Setelah berciuman beberapa menit akhirnya dengan perlahan Adrian melepas ciuman itu. Mata mereka berdua sama-sama perlahan terbuka dengan hembusan nafas yang saling menerpa satu sama lain. Nafas keduanya yang terlihat naik turun dengan mata yang tetap saling melihat satu sama lain dengan perasaan jantung yang berdebat semakin kencang. Perlahan tangan Adrian terlepas dari pipi Greesel dengan. 2 Bola mata itu masih menatap Greesel yang memperhatikan wajah itu yang seolah meneliti wajah cantik itu. "Lain kali jangan melakukan hal ini. Kamar ini bukan hanya milikmu saja. Jadi jangan masuk sembarangan ke dalam kamar ini dan juga kamar mandi. Gunakan tanganmu agar bisa memastikan ada orang apa tidak," ucap Adrian dengan suara berat memberikan ingat kepada Greesel. "Kau mengerti?" tanya Adrian. Greesel menganggukkan kepala. "Bagus kalau begitu!" ucap Adrian yang langsung berlalu dari hadapan Greesel. Adrian yang tidak mengatakan apa-apa lagi kepada Greesel dan Greesel yang baru bisa
"Tuan lepaskan saya!" "Tuan!" Greesel yang kesakitan di tarik kedalam kamar oleh Adrian. Begitu sampai kamar Adrian menutup pintu kamar dengan keras dan melepaskan tangan Greesel kasar yang membuat tubuh Greesel hampir saja terjatuh.Greesel tidak tahu apa kesalahannya yang membuat Adrian begitu kesal. Sampai menariknya begitu kasar dengan mengusap pergelangan tangan yang cukup memerah itu akibat ulah Adrian."Kamu dengar tadi saat di meja makan hah! dia akan menikah dan akan mempunyai anak. Lalu kamu sampai detik ini belum melaksanakan tugasmu. Aku sudah mengeluarkan banyak uang dan waktu untuk. Tatapi semua sia-sia!" Adrian ternyata marah karena hal itu. "Tetapi bukan saya tidak mau melaksanakan kewajiban saya ada juga bukan mau mundur hal itu. Tetapi...." "Jangan beralasan terus," sahut Adrian yang memotong kata-kata Greesel."Di mana-mana wanita datang bulan itu hanya 1 Minggu dan kau sudah satu minggu lebih tetapi masih diam saja seolah ingin membuatku lupa!" tegas Adrian yang
Tidak lama akhirnya Greesel sampai juga di kediaman orang tuanya. Jalanan masuk menuju rumah Greesel begitu sempit dan juga jalanan yang rusak membuat mobil Gracia bergerak-gerak. "Kamu benaran tinggal di sini?" tanya Gracia yang mengangkat kepala melihat jalanan di depannya yang benar-benar rusak parah. Tempat tinggal Greesel juga sangat kumuh dan mungkin itu pertama kali bagi Gracia melihat tempat seperti itu. "Benar Bu!" jawab Greesel. "Kok bisa sih ada yang tinggal di tempat seperti ini," gumam Gracia yang berbicara pelan. Walau pelan Greesel masih bisa mendengar yang menoleh ke arah Gracia, "Hmmmm, maksud saya. Kamu apa tidak bisa pindah!" Gracia yang menyadari bahwa Greesel mendengar perkataannya langsung merubah kata-kata itu yang takut Greesel tersinggung. Gracia ternyata masih memikirkan perasaan Greesel. Dia memang tidak pernah secara langsung merendahkan atau menghina Greesel. Dia berbeda dengan Adrian yang mungkin sudah berkali-kali merendahkan Greesel. "Adrian
Greesel yang menyelimuti Vano yang sudah tertidur tidak lupa Greesel mencium melembut kening Vano."Makasih Vano sudah sembuh. Kakak akan menjaga kamu lebih baik lagi dan tidak akan membiarkan kamu sakit lagi," ucap Greesel dengan tersenyum.Greesel yang menghela nafas dan langsung pergi yang keluar dari kamar Vano."Greesel ayo kamu makan dulu! Kamu sebelum makan sejak kembali tadi," ajak Asti yang terlihat menyiapkan makanan di meja makan. "Iya Bu," Greesel yang mengangguk dan menghampiri Asti. Greesel yang langsung duduk dan Asti mengambilkan nasi dan lauk dalam piring Greesel."Ibu sangat berharap suatu saat nanti suami kamu bisa bertemu dengan Ibu dan adik kamu," ucap Asti."Nanti kalau tidak sibuk, Greesel akan mencoba mengajak beliau dan semoga beliau mau," jawab Greesel yang memang tidak bisa menjanjikan apa-apa. "Apa jangan-jangan suami kamu memang sengaja tidak ingin datang ke rumah kita. Karena kondisi rumah kita yang seperti ini. Mengingat kamu menikah dengan orang hebat
Setelah mendapatkan pesan dari Adrian yang menyuruh untuk menemui dirinya di depan gang rumah Greesel. Akhirnya Greesel berpamitan dengan orang tuanya. Greesel yang langsung menemui Adrian dalam keadaan hujan-hujan deras dan juga angin yang kencang sampai membuat payung Greesel hampir saja terbang. Untung saja tenaga Greesel masih sangat kuat.Sementara Adrian yang berada di dalam mobil bersandar di jok mobil sembari memijat-mijat kepalanya dengan mata terpejam. Mata Adrian terbuka dan melihat dari kaca spion. Bagaimana Greesel yang berlari yang kesulitan membawa payung itu.Adrian yang tidak tinggal diam yang buru-buru membuka sabuk pengamannya dan langsung keluar dari mobil tanpa menggunakan payung sama sekali. Avian berlari menghampiri Greesel.Payung di pegang Greesel yang ingin terbang membuat Greesel panik dan menahan dengan kuat. Tetapi terlihat tenaganya yang sudah mulai habis yang hampir saja payung itu terbang dan tidak jadi. Karena ada sebuah tangan yang memegangnya dan sia
Adrian yang semakin menjadi-jadi dan bahkan dengan sengaja membuat jok mobil itu mundur yang membuat posisi Greesel jauh lebih nyaman dan mempermudah dirinya.Ciuman Adrian yang sudah berpindah ke leher jenjang Greesel dengan memberikan tanda kepemilikan di sana. Greesel hanya memejamkan mata yang pasrah dengan apapun yang dilakukan Adrian yang semakin liar menyentuh tubuhnya.Greesel bisa merasakan suaminya itu sedang dipenuhi dengan gairah. Jadi Greesel hanya pasrah. Gigitan kecil di daun telinga Greesel yang mampu membuat tubuh Greesel merinding yang lagi-lagi hanya merasakan getaran yang tidak dapat dia mengerti."Tu-tuan tunggu!" cegah Greesel yang mendorong sebuah Adrian membuat Adrian menghentikan permainan tersebut.Ditengah gairah yang semakin menjadi-jadi, bisa-bisanya Greesel membuat ulah. Tatapan mata Adrian yang penuh gairah dan sangat sayu yang tampak kecewa dan ingin marah dengan permainan yang dihentikan begitu saja dan nafasnya naik turun. Greesel sampai begitu takut
Akhirnya Adrian menuntaskan hasratnya pada Greesel. Adrian yang menjadi orang pertama yang menyentuh Greesel. Adrian bisa dikatakan sangat beruntung karena wanita yang menjadi istrinya belum pernah dijamah oleh laki-laki lain dan mungkin karena Adrian juga memang tidak pernah menjamah wanita manapun. Jadi dia wajar mendapatkan seorang wanita yang belum pernah disentuh. Malam panas mereka berdua yang berakhir dengan semburan ribuan benih Adrian yang di saluran rahim Greesel dengan harapan. Jika Adrian pasti akan mengharapkan Greesel akan melahirkan keturunannya. Sesuai keinginan Adrian menikah dengan Greesel dan semua itu hanya untuk itu saja. Setelah melakukan malam panas itu. Greesel yang ternyata langsung membersihkan diri di kamar mandi. Greesel yang mandi yang pasti tidak lupa untuk keramas. Setelah mandi, Greesel yang hanya menggunakan jubah mandi berdiri di depan wastafel yang menatap dirinya di cermin. Greesel melihat bercak memerah di lehernya. Perbuatan siapa lagi j
Malam yang sudah terlewatkan dengan pasangan suami istri yang sudah sama-sama bangun. Meraka juga sudah kembali membersihkan diri masing-masing. Adrian yang sebelum itu menyuruh asistennya untuk membawakan pakaian ganti untuk Greesel. Karena memang sangat tidak mungkin Greesel pulang dengan kemeja Adrian.Greesel yang sudah selesai bersih-bersih menuruni anak tangga dengan memakai dress berwarna putih di bawah lututnya. Greesel yang terlihat tampak anggun dan sangat cantik dengan rambut yang dibiarkan digerai. Adrian yang ternyata berada di meja makan yang mendengar suara langkah kaki membuat Adrian menoleh kearah Greesel."Sebelum kembali sebaiknya kita sarapan dulu," ucap Adrian.Greesel menganggukkan kepala yang tetap saja terlihat sangat canggung dan begitu gugup."Kenapa masih berdiri di sana. Ayo cepat, Jangan membuatku terus menunggu," sahut Adrian yang membuat Greesel menganggukkan kepala dan langsung menghampiri Adrian. Mata Greesel melihat ke arah meja makan yang ada nasi
Akhirnya Dokter keluar dari ruangan oprasi."Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Adrian dengan panik."Alhamdulillah istri Anda baik-baik saja dan begitu juga dengan bayinya. Meski lahir secara prematur, tetapi sehat. Bayi tuan lahir tanpa kekurangan apapun dan sangat cantik," jawab Dokter."Alhamdulillah!" sahut semuanya dengan serentak yang merasa bersyukur dengan kabar baik yang diberikan Dokter."Lalu apa saya boleh menemui istri saya?" tanya Adrian."Kami akan memindahkan ke ruang perawatan sebentar. Jadi tuan mohon bersabar dan untuk bayinya masih dalam perawatan. Jadi untuk keluarga tidak boleh melihat secara keseluruhan, bergantian dan mengikuti prosedur," ucap Dokter."Baik Dokter," sahut Asti."Kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Dokter pamit. Mereka semua menganggukkan kepala."Alhamdulillah kondisi Greesel sekarang baik-baik saja," sahut Eyang."Adrian selamat akhirnya bayi kalian berdua lahir juga," sahut Gracia."Iya Adrian. Aku terus tenang dengan kehadiran baik
Akhirnya Adrian ke rumah sakit juga dengan sangat buru-buru dia memasuki rumah sakit tersebut mencari di mana ruangan sang istri yang sebelumnya sudah bertanya kepada Suster. Adrian yang tidak sendiri melainkan bersama Eyang. "Adrian, bukankah itu Ibu Greesel?" tanya Eyang dari kejauhan melihat hal itu."Iya Eyang. Ayo kita ke sana!" ajak Adrian dengan sangat buru-buru dan Eyang pun menurut yang mana mereka berdua langsung berlari. "Bu," sapa Adrian dengan panik."Adrian," sahut Asti."Bagaimana Greesel?""Apa yang terjadi sebenarnya?" tanyanya dengan penuh kepanikan."Greesel tadi jatuh di kamar mandi dan Ibu juga tidak tahu kenapa bisa terjadi seperti itu dan Greesel juga mengalami pendarahan ya membuat Ibu juga panik dan sampai sekarang Dokter belum keluar dari ruangan ICu," jawab Asti dengan sangat terbata-bata dan juga penuh dengan kekhawatiran. "Semoga saja Greesel tidak apa-apa," sahut Eyang.Asti hanya mengangguk saja. Eyang mencoba untuk menenangkan dengan merangkul bahu A
"Greesel sudah! kamu dengarkan saja apa yang dikatakan Gracia dan semua yang dikatakan Gracia adalah benar. Kamu seharusnya bersyukur dengan kehadiran Gracia saat ini yang masih ingin membantu kamu. Jadi sudahlah kamu akhiri rasa marah kamu dengan Adrian walau ini tidak mudah. Aku sudah lelah menjadi kambing hitam di antara kalian," ucap Elang yang ikut menambahi memberikan masukan. "Greesel gunakan hati nurani kamu dan aku yakin kamu sangat mencintai Adrian. Jadi jangan egois atau menghukum Adrian dengan sangat berlebihan. Aku yakin hubungan kalian berdua pasti akan baik-baik saja. Jika kalian berdua sama-sama mau belajar satu sama lain," ucap Gracia yang tidak henti-hentinya memberikan saran. "Kedatangan kami hanya ingin mengatakan itu saja dan terserah kamu mau menyimpan, mendengarkan atau meresapi apa yang kami katakan. Kamu memiliki hak atas segalanya," ucap Elang."Ayo Gracia kita pulang dan biarkan saja Greesel menentukan sendiri jalan apa yang dia pilih," ucap Elang."Baikla
Greesel yang berada di kamarnya yang terlihat membersihkan kamar. Krrekkk.Suara pintu kamar yang terbuka membuat Greesel menoleh dan melihat orang tersebut yang ternyata Asti."Ada kamu yang ingin bertemu dengan kamu," ucap Asti.Greesel menghela nafas yang melanjutkan kembali pekerjaan itu. "Kenapa harus mengatakan tamu agar Greesel pergi menemuinya," ucapnya."Apa maksud kamu Greesel. Bukan Adrian yang ingin bertemu dengan kamu tetapi ada dua orang dan Ibu tidak mengenalinya siapa. Dia mengatakan adalah teman kamu," ucap Asti yang membuat Greesel menelan salivanya."Teman!" tanyanya."Kamu sebaiknya coba lihat dulu. Ibu tidak mungkin berbohong kepada kamu," ucap Asti."Sebentar lagi. Greesel akan keluar," jawabnya.Asti menganggukan kepala dan langsung keluar dari kamar putrinya itu. "Teman! siapa yang ingin bertemu denganku?" tanyanya dengan kebingungan yang memang perasaan tidak memiliki teman selain teman kerjanya waktu di hotel. Greesel yang tidak ingin berpikir panjang yan
Karena hubungan Gracia dan Elang yang akhirnya membaik yang sekarang mereka berdua berada di dalam mobil dengan Elang yang menyetir.Elang beberapa kali terus saja curi-curi pandang pada gadis di sebelahnya itu yang takut saja kalau gadis itu tiba-tiba menghilang. Sementara Gracia yang tampak cuek saja. Elang yang tiba-tiba saja sudah menggenggam tangan Gracia membuat Gracia menoleh. Elang tersenyum dan mencium punggung tangan tersebut yang meletakkan di atas pahanya. Gracia respon dengan baik yang tersenyum dengan tingkah Elang yang sepertinya sangat bucin."Kamu sebenarnya ingin membawaku ke mana?" tanya Gracia."Kerumahku," jawab Elang."Untuk apa?" tanya Gracia dengan dahi mengkerut. "Aku ingin membawa kamu kepada Eyang dan akan meminta Eyang untuk menikahkan kita berdua," jawab Elang."Secepat itu?" tanya Gracia yang cukup kaget. "Memang kenapa? apa tidak boleh melakukan hal itu dan kamu masih ragu menikah denganku?" tanya Elang."Bukan seperti itu. Aku hanya merasa kalau Eyan
"Jadi jangn lagi terus membahas masalah ini dengan Elang. Dia tidak tahu apa-apa!" tegas Gracia yang membuat Adrian yang langsung terdiam."Pergi cari istrimu dan jangan kebiasaan main tangan!" ucapnya dengan kesal yang Benar-benar sangat muak dengan Adrian.Adrian yang tidak berbicara apapun langsung pergi dari hadapan Gracia dan sebelum itu dia melihatnya Elang terlebih dahulu.Gracia yang terlihat membuang nafas perlahan ke depan dan langsung menghampiri Elang."Kamu tidak apa-apa?" tanya Gracia dengan wajahnya yang terlihat sangat panik."Pergi begitu saja dan tidak meminta maaf terlebih dahulu. Seenaknya memukulku," kesal Elang."Sudahlah! kamu jangan membahas dia lagi," ucap Gracia yang akhirnya membantu Elang berdiri.Gracia dan Elang yang akhirnya duduk di salah satu bangku yang ada di dekat hotel. Gracia yang mengobati Elang."Apa masih sakit?" tanya Gracia yang membuat Elang menggelengkan kepala."Kamu kembali?" tanya Elang."Aku ada urusan," jawab Gracia."Jadi Greesel meny
Adrian hari ini ke hotel karena ada pekerjaan yang harus dia laksanakan. Karena Greesel memilih pergi dari rumah dan akhirnya acara yang sudah disiapkan Eyang tidak terjadi. Eyang tidak bisa melakukan apa-apa karena bukan lagi masalah pernikahan palsu yang direncanakan Adrian dan Greesel. Ini sudah menjadi urusan Greesel atas masa lalu kematian ayahnya yang melibatkan Adrian. Eyang sudah tidak memikirkan bagaimana rasa kecewanya telah ditipu oleh wanita yang sudah dianggap sebagai cucu sendiri. Dia hanya memberikan semangat kepada Adrian untuk menyelesaikan masalahnya dan dia juga berharap agar Greesel bisa kembali ke rumah dan berbicara dengannya. Tetapi apapun yang dilakukan Adrian ternyata tidak membuahkan hasil. Bahkan dia sudah pernah mencoba datang beberapa kali ke rumah Greesel dan Greesel yang tidak membiarkan dirinya untuk bertemu dengan suaminya. Asti juga tidak bisa melakukan apa-apa dan membiarkan Greesel dan Adrian yang menyelesaikan semua masalah mereka yang ter
Greesel yang sudah berada di rumah Asti dengan Greesel yang berada di atas sofa dengan kepalanya yang di pangkuan Asti. Asti mengusap-usap rambut Greesel yang mencoba untuk menenangkan Greesel yang berbaring di pangkuannya."Ibu tahu apa yang kamu rasakan sayang. Ini memang sangat tidak mudah. Tetapi semua ini sudah menjadi takdir. Tidak ada yang bisa mengubahnya," ucap Asti yang mencoba untuk membuat pengertian."Sejak tadi Greesel menceritakan apa yang terjadi. Ibu tidak bereaksi apapun dan bahkan tidak kaget. Apa jangan-jangan sebenarnya Ibu sudah mengetahui semua ini?" tanya Greesel memastikan."Ibu memang mengetahui apa kaitan Adrian dengan kematian Papa kamu. Saat itu Mama juga kaget dan berpura-pura untuk tidak mengetahuinya. Ibu mencoba mencari tahu dan sepenuhnya bukanlah kesalahan Adrian," jawab Asti."Bagaimana mungkin ini bukan kesalahan dia. Dia seorang bos yang memiliki pendidikan. Dia seharusnya bisa melihat di sekelilingnya, jangan mengambil keputusan atau bertindak de
Greesel yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang kembali memasukkan pakaian itu ke dalam koper dan bahkan dia sudah selesai melakukannya dan merasa dengan cepat dan menurunkan dari atas ranjang. "Greesel!" Adrian menghentikan istrinya saat ingin pergi. "Kita bisa membicarakan semua ini, aku bisa menjelaskan semua kepada kamu. Aku mohon beri aku kesempatan!" ucap Adrian."Tidak ada kesempatan untuk orang yang sudah menghancurkan hidupku. Kamu adalah laki-laki manipulatif yang pernah aku kenal. Kamu sangat jahat Adrian!" tegas Greesel yang langsung menjatuhkan tangan Adrian begitu saja dan Greesel yang langsung pergi "Greesel tunggu!" Adrian yang tidak mungkin membiarkan Greesel dan langsung menyusul dengan Greesel yang bersusah payah membawa kopernya menuruni anak tangga. "Greesel! aku tidak akan membiarkan kamu pergi kemanapun!" tegas Adrian yang menghalangi jalan Greesel yang sudah berada di bawah anak tangga dengan kedua tangannya yang merentang. "Kamu minggir dari hadapanku sek