyanya menatap wanita yang masih duduk di atas tempat tidur. "Ah, tidak! Aku belum ngantuk!" jawab Kaylee merasa canggung. Karena ia sudah menjadi istri Kenzo, hubungannya dengan Axel tidak lagi sehangat dulu."Ya sudah kalau begitu minumlah susu dan bubur ini. Ingat di dalam perutmu ada kehidupan lain, jangan biarkan dirimu kelaparan karena bukan hanya kamu yang menderita, tet
"Axel!" lirih Kaylee terkejut saat melihat pria itu yang ada di dalam mobil."Kaylee, kenapa kamu ada di sini?"Namun, Kaylee hanya diam membisu, pandangannya masih terpaku pada jalan di depan tanpa memberikan jawaban apapun. Pikirannya masih terombang-ambing di tengah-tengah kekacauan emosional yang baru saja dia alami di apartemennya."Kaylee!"Axel memanggilnya lagi, kali ini dengan sedikit keras, membuat Kayla terlonjak kaget dari lamunannya. "Kaylee, apa yang terjadi? Kenapa kamu diam saja?"Kaylee menggelengkan kepalanya perlahan, bibirnya bergetar tetapi tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Dia merasa kebingungan dan putus asa, tidak tahu harus bagaimana mengatasi semua masalah yang menghantui pikirannya."Baiklah, kalau begitu," kata Axel dengan suara lembut, mencoba menenangkan Kaylee. Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Axel membuka pintu mobilnya, "Masuklah, kita bicara di tempat lain!""Hmm, tapi ...."Kaylee merasa ragu sejenak, tetapi setelah mempertimbangkan situ
Tiba-tiba seorang wanita yang tidak dikenal memakai topi berdiri di depan pintu membuat Kaylee terkejut."Maaf, Anda siapa?" tanya Kaylee, merasa tidak mengenal wanita yang masih berdiri sambil tersenyum itu."Maaf, Nyonya. Saya hanya ingin memberikan paket ini," jawab wanita itu sambil menyodorkan sebuah bingkisan kecil yang dibungkus rapi."Dari siapa ini?" tanya Kaylee penasaran Karena ia merasa tidak memesan sebuah paket apapun bahkan di tinggal du apartemen saja imbaru satu hari."Saya hanya ditugaskan untuk mengantar, Nyonya. Selebihnya, saya tidak tahu. Kalau begitu, saya permisi!" ucap wanita itu sebelum pergi tanpa memberi kesempatan bagi Kaylee untuk bertanya lebih lanjut.Kaylee, yang awalnya hendak pergi, memutuskan untuk kembali ke dalam apartemen. Dia menutup pintu rapat dan membolak-balikkan bingkisan yang ada di tangannya."Apa Kenzo yang mengirimnya?" gumamnya, mencoba menebak-nebak. Dalam hati, dia berharap bahwa suaminya ingin berbaikan dengannya, dan dia bersiap un
Kenzo memegang kemudi mobilnya dengan gemetar, mata membelalak, hatinya berdegup kencang. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi"Brengsek, tidak akan kubiarkan kamu lolos begitu saja!"Berkali-kali ia memukul kemudi meluapkan segala emosi yang ada di dalam hatinya. Sebisanya ada seseorang yang hendak memanfaatkan situasi di saat hatinya sedang tidak baik-baik saja. Seseorang itu pasti tidak tahu bagaimana seorang Kenzo Alexander omosu saat marah! Nyawa bisa menjadi taruhannya."Damn it!" pekik Kenzo, menekan pedal gas dengan keras. Mobilnya meluncur di jalanan kota yang ramai, mengejar mobil hitam yang yang dikendarai oleh seorang penguntit. Pikirannya dipenuhi dengan kemarahan yang meledak-ledak."Shit! Kamu pikir, kamu bisa melakukan sesuatu padaku," gumam Kenzo kepada dirinya sendiri, tatapan tajamnya menatap mobil yang menjadi targetnya. "Aku yakin kamu berniat buruk!"Mobil Kenzo mempercepat, melewati lampu merah dan menabrak tanpa ampun setiap tikungan jala