Gracia yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung pergi dan Greesel yang melihat kepergian Gracia."Apa hubungan mereka? jika tidak memiliki hubungan apa-apa, sangat tidak mungkin, Bu, Gracia berbicara seperti itu kepadaku. Dia juga terlihat begitu resah,'batin Greesel yang jadi semakin penasaran.Greesel yang melamun sampai tidak menyadari bahwa Adrian berdiri di belakangnya yang memperhatikan istrinya itu."Greesel!" tegur Adrian yang membuat Greesel kaget dan melihat ke arah Adrian."Iya, kenapa?" tanya Greesel dengan gugup."Kamu kenapa? kenapa kamu melamun seperti itu. Ada sesuatu yang kamu pikirkan?" tanya Adrian.Ti--tidak. Aku tidak apa-apa kok. Aku tidak melamun kok. Oh. Iya. Ini kopi kamu sudah selesai," ucap Greesel yang langsung memberikan pada Adrian."Ya. Sudah kalau begitu sekarang kita keluar, menikmati sarapan di luar," ajak Adrian.Greesel menganggukkan kepalanya yang menurut saja dengan dirinya yang tersenyum yang seolah tidak terjadi apa-apa dan padahal dirin
Adrian yang terlihat berdiri di bawah pohon yang rindang, Adrian terlihat gusar yang sedang memegang ponselnya dan memperhatikan istrinya yang sejak tadi berbicara dengan Eyang."Aku harus menelpon Tommy kembali," ucapnya yang ingin menggunakan kesempatan itu.Adrian terlihat begitu cemas yang mencoba untuk meng scroll ponselnya untuk mencari nomor Tommy. "Adrian!" hal itu tidak jadi dilakukan Adrian ketika suara Eyang memanggilnya yang membuat Adrian langsung menoleh. "Iya. Eyang!" sahut Adrian dengan menganggukkan kepalanya."Kamu sedang apa di sana?" tanya Eyang."Oh. Tidak apa-apa. Hanya mengecek pekerjaan saja," jawab Adrian yang terlihat bohong. "Kalau kamu tidak ada keperluan apa-apa. Kita langsung saja berangkat," ucap Eyang.Adrian melihat para pelayan memang sudah terlihat berkemas-kemas yang bahkan barang-barang saat mereka tadi makan juga sudah kembali dimasukkan ke dalam kendaraan itu. "Ayo! apa kamu sedang sibuk dan apa tidak bisa dikerjakan di dalam saja?" tanya Eya
Setelah mereka semua mengobrol satu sama lain dan tidak lama akhirnya sampai juga pada lokasi proyek pertama yang akan mereka cek. Bus itu terparkir di tempat yang strategis. Para pelayan pertama kali keluar untuk memasang terpal dan juga beberapa kursi lipat untuk sekedar bersantai. Adrian mengambil beberapa berkas, begitu juga dengan Elang dan Gracia. Ini saatnya bekerja. Jadi mereka harus siap siaga. Jika Eyang ingin membutuhkan data-data penting."Kamu sebaiknya istirahat saja, proyek ini sama sekali tidak berhubungan dengan kamu, jadi kamu tidak perlu ikut!" ucap Adrian pada Greesel."Tapi aku akan merasa jenuh jika hanya berada di dalam kamar. Lagi pula sejak tadi aku juga sudah tidur. Masa iya. Ketika sudah sampai dan mau tidur lagi," ucap Greesel dengan wajahnya yang cemberut. "Kalau kamu memang merasa jenong berada di kamar, kalau bisa duduk bersantai di luar. Kamu ingin memakan sesuatu, kamu bisa minta pada pelayan," ucap Adrian."Jadi aku tidak boleh ikut bersama kamu?" t
Greesel tersenyum ketika melihat Adrian yang berjalan menghampirinya. Adrian sepertinya sudah menyelesaikan pekerjaannya. Sherly terlihat begitu kesal melihat ekspresi dari Greesel Padahal terlihat biasa saja yang menyambut sang suami pulang. "Kamu sudah selesai?" tanya Greesel yang berdiri dari tempat duduknya. Dia begitu semangat sekali menyambut Adrian. "Sudah selesai," jawab Adrian. "Mau aku buatkan makanan tidak?" tanya Greesel. "Makan siang maksud kamu?" tanya Adrian yang membuat Greesel menganggukkan kepala. "Memang kamu tidak lapar?" tanya Greesel. "Aku sedikit lapar! tetapi alangkah baiknya bukan Pelayan saja menyiapkan makan?" tanya Adrian. " Sejak tadi aku begitu jenuh yang menunggu kamu. Aku sama sekali belum melakukan kegiatan apapun. Jadi aku ingin membuatkan makanan," ucap Greesel. Tubuhnya memang akan menjadi kaku, jika dirinya tidak bergerak sama sekali. "Ya. Sudah kalau begitu," sahut Adrian. "Ya. Sudah apa?" tanya Greesel. "Kamu ingin membuat makanan, ma
"Greesel!" tegur Adrian yang tidak mendapatkan jawaban dari istrinya itu. "Kenapa kamu bertanya seperti itu? memang apa itu menjadi tanggung jawab kamu atas kematian Papa adil atau tidak?" tanya Greesel heran.Adrian terdiam yang seolah terjebak dengan pertanyaan pilihan yang telah dia berikan. Bagaimana Greesel tidak heran. Karena menurutnya itu adalah sesuatu hal yang aneh."Hmmmm, aku hanya mencoba untuk memahami situasi perasaan kamu. Jad aku bukan bertanggung jawab untuk adil atau tidak adil dapat kematian papa kamu. Jika aku bisa melakukan sesuatu kenapa tidak. Jika itu membuat kamu bisa merasa adil," sahut Adrian yang terlihat begitu gugup dan bahkan menjawab sampai terbata-bata. "Adrian bukankah aku sudah mengatakan, aku saja tidak tahu apakah aku kematian Papa memang benar berdasarkan kesalahan Papa atau tidak. Jika kematian Papa juga tidak adil. Maka tidak akan ada yang bisa menggantikan rasa adil itu. Karena papa sudah tiada," jawab Greesel."Itu artinya kamu tidak akan m
Akhirnya, Gracia, Sherly dan Elang, menghampiri Eyang dan juga Adrian dan Greesel yang sudah duduk di meja makan dengan suasana outdoor. "Kalian sudah menunggu lama?" tanya Eyang menarik kursi dan langsung duduk. "Tidak Eyang. Aku juga baru saja kembalikan sebelumnya aku membantu Greesel untuk membuat makan siang," sahut Adrian. "Greesel kenapa kamu harus repot-repot membuat makan siang. Bukankah banyak sekali menu makanan yang sudah disiapkan pelayan?" tanya Eyang. "Tidak apa-apa. Eyang Greesel ingin saja melakukannya," sahut Greesel. "Karena aku juga sudah sangat merindukan masakan yang di masakkan Greesel," sahut Adrian. Ketika Adrian mengutarakan kalimat itu dan begitu juga Gracia yang datang. Adrian sepertinya sekarang sudah mulai cuek pada Gracia dan tidak mempedulikan apakah kata-kata yang manis terhadap istrinya itu akan melukai Gracia atau seperti apa. Tetapi tetap saja dalam suasana yang seperti itu. Greesel yang merasa canggung dan takut membuat Gracia salah paham.
Sesi foto prewedding antara Elang dan Sherly akhirnya dilaksanakan. Sherly terlihat mepet-mepet yang ingin memperlihatkan betapa romantisnya dia dengan Elang dan mungkin sekalian ingin menunjukkan kepada Gracia yang ternyata sudah bergabung dengan Adrian, Greesel dan Eyang.Sherly mungkin ingin membuat Gracia panas, padahal Gracia terlalu cuek. Tidak juga, Gracia memang terlihat kurang nyaman dan sejak tadi merasa resah. Bahkan dia tidak ingin melihat sama sekali pada pasangan yang masih bermesraan itu. Hanya Sherly yang terlihat excited dan sementara Elang seperti menjagakan sesuatu.Elang yang terlihat kurang nyaman dan bahkan matanya sejak tadi melihat ke arah Gracia, sampai-sampai Sherly harus memegang pipi kekasihnya itu untuk fokus melihat dirinya dan Sherly yang semakin memperlihatkan keromantisannya yang bahkan mengecup bibir Elang."Bagus!" sahut sang fotografer yang menyukai sesi foto yang seperti itu.Elang padahal tidak suka dan tidak mungkin juga menolak apa yang dilakuk
Greesel yang tampakkan dong memasuki kamar. Adrian yang melihat hal itu "Ada apa Greesel?" tanya Adrian. "Kenapa belakangan ini aku merasa sangat aneh dengan sikap Gracia kepadaku. Dia begitu sangat dingin kepadaku," ucap Greesel dengan sendu yang sembari duduk di pinggir ranjang. "Bukankah aku sudah pernah mengatakan kepada kamu untuk tidak pernah memikirkan Gracia," ucap Adrian."Kenapa kamu mengatakan hal seperti itu seolah tidak peduli dengan Bu, Gracia?" tanya Greesel."Aku hanya malas saja berurusan dengan dia memang tidak ada harus yang harus dipedulikan lagi," ucap Adrian."Maksud kamu?" tanya Greesel.Ting.Adrian melihat ponselnya dan melihat nanti pesan yang masuk. 'Tuan! apa saya bisa menelpon, saya mendapatkan informasi yang banyak,' tulisan pesan itu."Greesel, kamu fokuslah pada kandungan kamu. Jangan memikirkan apapun dan termasuk Gracia. Mau dia seperti apapun bersikap kepada kamu, itu tidak akan mempengaruhi apa-apa. Kamu jangan berpikiran yang tidak-tidak. Janga
Akhirnya Dokter keluar dari ruangan oprasi."Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Adrian dengan panik."Alhamdulillah istri Anda baik-baik saja dan begitu juga dengan bayinya. Meski lahir secara prematur, tetapi sehat. Bayi tuan lahir tanpa kekurangan apapun dan sangat cantik," jawab Dokter."Alhamdulillah!" sahut semuanya dengan serentak yang merasa bersyukur dengan kabar baik yang diberikan Dokter."Lalu apa saya boleh menemui istri saya?" tanya Adrian."Kami akan memindahkan ke ruang perawatan sebentar. Jadi tuan mohon bersabar dan untuk bayinya masih dalam perawatan. Jadi untuk keluarga tidak boleh melihat secara keseluruhan, bergantian dan mengikuti prosedur," ucap Dokter."Baik Dokter," sahut Asti."Kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Dokter pamit. Mereka semua menganggukkan kepala."Alhamdulillah kondisi Greesel sekarang baik-baik saja," sahut Eyang."Adrian selamat akhirnya bayi kalian berdua lahir juga," sahut Gracia."Iya Adrian. Aku terus tenang dengan kehadiran baik
Akhirnya Adrian ke rumah sakit juga dengan sangat buru-buru dia memasuki rumah sakit tersebut mencari di mana ruangan sang istri yang sebelumnya sudah bertanya kepada Suster. Adrian yang tidak sendiri melainkan bersama Eyang. "Adrian, bukankah itu Ibu Greesel?" tanya Eyang dari kejauhan melihat hal itu."Iya Eyang. Ayo kita ke sana!" ajak Adrian dengan sangat buru-buru dan Eyang pun menurut yang mana mereka berdua langsung berlari. "Bu," sapa Adrian dengan panik."Adrian," sahut Asti."Bagaimana Greesel?""Apa yang terjadi sebenarnya?" tanyanya dengan penuh kepanikan."Greesel tadi jatuh di kamar mandi dan Ibu juga tidak tahu kenapa bisa terjadi seperti itu dan Greesel juga mengalami pendarahan ya membuat Ibu juga panik dan sampai sekarang Dokter belum keluar dari ruangan ICu," jawab Asti dengan sangat terbata-bata dan juga penuh dengan kekhawatiran. "Semoga saja Greesel tidak apa-apa," sahut Eyang.Asti hanya mengangguk saja. Eyang mencoba untuk menenangkan dengan merangkul bahu A
"Greesel sudah! kamu dengarkan saja apa yang dikatakan Gracia dan semua yang dikatakan Gracia adalah benar. Kamu seharusnya bersyukur dengan kehadiran Gracia saat ini yang masih ingin membantu kamu. Jadi sudahlah kamu akhiri rasa marah kamu dengan Adrian walau ini tidak mudah. Aku sudah lelah menjadi kambing hitam di antara kalian," ucap Elang yang ikut menambahi memberikan masukan. "Greesel gunakan hati nurani kamu dan aku yakin kamu sangat mencintai Adrian. Jadi jangan egois atau menghukum Adrian dengan sangat berlebihan. Aku yakin hubungan kalian berdua pasti akan baik-baik saja. Jika kalian berdua sama-sama mau belajar satu sama lain," ucap Gracia yang tidak henti-hentinya memberikan saran. "Kedatangan kami hanya ingin mengatakan itu saja dan terserah kamu mau menyimpan, mendengarkan atau meresapi apa yang kami katakan. Kamu memiliki hak atas segalanya," ucap Elang."Ayo Gracia kita pulang dan biarkan saja Greesel menentukan sendiri jalan apa yang dia pilih," ucap Elang."Baikla
Greesel yang berada di kamarnya yang terlihat membersihkan kamar. Krrekkk.Suara pintu kamar yang terbuka membuat Greesel menoleh dan melihat orang tersebut yang ternyata Asti."Ada kamu yang ingin bertemu dengan kamu," ucap Asti.Greesel menghela nafas yang melanjutkan kembali pekerjaan itu. "Kenapa harus mengatakan tamu agar Greesel pergi menemuinya," ucapnya."Apa maksud kamu Greesel. Bukan Adrian yang ingin bertemu dengan kamu tetapi ada dua orang dan Ibu tidak mengenalinya siapa. Dia mengatakan adalah teman kamu," ucap Asti yang membuat Greesel menelan salivanya."Teman!" tanyanya."Kamu sebaiknya coba lihat dulu. Ibu tidak mungkin berbohong kepada kamu," ucap Asti."Sebentar lagi. Greesel akan keluar," jawabnya.Asti menganggukan kepala dan langsung keluar dari kamar putrinya itu. "Teman! siapa yang ingin bertemu denganku?" tanyanya dengan kebingungan yang memang perasaan tidak memiliki teman selain teman kerjanya waktu di hotel. Greesel yang tidak ingin berpikir panjang yan
Karena hubungan Gracia dan Elang yang akhirnya membaik yang sekarang mereka berdua berada di dalam mobil dengan Elang yang menyetir.Elang beberapa kali terus saja curi-curi pandang pada gadis di sebelahnya itu yang takut saja kalau gadis itu tiba-tiba menghilang. Sementara Gracia yang tampak cuek saja. Elang yang tiba-tiba saja sudah menggenggam tangan Gracia membuat Gracia menoleh. Elang tersenyum dan mencium punggung tangan tersebut yang meletakkan di atas pahanya. Gracia respon dengan baik yang tersenyum dengan tingkah Elang yang sepertinya sangat bucin."Kamu sebenarnya ingin membawaku ke mana?" tanya Gracia."Kerumahku," jawab Elang."Untuk apa?" tanya Gracia dengan dahi mengkerut. "Aku ingin membawa kamu kepada Eyang dan akan meminta Eyang untuk menikahkan kita berdua," jawab Elang."Secepat itu?" tanya Gracia yang cukup kaget. "Memang kenapa? apa tidak boleh melakukan hal itu dan kamu masih ragu menikah denganku?" tanya Elang."Bukan seperti itu. Aku hanya merasa kalau Eyan
"Jadi jangn lagi terus membahas masalah ini dengan Elang. Dia tidak tahu apa-apa!" tegas Gracia yang membuat Adrian yang langsung terdiam."Pergi cari istrimu dan jangan kebiasaan main tangan!" ucapnya dengan kesal yang Benar-benar sangat muak dengan Adrian.Adrian yang tidak berbicara apapun langsung pergi dari hadapan Gracia dan sebelum itu dia melihatnya Elang terlebih dahulu.Gracia yang terlihat membuang nafas perlahan ke depan dan langsung menghampiri Elang."Kamu tidak apa-apa?" tanya Gracia dengan wajahnya yang terlihat sangat panik."Pergi begitu saja dan tidak meminta maaf terlebih dahulu. Seenaknya memukulku," kesal Elang."Sudahlah! kamu jangan membahas dia lagi," ucap Gracia yang akhirnya membantu Elang berdiri.Gracia dan Elang yang akhirnya duduk di salah satu bangku yang ada di dekat hotel. Gracia yang mengobati Elang."Apa masih sakit?" tanya Gracia yang membuat Elang menggelengkan kepala."Kamu kembali?" tanya Elang."Aku ada urusan," jawab Gracia."Jadi Greesel meny
Adrian hari ini ke hotel karena ada pekerjaan yang harus dia laksanakan. Karena Greesel memilih pergi dari rumah dan akhirnya acara yang sudah disiapkan Eyang tidak terjadi. Eyang tidak bisa melakukan apa-apa karena bukan lagi masalah pernikahan palsu yang direncanakan Adrian dan Greesel. Ini sudah menjadi urusan Greesel atas masa lalu kematian ayahnya yang melibatkan Adrian. Eyang sudah tidak memikirkan bagaimana rasa kecewanya telah ditipu oleh wanita yang sudah dianggap sebagai cucu sendiri. Dia hanya memberikan semangat kepada Adrian untuk menyelesaikan masalahnya dan dia juga berharap agar Greesel bisa kembali ke rumah dan berbicara dengannya. Tetapi apapun yang dilakukan Adrian ternyata tidak membuahkan hasil. Bahkan dia sudah pernah mencoba datang beberapa kali ke rumah Greesel dan Greesel yang tidak membiarkan dirinya untuk bertemu dengan suaminya. Asti juga tidak bisa melakukan apa-apa dan membiarkan Greesel dan Adrian yang menyelesaikan semua masalah mereka yang ter
Greesel yang sudah berada di rumah Asti dengan Greesel yang berada di atas sofa dengan kepalanya yang di pangkuan Asti. Asti mengusap-usap rambut Greesel yang mencoba untuk menenangkan Greesel yang berbaring di pangkuannya."Ibu tahu apa yang kamu rasakan sayang. Ini memang sangat tidak mudah. Tetapi semua ini sudah menjadi takdir. Tidak ada yang bisa mengubahnya," ucap Asti yang mencoba untuk membuat pengertian."Sejak tadi Greesel menceritakan apa yang terjadi. Ibu tidak bereaksi apapun dan bahkan tidak kaget. Apa jangan-jangan sebenarnya Ibu sudah mengetahui semua ini?" tanya Greesel memastikan."Ibu memang mengetahui apa kaitan Adrian dengan kematian Papa kamu. Saat itu Mama juga kaget dan berpura-pura untuk tidak mengetahuinya. Ibu mencoba mencari tahu dan sepenuhnya bukanlah kesalahan Adrian," jawab Asti."Bagaimana mungkin ini bukan kesalahan dia. Dia seorang bos yang memiliki pendidikan. Dia seharusnya bisa melihat di sekelilingnya, jangan mengambil keputusan atau bertindak de
Greesel yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang kembali memasukkan pakaian itu ke dalam koper dan bahkan dia sudah selesai melakukannya dan merasa dengan cepat dan menurunkan dari atas ranjang. "Greesel!" Adrian menghentikan istrinya saat ingin pergi. "Kita bisa membicarakan semua ini, aku bisa menjelaskan semua kepada kamu. Aku mohon beri aku kesempatan!" ucap Adrian."Tidak ada kesempatan untuk orang yang sudah menghancurkan hidupku. Kamu adalah laki-laki manipulatif yang pernah aku kenal. Kamu sangat jahat Adrian!" tegas Greesel yang langsung menjatuhkan tangan Adrian begitu saja dan Greesel yang langsung pergi "Greesel tunggu!" Adrian yang tidak mungkin membiarkan Greesel dan langsung menyusul dengan Greesel yang bersusah payah membawa kopernya menuruni anak tangga. "Greesel! aku tidak akan membiarkan kamu pergi kemanapun!" tegas Adrian yang menghalangi jalan Greesel yang sudah berada di bawah anak tangga dengan kedua tangannya yang merentang. "Kamu minggir dari hadapanku sek