Reyna dapat bernapas sedikit lebih lega ketika tak menemukan siapapun di dalam ruangan tersebut. Ia memang sudah biasa menemani Andreas kemanapun karena dirinya memang seorang sekretaris utama dari bosnya. Namun ketegangan saat ini lebih terasa ketika kini dirinya telah berstatus sebagai istri dari bosnya yang mana sedang berkunjung ke salah satu kerabat dekat dari Andreas.“Andreas,” ucap seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan yang kini tengah mereka tempati. Reyna menoleh ke sumber suara yang tak lain dari seorang pria paruh baya. “Kakek,” ucap Andreas sembari memberi salam hormat ala Jepang yang segera diikuti oleh Reyna saat itu. “Ini istrimu?” ujar Kakek seraya menatap Reyna yang tersenyum manis padanya. Andreas menaikan satu alisnya. “Jangan menatapnya begitu jika Kakek tidak ingin istriku melarikan diri,” ujar Andreas pada sang Kakek yang berdehem. Andreas kini nampak duduk dengan santai, berbeda dengan Reyna yang kini masih terlihat cukup tegang dibuatnya. “Kenap
"Satu hal lagi Andreas, jangan biarkan cinta memenuhi pikiran dan hatimu. Kamu harus belajar untuk tetap membatasinya, ciptakan bentengmu sendiri,"Andreas terus memikirkan ucapan sang Kakek, jika Kakek berani mengatakan hal seperti itu padanya lalu untuk apa lelaki tua itu memintanya untuk menikah dan memiliki anak. "Apa mungkin Kakek tidak ingin nasibku sama seperti dirinya yang ditinggalkan Nenek?" gumam Andreas sendirian membuat Reyna yang sedari tadi bermain ponsel mulai melirik pria tersebut. Andreas mengode Reyna dengan jemari tangannya untuk mendekat padanya, alhasil wanita itu mendekati Andreas. “Ada yang ingin ditanyakan, wajahmu seperti menyimpan banyak pertanyaan,” ujar Andreas pada Reyna yang menggeleng. “Ah, apa Kakek Bapak menyukai saya atau kebalikannya beliau malah membenci saya?” tanya Reyna pada Andreas yang menggelengkan kepala. “Dia sangat menyukaimu,” ucap Andreas. Reyna memgangguk sedangkan Andreas terlihat menatap bibir wanita di hadapannya dengan intens.
Kini Andreas yang bergantian berteriak karena tangan kanan Reyna yang nampaknya sengaja meremas batangnya di bawah sana.Akan tetapi Andreas tak mempermasalahkan hal tersebut dan malah menyukainya. “Ah!” lenguh Andreas ketika Reyna terlihat menyusupkan jari telunjuknya dimulut Andreas. Andreas yang diperlakukan begitu malah tertawa senang dan menyedot jari milik Reyna tersebut. “Mngshddhsh!” lenguh Andreas membuat Reyna menggigit kecil bibirnya. Beberapa detik setelahnya Andreas mengeluarkan jemari Reyna dari mulutnya dan menggantinya dengan lidah miliknya. “Mngsslrrppomnshrrp,” lenguh Reyna saat lidahnya dikulum suaminya. Di tengah ciuman tersebut Andreas membuka bajunya lalu bergantian dengan baju yang digunakan Reyna. “Mngshmngsh,” lenguh Reyna ketika tangan Andreas meremas dada kiri wanita di hadapannya.Andreas berdiri masih dengan celana yang menutupi bagian bawah tubuhnya, lalu dirinya membawa Reyna untuk berjalan hingga ke dekat pintu ruangan tidur mereka. “Pak Andreas,” pa
“Ah!” lenguhan Reyna semakin kencang yang pastinya bercampur dengan lenguhan Andreas sore hari ini. Reyna memejamkan matanya memcoba menahan diri untuk tidak tetap mengeluarkan desahannya, namun gerakan pinggul Andreas yang pelan namun terasa intens membuatnya tak dapat memelankan lenguhannya. Suara langkah kaki terdengar dari luar namun Andreas tetap tidak berkutat untuk kembali memasukan tubuh mereka ke dalam kamar. Pria itu malah terlihat terlalu menikmati percocok tanamannya dengan istri kontraknya. “Ah Reyna!” lenguh Andreas yang terlihat merem-melek. “Pak mngshsh! Ah! Pak Andreasmmagsh!” lenguh Reyna seraya menatap wajah tampan Andreas yang berada di hadapannya persis. “Sudah lelah, apa pinggangmu terasa sakit karena terus berdiri?” tanya Andreas pada Reyna yang menggelengkan kepalanya. Andreas mengecup bibir Reyna beberapa kali hingga wajahnya yang sudah memerah semakin memerah dibuat pria itu. Merasa akan ada yang lewat Andreas dengan perlahan membawa tubuh Reyna ke bel
Andreas menelan salivanya seraya tak sadar bahwa dirinya kini sudah mulai menggerakan tangannya tepat di atas juniornya yang sudah basah itu. "Haaah," lenguh Andreas yang terlihat tidak dapat memalingkan pandangannya dari godaan yang Reyna berikan padanya saat ini.“Ah! Mngshshauhhfuckmngh Reyna!” lenguhan Andreas tak dapat dibendung lagi sembari dirinya terus memainkan juniornya dengan tangannya. Reyna menelan salivanya ketika kedua matanya melihat dengan jelas bosnya yang tengah terengah-engah seraya memandangi dirinya. Reyna meremas salah satu buah dadanya di hadapan Andreas, wanita itu merem-melek dibuatnya karena tatapan Andreas yang sangat mematikan yang di dalamnya terdapat napsu dan hasrat yang mendalam. “Uh! Pak Andreas! Ah!” lenguh Reyna tak tertankan ketika terus memperhatikan pria di bawah guyuran air tersebut yang juga terus mendesahkan namanya. Tangan Reyna yang satunya wanita itu bawa semakin ke bawah hingga menyentuh bibir buah plumnya. “Ah!” lenguh Reyna sembari
Reyna menelpon dokter Ken di malam hari ketika Andreas masih belum berada di dalam kamar mereka. “Halo Dokter Ken,” sapa Reyna ketika Ken baru saja mengangkatnya. “Maaf menganggu di pagi buta, tapi ada satu hal yang ingin saya tanyakan tentang Pak Andreas,” ujar Reyna membuat Ken berdehem. “Tidak masalah, kamu tahu jam tidur seorang dokter tak menentu. Kamu bisa menelpon saya kapan saja selama saya masih mengangkatnya,” ujar Ken. Reyna mengangguk. “Begini Dokter, apa semasa kuliah dahulu. Teman Pak Andreas hanya Dokter Ken dan Bu Clara saja?” tanya Reyna membuat Ken tak terdengar mengatakan sepatah katapun saat ini. “Saya ingin bertanya tentang seorang wanita yang sempat dekat dengan Pak Andreas juga pada saat kuliah dulu,” ucap Reyna ketika lama tak mendapatkan jawaban. Ken yang mendengarnya nampaknya menahan napas disebrang sana. “Saya tidak bisa mengatakan apalagi menjelaskannya lewat telepon, ceritanya terlalu rumit dan saya merasa tidak bisa membohongi Bu Reyna,” ujar Ken.
Reyna duduk di sebelah Andreas persis, wanita itu juga mencoba mencuri pandang pada pria yang mungkin masih marah dengannya. Reyna tahu bahwa dirinya sudah keluar batas bahkan melanggar isi dalam kontrak perjanjian mereka. Sedangkan sang Kakek terlihat memperhatikan keduanya yang saling diam dan nampaknya mengerti bahwa sedang terjadi masalah di antara keduanya. “Silahkan dimakan,” ucap Kakek pada kedua orang di hadapannya.Makan malam tersebut terasa sangat sepi untuk Reyna, dan untungnya berjalan dengan baik-baik saja sampai selesai makan. “Saya izin untuk ke kamar duluan karena sudab merasa kantuk,” ujar Reyna sebelum akhirnya pergi dari sana meninggalkan Kakek dan cucunya disana. Di dalam ruangan makan, sang Kakek terus menatap Andreas dengan pandangan yang tajam. Sebelum akhirnya memukul kepala cucu laki lakinya itu dengan sangat keras hingga Andreas melenguh kesakitan. “Kakek!” kesal Andreas, konon sudah lama Andreas tidak merasakan pukulan tersebut. “Apa yang kamu lakukan p
Reyna memasuki kamarnya kembali namun ia dengan jelas melihat tubuh Andreas yang sudah nampak tertidur di sisi kiri kasur mereka. Reyna sampai harus mengucek mata berkali-kali untuk memastikan apakah dia tidak salah lihat. “Apa benar itu Pak Andreas?” pikir Reyna seraya berjalan perlahan mendekati kasur, namun saat sudah semakin dekat Andreas malah membalikan tubuh membelakanginya. Reyna merasa tidak masalah sama sekali asalkan pria itu tak berubah pikiran untuk pergi dari dekatnya saat ini. Reyna tanpa sadar mengelus perutnya perlahan sembari menatap tubuh Andreas. Dengan perlahan Reyna tidur di samping Andreas setelah berhasil mematikan lampu. Reyna nampak tak berhenti tersenyum saat menatap tubuh bagian belakang Andreas. Reyna juga mulai menarik selimut tebal untuk menutupi tubuhnya juga Andreas bosnya. “Selamat malam,” gumam Reyna sebelum akhirnya tertidur tepat bersebelahan dengan Andreas. Mendengar dengkuran Reyna, mata Andreas nampak terbuka perlahan. Andreas ternyata sed