Share

58. Amukan Mario

Penulis: Rumaika Sally
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-28 09:18:29

Sret! Sret!

Mario menyobek kertas berisi rancangan idenya lalu melemparnya ke tempat sampah.

Andy yang sudah bekerja sejak lama dengan Mario dari Mario masih di kantor lama itu diam saja. Walau sebenarnya ia tak mengerti juga perubahan emosi atasannya itu yang makin menjadi-jadi saja setelah istrinya meninggal.

Mario yang dulunya penyabar berubah menjadi temperamen dan gampang marah. Ia juga gampang tersulut dan tidak sabaran.

Siska sang sekretaris yang baru bekerja belum lama dengannya kadang tampak merasa tertekan dan tak kuat dengan sikap Mario yang mudah meledak-ledak ini. Ia selalu menciut dan berdiri dengan gemetar saat Mario mulai terlihat emosi.

Seperti hari ini. Siska begitu pucat saat Mario mengamuk karena ia salah mengambilkan dokumen yang dimintanya. Mario jadi emosi dan melempar dokumen itu ke lantai, membuat Siska makin ingin menangis.

Mario tahu ia menjadi begitu temperamen dan kasar. Ia tahu ada yang salah dengan dirinya, tapi ia tidak tahu harus memperbaiki dari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   59. Bunga Permintaan Maaf

    "Ya. Bunga. Biasanya kan hanya dikirim saat perayaan tertentu seperti saat ulang tahun, anniversary pernikahan, atau hari spesial. Tapi apa salahnya kirim bunga di hari biasa? Pasti istri Bapak akan suka." Siska kembali meyakinkan walaupun sebenarnya ia sendiri tak yakin. Mario memijit-mijit dahinya lalu ia kembali menatap Siska dan berkata dengan yakin. "Oke. Kamu pesenin bunga ke Florist. Bunga... Aduh! Apa ya yang dia suka. Saya nggak tahu yang dia suka. Bunga yang paling bagus pokoknya. Kamu pikihlan. Kamulah yang ngerti. Kamu kan sesama perempuan. Nanti kirim ke alamat rumah saya," ucap Mario. "Kartu ucapannya, Pak?" tanya Siska. Mario lagi-lagi terdiam seperti robot rusak. Surat? "Mmm, nanti saya kasih kamu. Ingat! Jangan dibuka! Jangan dibaca! 10 menit lagi kamu ke sini untuk ambil suratnya," ucap Mario. Siska mengangguk lalu ia mengusap bulir-bulir keringat dingin di dahinya dan berlalu pergi. Tapi baru be

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   60. Sebuket Mawar

    Siang itu Milena tidur siang di kamarnya. Seperti biasa, untuk mengusir rasa kesepiannya ketika bayinya tidur, Lisa menyibukkan diri dengan tanaman-tanaman. Ia tampak sedang memotong daun anggrek di area depan rumah. Matanya langsung melongok ke arah pagar begitu mendengar suara mesin mobil mengklakson. Mbak Asti berlari-lari dari arah dalam rumah untuk membukakan pintu. Masih dengan memegang gunting daun, Lisa tampak menatap ke arah mobil. Ia mengira itu Mario. Kenapa ia pulang siang-siang begini? Tidak biasanya, batinnya dalam hati. Tapi ternyata yang datang hanya mobilnya saja. Yang keluar dari dalam mobil itu hanyalah Andy. Lisa tentu tahu siapa Andy. Andy sering ke rumah karena urusan kantor. Andy adalah tangan kanan Mario, orang yang ia percaya. Andy bilang Mario masih di kantor dan sedang sibuk. Lalu ia ke sini untuk mengantarkan bunga dari Mario. Asti yang baru membukakan gerbang itu tampak melirik penasaran ke arah Lisa. Ia ingin tahu apakah nyonya rumahnya itu terkesan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   61. Surat yang Manis

    "Dear Lisa, Maaf untuk hari-hari sulit 6 bulan ini karena sikapku yang tak mengenakkan. Aku telah berubah menjadi monster yang gampang tersulut amarah dan mudah meledak. Aku hanya belum siap. Aku hanya butuh waktu. Beri aku kesempatan untuk mengenali diriku sendiri, untuk mengendalikan sikapku, dan membuka diri. Jangan pergi kemana-mana. Tetaplah duduk di taman bersama Milena saat aku pulang kantor. Tetaplah menyapaku di bawah matahari hangat itu ketika aku hendak berangkat ke kantor. Pikiranku memikirkan banyak hal. Dari masa lalu, saat ini, hingga yang belum terjadi. Aku hidup dalam kecemasan, ketakutan. Begitu penuh dan sesak isi kepalaku hingga kadang aku tak tahan dan meledak. Maaf. Percayalah, di antara sesaknya pikiranku, aku memikirkan kalian. Kamu dan Milena. Beri hatimu yang luas pintu maafnya ini untuk memberiku kesempatan bicara. Berdua saja. Malam, setelah Milena tidur. Aku ada di bangku taman tempatmu biasa duduk menimang Milena." -Mario-***Lisa mencoba menahan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   62. Saling Tunggu

    Mario menatap jam tangannya dengan gelisah. Hari beranjak makin sore dan sudah seharusnya ia pulang. Kalau Lisa membaca suratnya, seharusnya Lisa akan menunggunya nanti malam setelah Milena tidur. Mario harap ia tidak terlambat pulang dan jalanan tidak macet agar bisa sampai rumah tepat waktu. Tapi ternyata meeting ini berjalan panjang. Timnya membawa isu penting perusahaan dan diskusi panjang untuk campaign perusahaan mereka bulan depan yang sudah harus segera disusun. Mario memang gila kerja semenjak Risa meninggal. Dia membunuh waktu dan hari-harinya di kantor agar tidak terlalu memikirkan semua masalah yang membuat dia trauma itu. Ia juga lebih suka terus bekerja di kantor dan pulang malam-malam agar tak sering melihat anak itu. Marsa alias Milena. Mungkin Mario sudah terlalu lelah untuk lari dan ia sadar tindakannya itu salah. Lalu ketika ia ingin mencoba memperbaiki semua dan bicara pada Lisa, pekerjaan kantor justru menghambatnya. Mario terlena oleh waktu. Apalagi timnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   63. Ya, Aku Mau!

    Mario yang sedang melamun langsung menoleh ke belakang. Wajahnya yang murung langsung berubah menjadi penuh senyum. Dilihatnya Lisa dengan gaun tidurnya yang berwarna putih itu berdiri di depan pintu dengan segelas air putih dingin di tangannya. "Kamu terbangun?" tanya Mario yang masih sambil terus menoleh. Tangannya yang satunya ia rentangkan di sandaran kursi taman itu. Lisa mengangguk dan berdehem dengan gugup. Awalnya ia ragu, apakah ia harus berbasa-basi saja lalu kembali ke kamar? Atau dia berjalan saja ke arah Mario lalu duduk di sampingnya? Tapi rupanya Lisa memilih opsi kedua. Ia berjalan ke arah taman dan Mario langsung dengan spontan menggeser duduknya agar Lisa bisa duduk di sampingnya dengan nyaman. Hening. Hanya suara air mancur dan angin malam yang bertiup pelan. Keduanya sama-sama bingung siapa yang harus duluan memulai bicara. Lisa bingung karena malu akibat teriakannya kemarin waktu mereka bertengkar. Sedangkan Mario terlalu gengsi untuk memulai. Tapi Mario

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-03
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   64. Orchard Mall

    Pagi itu Lisa sedang menyuapi Milena di taman depan saat dilihatnya Mario keluar dari pintu utama. Alisnya mengernyit. Kenapa jam segini Mario masih terlihat dengan baju santainya? Kenapa ia tak memakai baju kantor? Mario tersenyum ke arahnya seolah tahu apa yang ada di pikiran Lisa. "Aku cuti. Nggak ngantor hari ini," ucap Mario lalu ia berjalan mendekat ke arah Lisa dan Milena. Cuti? Ya ampun berbulan-bulan pria gila kerja itu ke kantor setiap hari, bahkan weekend. Dia sakit pun tetap nekat masuk dengan dalih sakit ringan saja. Apa yang terjadi padanya? Cuti? Mario menarik kursi satu lagi dan duduk di dekat mereka. Semenjak Lisa pindah ke rumah ini dan resmi mengurus Milena, baru kali ini Mario berjarak sedekat ini dengan mereka. Biasanya kalau Milena sakit atau ada dokter yang datang ke rumah, ia hanya akan berdiri di depan pintu. Hanya interaksi sekedar bertanya apa anak itu baik-baik saja lalu ia naik lagi ke kamarnya. Menyentuh pun tak pernah sama sekali. Lalu sekarang?

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   65. Jarak yang Begitu Dekat

    Daniel mengatur loadspeaker ponselnya menyala agar ia bisa mengangkat telepon sambil membuka lemari pakaiannya untuk mengambil baju. Maklum, setelah pemulihan patah tangan kirinya belum sempurna, ia cedera parah lagi karena jatuh. Dan cedera itu makin parah lagi ketika Daniel kabur dari rumah sakit setelah operasi karena mendengar Risa meninggal. Di makam itu, Mario memukulnya karena emosi. Ia kembali ke rumah sakit dengan kondisi kacau. Setelah itu tangannya yang dokter bilang bisa pulih lagi seperti semula, jadi mati sebelah, alias tidak bisa digerakkan lagi. Sekilas ia tampak normal saja, seolah-olah posturnya tetap tampan sempurna, punya dua tangan yang gagah. Tapi pada kenyataannya, hanya tangan kanan saja yang bisa ia gunakan dengan maksimal. Tangan kirinya hanya menjuntai seperti tulang tak berguna. Menyetir ia jelas tak bisa lagi. Bahkan untuk aktivitas sederhana macam mengangkat telepon sambil memilih-milih baju ia tak bisa. Makannya ponselnya ia geletakkan di meja semen

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   66. Prioritas

    Sang sopir melirik ke arah belakang dengan bingung. Tujuan sudah sampai, mesin mobil juga sudah dimatikan, tapi kenapa tuannya ini tidak segera turun? "Sebentar, Pak. Tahan. Tunggu," ucap Daniel dengan wajah tegang. Jantung Daniel langsung berdegup bertalu-talu. Tangannya langsung berkeringat dan mengepal. Pemandangan beberapa meter di depannya sungguh membuat ingatan yang ingin ia kubur dalam-dalam itu kembali lagi. Dilihatnya Mario sedang membuka bagasi belakang mobilnya dan mengambil stroller bayi yang terlipat itu lalu membukanya. Dan dari kursi penumpang, keluarlah seorang perempuan yang ia kenali sebagai adik Risa. Ya, ia ingat. Itu wanita yang sama yang ia ditemui di pemakaman. "Itu Lisa. Dan yang digendong berarti... Marsa. Anakku...," bisik Daniel dalam hati. Setelah cederanya divonis dengan berat tidak bisa pulih lagi, Daniel resign dari kantor dan menghilang. Mario mengira ia pengecut dan senang akan fakta itu. Padahal Daniel berobat. Orang tuanya memaksanya melarikan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06

Bab terbaru

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   86. Jalan Pulang

    Mama Aryo tampak menatap putranya dengan wajah sedih. Ia tahu hidup putranya pasti tidak baik-baik saja selama kabur di luar sana. Tapi mungkin ia masih terlalu terkejut begitu tahu ternyata Aryo separah ini. "Siapa, Yo?" Perempuan tua itu menatap putranya yang sedang mengecek ponsel. Aryo diam saja. Ia hanya menatap mamanya dengan tatapan terkejut. Kemudian ia menoleh lagi ke arah ponselnya. [[ "Test!" ]] Lalu dua menit kemudian saat mungkin Bisma tahu nomor Aryo masih aktif, Bisma langsung mengirim pesan singkat lagi. [[ "Aryo, ini Bisma." ]] Lalu belum sempat kekagetan Aryo hilang, Bisma tiba-tiba saja sudah menelpon. "Ma. Bisma nelpon, Ma." Aryo langsung menatap mamanya lagi. Sungguh sejak pulang ke rumah lagi, pria bertato dan berwajah seram itu tampak seperti menjadi anak mami. "Angkat, Yo. Angkat." Mama Aryo malah yang lebih antusias. Aryo menatap ponselnya dengan ragu. "Tapi aku mau ngomong apa, Ma? Dia pasti nanyain Lisa. Dia pasti nyari Lisa. Dia minta aku jaga

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   85. Pesan dari Nomor Tak Dikenal

    Aryo menatap sosok itu. Sahabat semasa sekolah, teman sesama pelariannya saat diusir dari rumah, sekaligus orang yang ingin ia maki-maki saat ia kabur menghilang. "Iya, kan? Itu Bisma bukan, sih? Ternyata dia jago nyanyi juga. Eh, dia lolos loh. Berarti di tayangan minggu dia ada lagi." Mama Aryo berkata dengan antusias. Ya, sejak lumpuh karena stroke, satu-satunya hiburan mamanya adalah menyaksikkan acara televisi. Dan Aryo selalu mendampinginya karena semua orang di rumah ini sibuk bekerja. Aryo tahan kupingnya. Ia tak peduli disindir pengangguran numpang tidur dan makan. Ia pulang karena mamanya. Itu saja. "Yo? Aryo? Kamu kenapa? Kok kayak ketakutan gitu?" Mama Aryo menoleh. Dengan tangannya yang sedikit tremor dan sulit digerakkan, perempuan tua itu berusaha menepuk pundak putranya. Aryo menoleh dan berusaha bersikap biasa saja. Padahal dalam hati ia sangat syok. "Nggak papa kok, Ma." Aryo menjawab singkat. "Aryo, bukannya kamu pernah cerita ya. Waktu kamu kabur dari rumah

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   84. Kemunculan Bisma

    Mbak Asti sampai mematikan setrikanya. Ia berjalan menghampiri nyonya rumahnya yang tampak syok menatap layar televisi. "Bu Lisa?" Mbak Asti mengguncang pelan tangan Lisa. Lisa terhenyak. Ia lalu menoleh dan tersadar. Milena yang ia abaikan di gendongannya ia peluk. "I--iya, Mbak. Aku, a--aku ke luar dulu, ya. Mau ambil minum buat Milena." Lisa beralasan lalu ia kabur pergi. Mbak Asti tampak bingung. Ia menyalakan kembali setrikanya sambil melihat ke layar televisi. "Perasaan nggak ada yang aneh di TV. Kenapa bu Lisa lihatin TV sampai sebegitunya?" Mbak Asti menggumam bingung. Oh, andai Mbak Asti tahu. Lisa menangis karena kekasih yang dulu kabur dari tanggung jawabnya itu muncul lagi di televisi sebagai peserta audisi pencarian bakat dan memperkenalkan diri sebagai pria lajang. Lisa mengusap air matanya yang menetes. Milena si bayi polos menatapnya dengan mata beningnya itu. Tangan mungilnya meraba pipi Lisa yang penuh air mata. Lisa menatap Milena dengan senyuman tapi matany

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   83. Janji Bisma

    Layar televisi di depan Lisa masih menyala. Sementara layar televisi yang menayangkan program yang sama di depan Bisma dimatikan dengan kasar. Sang mentor melempar remote control ke sofa. Bisma duduk duduk di kursi kayu dengan kikuk. Mentornya tampak mondar-mandir dan kelihatan seperti sedang berpikir keras. "Lihat barusan? Waktu kamu audisi, cukup oke. Tapi sekarang beda. Kamu akan tampil di panggung besar. Tidak bisa kita pakaikan kamu jaket jeans lusuh ini lagi." Si mentor berkepala botak itu menjelaskan dengan berapi-api. Bisma diam saja. Ia punya mimpi jadi penyanyi, albumnya meledak, lagu-lagunya menjadi hits. Tapi baru masuk industri televisi untuk ajang pencarian bakat penyanyi begini saja mentalnya drop. "Kamu kurang, Bisma. Kurang apa ya. Kurang menjual. Tampang oke, suara oke, tapi gaya kamu kurang bad boy. Target pasar kamu cewek-cewek. Kamu nurut ajalah sama saya. Potong rambut, ubah semua. Saya akan bangun persona baru kamu. Gaya bicara kamu ini juga... Arghhh! Kur

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   82. Bisma New Idol

    Pagi itu Lisa bangun dengan hati yang lebih ceria. Ia mandi cepat-cepat dan membangunkan Milena. Rasanya melakukan aktivitas apapun di pagi ini, selalu ada Mario yang mengisi setiap jengkal pikirannya. Ya, sejak malam tadi Mario jadi punya posisi penting di hatinya selain Milena. Seperti ada kesepakatan tak tertulis. "Oke, mulai sekarang kita saling membuka diri dan membebaskan hati kita, kemana pun hendak berlabuh. Pelan-pelan." Begitulah kira-kira. Lisa menatap penuh cinta pada Milena yang terbangun dengan bibir manyunnya. Sungguh sangat lucu. "Papa katanya mau ke kantor pagi ini, Sayang. Ayo kita sapa," ucap Lisa sambil menggendong Milena keluar dari kamar. Dan benar saja, ketika ia membuka pintu Mario sudah berada di anak tangga terbawah. Pria berpakaian rapi itu menatapnya sambil tersenyum. "Selamat pagi kesayangan Papa," sapa Mario yang membuat hati Lisa sedikit tersipu. Kesayangan Papa? Siapa yang ia maksud? Ya tentu Milena, lah. Tapi entah kenapa Lisa merasa kata-kata

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   81. Meyrika dan Daniel

    Lisa membisu. Sungguh pertanyaan yang sulit. "Sorry. Pertanyaan ini mungkin membuatmu bingung. Pernikahan ini awalnya untuk pengukuhan status Milena sebagai anak kandungmu. Tapi kurasa, akhir-akhir ini..." Mario tak bisa melanjutkan kata-katanya. Lisa masih diam saja, tapi hatinya berdebar. Ia sedang menunggu. Mario ingin bilang apa? Kalau perasaannya tumbuh untuknya? Sejujurnya, Lisa juga merasakan hal yang sama. "Lis, aku tahu kamu tak nyaman soal ini. Tapi aku merasakan perasaan yang lain untukmu. Sedikit demi sedikit. Rasanya berbeda. Aku ingin kamu di sisiku bukan sebagai ibu susu Milena saja, tapi aku ingin kamu jadi istriku yang sesungguhnya." Kata-kata itu keluar dari mulut Mario dengan susah payah. Lisa menatap mata bening yang tulus itu. Mario langsung gugup ditatap seperti itu. Ia tertunduk. Ingin rasanya ia ungkapan perasaannya bertahun-tahun yang lalu. Soal Lisa yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Soal surat yang salah alamat. Lalu ketika Risa lah

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   80. Di Bawah Rembulan

    Mario lalu turun dari panggung. Entah kenapa semua undangan bertepuk tangan dengan meriah. Sebagian dari mereka mungkin merasa tersindir karena ucapan Mario begitu menohok. Dan sebagian lainnya merasa puas karena menganggap Mario keren. Ia dengan berani mengakui pernikahan keduanya dan membela istrinya yang terus digunjingkan dengan tuduhan yang tidak-tidak. Harus diakui, Mario sangat gentelmen. Daniel menarik nafas panjang. Ia tak menyangka Mario akan seberani ini mengungkap rumah tanggannya. Ya mungkin memang benar ia lelah digosipkan. Tapi soal anaknya dengan Risa yang diadopsi dan sekarang ia merawat anak tirinya dari Lisa cukup mengejutkan juga. Mendengar fakta itu diungkapkan ke publik membuat Daniel makin yakin. Mario tidak bohong. Harapannya untuk memeluk putrinya lagi pupus sudah. Dulu ia pikir ia tetap bisa menyayangi anak itu dari jauh. Melihatnya di rumah Mario. Oh, ternyata tidak. Lamunan Daniel dan kesedihannya langsung hilang ketika Meyrika menyentuh pundaknya. Da

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   79. Presdir Pengganti

    Mario mengucapkan sepatah dua patah kata di atas panggung. Lisa tampak menatapnya dengan bangga di belakangnya. Ia berdiri di samping Pak Gunadi. Mario tahu hal ini akan segera terjadi. Pak Gunadi sudah mengisyaratkan kalau suatu hari nanti ia akan menyerahkan tanggung jawab perusahaan sepenuhnya padanya. Tapi Mario tidak menduga Pak Gunadi akan mengumumkannya secara resmi malam ini. Oh, begitu cepat. Ia pikir akan setahun atau dua tahun lagi. Mungkin lelaki tua itu sudah lelah dan ingin beristirahat saja, mengingat kondisi kesehatannya menurun sangat jauh dari tahun ke tahun. "Istriku meninggal karena kanker. Hal itu membuatku sadar, kalau berapapun harta yang kita punya tidak akan bisa membeli nyawa. Tapi untuk memperpanjang dan membeli sedikit waktu, masih bisa. Aku tahu kamu tidak obsesif untuk soal harta, Mario. Kita dibesarkan oleh keluarga angkat. Kita sama-sama anak yang terbuang. Kamu juga mulai dari nol. Kamu tahu cara menghargai proses. Jangan kecewakan saja. Kamu suda

  • Iparku Menjadi Ibu Susu Anakku   78. Rasa Iri Luar Biasa

    Setelah Daniel bilang "iya" pada ajakan menginap di tempatnya, wanita bergaun putih itu tak henti-hentinya tersenyum. Daniel bisa merasakan energi Meyrika yang makin bertambah. Apalagi ketika menggandeng dan memperkenalkannya pada teman-temannya di pesta. "Mey, soal menginap, apa kau yakin?" Daniel berbisik saat tubuh mereka merapat saat menikmati musik. Mey menatapnya dengan bingung. "Ya, aku yakin. Kenapa? Tenanglah, aku tinggal sendiri. Aku sudah 35, Daniel. Orang tuaku tak akan ikut campur. Mereka di luar negeri." Daniel tampak makin bingung. Sejujurnya ia panik sekarang. Ketika bilang iya tadi, ia hanya spontan saja. Mengiyakan ajakan menginap tentu sudah jelas arah dan tujuannya kemana. Mereka sudah sama-sama dewasa. Toh dulu kurang liar apa kehidupan percintaan Daniel dengan Risa yang sudah bersuami. "Mey, sejak kecelakaan dan kondisiku begini, aku tak pernah lagi..." "Sttt!" Mey meletakkan telunjuknya di bibir Daniel lalu ia tersenyum. Daniel membeku. Ia tahu Mey seriu

DMCA.com Protection Status