Kenzo terbangun dari tidurnya ketika rasa pusing melanda kepalanya. Berusaha menajamkan penglihatannya, ia terkejut ketika merasakan sebuah tangan kecil dan lembut memeluk pinggangnya.
Tatapan Kenzo tertahan saat melihat wajah cantik dan damai begitu sangat dekat dengannya. Wanita itu menjadikan sebelah tangannya sebagai bantal."Wanita keras kepala!" gumamnya tersenyum tipis.Ia menoleh ke samping kanan, dan terkejut saat jam kecil yang berada di atas meja nakas itu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi.Dengan pelan, Kenzo mengangkat kepala Kaylee, dan menarik tangannya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutupi seluruh tubuh istrinya yang masih polos.Ia tertawa, mentertawakan dirinya sendiri yang tadi malam terus menggempur Kaylee. Bahkan Kenzo tak memperbolehkan wanita itu tidur dalam keadaan berpakaian. Tetapi, sepertinya Kaylee tidak sadar, saat memeluk dirinya. Mungkin terlalu kelelahan.Kenzo turun dari ranjang dan berjaKenzo benar-benar sedang tidak membual. Ia sudah menyuruh para pelayannya untuk mengemasi barang-barang miliknya, termasuk milik Kaylee ke dalam koper. Hari ini tepat pukul 10.00 siang, mereka akan terbang ke City Neuron. Negara dimana Kenzo harus menyelesaikan pekerjaannya, dan untuk sementara waktu meninggalkan Adenville."Tuan, apa kita akan berangkat hari ini juga?" tanyanya hati-hati takut jika Kenzo akan marah ketika ia terus bertanya.Semuanya begitu mendadak, Kaylee tidak mempersiapkan apapun. Setidaknya, jika Kenzo memberitahu lebih awal, mungkin ia akan menemui Axel untuk pamit, bagaimanapun caranya."Kamu pikir, untuk apa aku menyuruh mereka berkemas sekarang, kalau kita berangkat tahun depan!" Jawaban bernada sinis itu lagi-lagi hanya mampu membuat Kaylee mengembuskan napasnya dengan kasar. Saat ini ia hanya bisa berdiam diri, duduk di depan suami kontraknya tanpa melakukan apapun.Kenzo tak membiarkannya menghilang
Setelah menempuh perjalanan yang singkat namun melelahkan, limousine yang membawa Kenzo dan Kaylee akhirnya tiba di Bandara Celestial Vista, Adenville. Dengan cepat, keduanya keluar dari mobil dan melangkah masuk ke bandara. Dua bodyguard Kenzo selalu setia mengikuti di belakang, memastikan keamanan majikannya.Kenzo juga sudah memerintahkan orang kepercayaannya, untuk menjemput Limousine miliknya di bandara, karena Digo dan Marko juga harus ikut dengan mereka. Ia melirik sekilas pada Kaylee yang saat ini terus diam dan tak berbicara sepatah katapun. Wanita itu masih marah padanya, karena ucapannya yang menyakitkan tadi."Baguslah, lebih baik diam daripada telingaku panas mendengar ocehannya!" batin Kenzo mendengkus. Setelah melewati serangkaian pemeriksaan pasport, pemeriksaan keamanan, dan pemeriksaan lainnya, mereka akhirnya sampai pada tahap boarding. Kenzo dan Kaylee melangkah menuju gerbang keberangkatan yang sesuai dengan nomor
"APA SATU KAMAR?"Kenzo menyeringai dan siap memangsa istri kontraknya. Namun, secepat kilat Kaylee mendorong tubuh Kenzo dan langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi. Brak!"Astaga, apa yang dia lakukan!" Kenzo mengumpat kesal ketika hasratnya yang sudah di ubun-ubun, tidak bisa tersalurkan ketika Kaylee melarikan diri. "Apa yang kamu lakukan, hah? Kamu berani menolakku!" teriak Kenzo mengetuk pintu kamar mandi."KELUAR!""Maafkan aku, Tuan! Kalau Tuan mau marah padaku, silakan! Tapi tolong untuk hari ini ijinkan aku tidur. Aku lelah sekali!"Kaylee menjawab pertanyaan Kenzo dibalik pintu setengah berteriak. Kenzo yang berada diluar itu hanya mampu menggelengkan kepalanya dan sadar jika dirinya benar-benar tidak memberikan wanita itu istirahat sebentar saja. Ia sendiri tidak tahu, kenapa itu bisa terjadi padanya."Jadi, kamu sudah berani melawanku sekarang?" "Maafkan aku, Tuan!" jawab K
Langit gelap, awan mendung menutupi matahari yang semakin tenggelam di balik cakrawala. Angin berhembus pelan, membawa aroma bunga yang menyegarkan. Gemericik air hujan mulai terdengar, seperti seruling alam yang memainkan lagu lembutnya.Tetesan-tetesannya jatuh dengan irama yang teratur, menyentuh tanah dengan lembut dan mengalir di antara rerumputan hijau. Suara gemuruh pelan petir menjauh, meninggalkan suasana damai yang menghiasi alam. Kaylee merasakan tubuhnya kaku ketika ia terbangun dari tidurnya pada pukul 17.45 sore. Dengan perlahan, ia merentangkan kedua tangannya ke atas, mencoba untuk meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal akibat tidur terlalu lama. "Akh, akhirnya aku bisa tidur tenang tanpa banyak gangguan."Ia bergumam bahagia karena belum menemukan Kenzo di kamarnya. Bergegas Kaylee membersihkan diri di kamar mandi karena waktu sudah berganti malam.Cukup lama berada di kamar mandi, ia segera memakai pakaiannya dan k
Istri 500 Juta Chapter 25Kenzo menghela nafas lega saat ia mengusap bibirnya dengan tisu setelah menyantap habis Chupe de camarones. Pandangannya beralih pada Kaylee yang terpaksa memilih makanan lain di hadapannya. "Kemana para pelayan itu?" tanyanya memecah keheningan hingga Kaylee menyudahi akitivitas makannya."Mungkin sedang beristirahat!""Panggil mereka kemari! Bisa-bisanya membuat soup ini hanya satu. Mereka di bayar untuk melayani majikan!" sentak Kenzo merasa kesal karena ia pikir, kedua pelayanannya tidak bekerja dengan baik."Maaf Tuan, soup itu aku yang membuatnya!"Kenzo tertegun mendengar ucapan istri kontraknya. "Kamu?""Ya, aku yang membuatnya. Aku pikir, Tuan tidak suka makanan seperti itu. Jadi, aku buat satu saja untukku. Lagian di atas meja ini masih banyak makanan yang lebih lezat dari soup yang kubuat!" ucap Kaylee menjelaskan panjang kali lebar."Ckk ... beraninya kamu membaca isi pikir
Ketika bulan Desember tiba, atmosfernya berubah menjadi adegan yang dipenuhi dengan keajaiban putih. Musim salju tengah menyapa kota Zyron, City Neuron.Butiran-butiran kristal es melayang lembut dari langit, menari-nari di udara sebelum akhirnya mendarat di halaman-halaman dan jalanan. Seperti yang dikatakan semua orang, jika Negara City Neuron mempunyai empat musim. Dan kini musim salju telah tiba. Begitupun dengan waktu yang begitu cepat berlalu.Pernikahan Kenzo dan Kaylee sudah berjalan selama dua bulan. Sikap Kaylee sudah jauh lebih baik, dia menerima semuanya dan dia juga menerima jika nanti Kenzo membuangnya ketika kontrak berakhir. Yang jelas, semenjak Kenzo menjaganya ketika ia sakit, di saat itulah hati Kaylee luluh dan berusaha untuk menuruti perkataan suaminya, melakukan sesuatu dengan baik, meskipun suatu saat mereka harus berpisah."Masak apa?" Diva yang sedang sibuk itu seketika terperanjat melihat majikannya s
"Bisakah Tuan sehari saja tak meminta itu dariku!" tanya Kaylee yang kini berada di dalam dekapan Kenzo. Keduanya baru saja menyelesaikan pertempuran mereka."Memangnya kenapa? Kamu sudah tidak mau melayaniku lagi? Bukankah aku membayarmu untuk ....""Ya, aku tahu Tuan, aku hanya istri 500 juta!" potong Kaylee dengan wajah ditekuk. Entah kenapa dia gampang sekali tersinggung. Tidak paham dengan apa yang di rasakannya saat ini. APA DIA SUDAH JATUH CINTA PADA KENZO?ITU TIDAK MUNGKIN TERJADI.DAN TIDAK BOLEH TERJADI!Karena ia menikah hanya untuk uang, dan tidak mungkin Kenzo akan membalas cintanya kalau sampai itu terjadi dalam dirinya."Kalau sudah tahu, kenapa terus bertanya?"Kenzo tertawa dalam hati setelah berkata seperti itu. Kaylee beranjak dan mengambil handuk yang berada di sebelahnya."Ini sudah siang! Aku mau mandi dulu, dan tolong ijinkan aku keluar, stok makanan sudah habis!"Tanpa
Dengan napas tersengal-sengal, Kaylee menutup matanya erat-erat, dipenuhi kecemasan yang memenuhi pikirannya."Bukalah matamu, kita baik-baik saja!" titah Kenzo membuat Kaylee tersadar.Setelah beberapa detik yang terasa seperti se-abad, ia akhirnya mengumpulkan keberanian untuk membuka mata perlahan-lahan.Pandangannya seketika terpaku pada pemandangan di sebelahnya. Pohon itu tumbang di atas mobil lain berada di sebelah mobil Kenzo. Hatinya berdegup kencang dalam ketakutan, takut jika terjadi sesuatu pada mereka."Apa mereka baik-baik saja!" tanya Kaylee sangat khawatir."Tidak apa-apa, mereka baik-baik saja! Tidak usah cemas!"Merasa lega bahwa pohon itu tidak terlalu besar sehingga hanya merusak kap mobil, dan mereka baik-baik saja."Bagaimana kita keluar dari sini! Langit semakin gelap? Aku, aku benar-benar takut berada di sini!" racaunya terus menggosok-gosokkan tangan."Aku sudah menghubungi polisi. Semog
Kaylee merasa semakin terpuruk. Dia memilih Axel daripada Kenzo, suaminya yang ia cintai. Setelah seminggu tinggal di rumah Axel, mereka bahkan tak lagi berkomunikasi semenjak kejadian malam itu.Ia merasa terlalu lemah untuk keluar dari kamar. Dia duduk di tepi tempat tidur, menangis sendirian, terjebak dalam rasa sesal dan kebingungan. Tetapi kecemburuan itu membuatnya tidak memilih Kenzo.Tiba-tiba, pintu terbuka dan Axel masuk membawa nampan berisi makanan dan minuman."Kapan kamu akan berhenti menangis seperti ini? Apa kamu menyesal telah memilihku?" ucap Axel dengan nada sinis.Kaylee terkejut melihat perubahan sikap Axel. Dia merasa tak mengerti apa kesalahannya, tapi akhir-akhir ini Axel sering menyudutkannya dengan kata-kata kasar."Tidak perlu membahas itu. Aku sudah membuat keputusan," jawab Kaylee sambil menghapus air matanya."Aku tahu kamu masih mencintai suamimu. Kamu pasti menyesal telah memilihku!" jawabnya lagi
BUGH!"ARGH!"Kenzo terhuyung ketika Axel memukulnya. Sontak saja, pria itu tidak bisa menerima perlakuannya dan hendak membalas. Namun, Kayla berdiri di tengah mereka, menghalangi Kenzo dengan tegas, membuat pria itu terkejut sekaligus kecewa."Kamu membelanya? Kamu masih mencintainya?" tanya Kenzo dengan mata memerah, dadanya terasa sesak. Baru saja ia hendak menjalin hubungan baik lagi dengan sang istri, tetapi kejadian itu membuat hatinya kembali kesal."Cukup! Aku tidak membela siapapun. Berhentilah, aku mohon!" jawab Kaylee sambil menangis, mencoba meredakan ketegangan di antara mereka."Dia pantas dipukul, dia sudah menyakitimu!" sentak Axel, masih menatap tajam Kenzo yang sudah mengepalkan tangannya, siap untuk melawan."Tidak, cukup! Berhenti!" seru Kaylee dengan lantang, berusaha menghentikan pertengkaran mereka.Keduanya saling diam ketika Kaylee terus berteriak. Hanya emosi dan suasana tegang yang ada disekit
Kaylee menghampiri Axel yang sedang duduk di sofa dengan ragu. Dia terus meremas jemarinya, bingung apakah dia seharusnya pergi bersama Axel. Meskipun dia membutuhkan hiburan, dia merasa itu bukan keputusan yang baik."Kamu sudah siap?" tanya Axel, melirik Kaylee yang hanya diam dan berdiri di depannya. Pandangan wanita itu kosong."Kaylee!" panggil Axel lagi, mencoba mendapatkan perhatiannya."Ah, iya, ayo kita berangkat!" jawab Kaylee dengan paksa, mencoba tersenyum.Mereka berdua pergi menggunakan mobil. Sepanjang perjalanan, Axel terus berceloteh, tetapi Kaylee tetap diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Kesedihan masih melanda hatinya, membuatnya sulit untuk fokus."Kaylee!" panggil Axel berharap wanita itu mau membuka mulutnya.Kaylee menoleh ketika Axel memanggilnya. "Ya!" jawabnya singkat, mencoba menyembunyikan keraguan dalam suaranya."Aku mau, kita bersama seperti dulu. Maafkan aku yang sudah membuatmu menderita dan membuatmu harus menghadapi semuanya sendirian!" ujar A
Kenzo melangkah dengan berat menuju mansion miliknya setelah mencari Istrinya tanpa hasil. Wajahnya mencerminkan kelelahan dan kecemasan yang mendalam.Begitu memasuki ruang kerjanya, dia melemparkan jasnya secara sembrono dan melonggarkan dasinya yang terasa sesak di lehernya."Aku yakin ada sesuatu yang terjadi padanya! Aku tidak bisa terus seperti ini!" gumam Kenzo dalam keputusasaan, mencoba meredakan kegelisahan yang melanda pikirannya.Tangannya merogoh ponsel di saku celananya, menekan tombol panggil pada nama kontak Marko, salah satu bodyguardnya."Halo Marko, cepat cari di mana istriku berada, dan aku tidak mau mendengar alasan apapun. Kalian harus segera menemukannya!" perintah Kenzo dengan suara tegas seolah perkataannya itu tidak pernah bisa dibantah.Setelah memberi perintah, Kenzo menutup sambungan teleponnya dan berjalan menuju lemari minumannya. Dia mengambil botol Vodka dan gelas kecil, menuangkan minuman itu dengan gerak
Kenzo berjalan tergesa-gesa di lobi apartemen. Setelah berada di depan ia segera mengakses kartu apartemennya dan langsung masuk begitu saja tanpa menunggu dibukakan pintu."Kaylee!" Ia berteriak memanggil istrinya, membuka pintu kamar, kamar mandi dan di dapur pun wanita yang sedang ia cari itu tak kunjung ia temukan. "Kemana dia? Bukankah aku menyuruhnya untuk tetap tinggal di sini?" gumam Kenzo mulai merasa kesal. Saat sedang berpikir tiba-tiba matanya menangkap sebuah foto yang tergeletak di atas meja. Sontak saja pria itu langsung menyambarnya. Mendadak rahangnya mengeras dan tangannya mengepal dengan emosi yang menggebu-gebu. "Brengsek! Siapa yang sudah memberikan ini padanya?" Rasa khawatirnya pun terbukti jika seseorang yang tadi memotret dirinya di perusahaan ternyata memang berniat buruk. Buktinya sekarang foto itu sudah berada di apartemennya. "Jangan-jangan dia sudah melihat ini semua!"Merasa
Chapter 71Kaylee membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan perasaan kesal yang memenuhi hatinya. Ingatannya tentang apa yang baru saja dilihatnya di apartemen membuatnya merasa hancur. Dalam kebingungannya, ia bergumam pada dirinya sendiri, "Kenapa kamu bisa melakukan hal itu. Kenapa tidak memberiku kesempatan untuk memutuskan perasaan ini sampai kamu harus berselingkuh dengan wanita lain!" lirih Kaylee merenung.Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, dan Axel masuk membawa segelas susu dan semangkuk bubur."Kenapa kamu tidak istirahat?" tanyanya menatap wanita yang masih duduk di atas tempat tidur. "Ah, tidak! Aku belum ngantuk!" jawab Kaylee merasa canggung. Karena ia sudah menjadi istri Kenzo, hubungannya dengan Axel tidak lagi sehangat dulu."Ya sudah kalau begitu minumlah susu dan bubur ini. Ingat di dalam perutmu ada kehidupan lain, jangan biarkan dirimu kelaparan karena bukan hanya kamu yang menderita, tet
"Axel!" lirih Kaylee terkejut saat melihat pria itu yang ada di dalam mobil."Kaylee, kenapa kamu ada di sini?"Namun, Kaylee hanya diam membisu, pandangannya masih terpaku pada jalan di depan tanpa memberikan jawaban apapun. Pikirannya masih terombang-ambing di tengah-tengah kekacauan emosional yang baru saja dia alami di apartemennya."Kaylee!"Axel memanggilnya lagi, kali ini dengan sedikit keras, membuat Kayla terlonjak kaget dari lamunannya. "Kaylee, apa yang terjadi? Kenapa kamu diam saja?"Kaylee menggelengkan kepalanya perlahan, bibirnya bergetar tetapi tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Dia merasa kebingungan dan putus asa, tidak tahu harus bagaimana mengatasi semua masalah yang menghantui pikirannya."Baiklah, kalau begitu," kata Axel dengan suara lembut, mencoba menenangkan Kaylee. Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Axel membuka pintu mobilnya, "Masuklah, kita bicara di tempat lain!""Hmm, tapi ...."Kaylee merasa ragu sejenak, tetapi setelah mempertimbangkan situ
Tiba-tiba seorang wanita yang tidak dikenal memakai topi berdiri di depan pintu membuat Kaylee terkejut."Maaf, Anda siapa?" tanya Kaylee, merasa tidak mengenal wanita yang masih berdiri sambil tersenyum itu."Maaf, Nyonya. Saya hanya ingin memberikan paket ini," jawab wanita itu sambil menyodorkan sebuah bingkisan kecil yang dibungkus rapi."Dari siapa ini?" tanya Kaylee penasaran Karena ia merasa tidak memesan sebuah paket apapun bahkan di tinggal du apartemen saja imbaru satu hari."Saya hanya ditugaskan untuk mengantar, Nyonya. Selebihnya, saya tidak tahu. Kalau begitu, saya permisi!" ucap wanita itu sebelum pergi tanpa memberi kesempatan bagi Kaylee untuk bertanya lebih lanjut.Kaylee, yang awalnya hendak pergi, memutuskan untuk kembali ke dalam apartemen. Dia menutup pintu rapat dan membolak-balikkan bingkisan yang ada di tangannya."Apa Kenzo yang mengirimnya?" gumamnya, mencoba menebak-nebak. Dalam hati, dia berharap bahwa suaminya ingin berbaikan dengannya, dan dia bersiap un
Kenzo memegang kemudi mobilnya dengan gemetar, mata membelalak, hatinya berdegup kencang. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi"Brengsek, tidak akan kubiarkan kamu lolos begitu saja!"Berkali-kali ia memukul kemudi meluapkan segala emosi yang ada di dalam hatinya. Sebisanya ada seseorang yang hendak memanfaatkan situasi di saat hatinya sedang tidak baik-baik saja. Seseorang itu pasti tidak tahu bagaimana seorang Kenzo Alexander omosu saat marah! Nyawa bisa menjadi taruhannya."Damn it!" pekik Kenzo, menekan pedal gas dengan keras. Mobilnya meluncur di jalanan kota yang ramai, mengejar mobil hitam yang yang dikendarai oleh seorang penguntit. Pikirannya dipenuhi dengan kemarahan yang meledak-ledak."Shit! Kamu pikir, kamu bisa melakukan sesuatu padaku," gumam Kenzo kepada dirinya sendiri, tatapan tajamnya menatap mobil yang menjadi targetnya. "Aku yakin kamu berniat buruk!"Mobil Kenzo mempercepat, melewati lampu merah dan menabrak tanpa ampun setiap tikungan jala