Share

Chapter 15 - Merasa Bingung

Auteur: Nabila Irawan
last update Dernière mise à jour: 2022-11-10 23:29:19

“Maaf…”

Tampaknya keterdiam Gina membuat Darren tidak nyaman, jadi ia mengucapkan kata maaf itu dengan harapan Gina akan memaklumi perkataannya.

“Bagaimana pun, alasan kita berpisah dulu bukan karena udah nggak saling cinta. Maaf, karena harus tinggalkan kamu dan nggak bisa temani kamu saat kamu sedang berduka.”

Iya, Darren adalah mantan pacar Gina 4 tahun lalu, tepatnya ketika ia masih mengenyam pendidikan sarjana. Mereka terpaksa berpisah karena Darren mendapatkan beasiswa magisternya ke luar negeri, sementara Gina sendiri tidak bisa berada dalam hubungan jarak jauh.

Komunikasi masih sering mereka lakukan. Namun ketika kedua orang tua dan kakak Gina meninggal, Gina menghilang bak ditelan bumi. Darren sama sekali tidak bisa menghubungi Gina meski ia sudah bertanya hampir pada semua orang yang Gina kenal.

“Itu sudah lama, Kak. Sekarang, aku baik-baik aja. Nggak perlu minta maaf,” tutur Gina. Ia tidak ingin menggali luka lama yang sudah ia kubur dalam-dalam. Lagipula, sekarang sudah ad
Chapitre verrouillé
Continuer à lire ce livre sur l'application

Related chapter

  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 16 - Cuti

    Pagi ini Gina memutuskan untuk kembali memasakkan sarapan untuk Endra terlepas dari sang suami yang sebenarnya tidak meminta. Hanya saja, aneh rasanya jika kebiasaan yang hampir tiga tahun ia lakukan harus tiba-tiba dihentikan.Yang berbeda kali ini adalah Gina tidak menunggu Endra di meja makan, melainkan langsung kembali ke kamar dan akan berdiam di sana sampai Endra benar-benar pergi untuk bekerja. Entah kenapa perasaannya sering memburuk akhir-akhir ini, berakhir dengan memutuskan untuk sedikit mengurangi interaksi dengan sang suami agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kandungannya sudah memasuki bulan terakhir, ia tidak ingin terjadi apa-apa pada anaknya.Endra masih belum turun dari lantai atas, jadi Gina memutuskan untuk pergi ke kamar andai saja suara ketukan pintu tidak terdengar.Ketika membukanya, ia terkejut karena menemukan Irma bersama dengan wanita paruh baya yang memasang senyum ramah padanya.“Mama?”“Nah, Bi Asih. Ini menantu saya yang saya ceritakan.”“

    Dernière mise à jour : 2022-12-12
  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 17 - Ada yang Tidak Beres

    Tanpa bicara lagi Endra memasuki area jemuran yang sebetulnya berupa halaman kecil dengan tembok tinggi sebagai pembatasnya. Itu masih termasuk ke dalam rumahnya. Dulu ia berencana menjadikannya kolam ikan tapi urung ketika Irma melarangnya.“A-aku belum sempat beli yang baru.”“Yang mana yang rusak?”Gina terdiam sebentar, ia terlalu terkejut dengan sikap Endra. “I-ini. Kalau ditimpa jemuran yang masih basah dan berat, tumpuannya makin lebar.”“Mana lagi?”“Penyangga yang bagian ini dan ini lepas.”“Ini masih bisa dibetulkan,” ujarnya.Lantas Endra kembali masuk ke dalam untuk membawa beberapa peralatannya.Beberapa saat kemudian, keduanya disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Endra yang sibuk dengan perbaikan jemurannya, dan Gina yang tengah mencuci piring.“Andhika sudah ditangkap, tapi dia belum mau mengaku.”Gina terdiam sebentar sebelum kembali melanjutkan kegiatannya. “Dulu, Andhika bukan orang yang sering lari dari tanggung jawab. Mungkin ada hal yang buat dia jadi seperti

    Dernière mise à jour : 2022-12-12
  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 18 - Dia Berharga

    Siang hari yang buruk. Gina menyesali keputusannya untuk mengikuti Irma yang mengajaknya untuk pergi ke kantor Endra. Jika saja tadi ia menolak dengan memberikan alasan yang logis, mungkin saat ini ia tidak akan berada di sini; di depan pintu ruangan Endra dan menyaksikan sang suami yang tengah memeluk wanita lain; wanita yang faktanya merupakan mantan kekasih Endra dan masih sangat dicintai hingga detik ini.Sementara itu, Irma belum juga kembali dari mengambil ponselnya yang tertinggal di mobil. Namun sekretaris Endra yang memang ruangannya terletak di sebrang ruangan Endra dan menyaksikan kejadian itu hanya bisa menunduk, turut merasa sedih atas apa yang Gina alami. Ia tidak tahu bahwa kejadiannya akan seperti ini. Pikirnya, mungkin perempuan tadi hanya salah satu klien yang ingin berkonsultasi.“Bu Gina,” panggilnya.Yang dipanggil hanya bergeming. Terus menatap ke objek yang masih dalam posisi sama sedari tadi.“Bu Gina, saya &ndash

    Dernière mise à jour : 2022-12-16
  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 19 - Marah atau Cemburu?

    Gina tak menyangka bahwa menangis semalaman bisa sangat menguras emosi dan tenaganya. Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, tapi tubuhnya benar-benar lemas dan tak sanggup untuk sekadar berdiri dan mengambil air di dapur. Alhasil meskipun sudah bangun sedari subuh, ia hanya bisa berdiam diri di atas pembaringan sembari memikirkan hal-hal yang belakangan ini terjadi.ART yang Irma bawa sebelumnya sudah mulai bekerja sejak kemarin. Jadi ia tidak khawatir mengenai pekerjaan rumah karena sekarang sudah ada yang meng­-handle-nya.Larut dalam lamunan, Gina sedikit terlonjak ketika ponselnya bergetar dan berdering di samping kepalanya. Dengan tak minat ia melihat si penelepon; tidak dikenal.“Halo.”“Gina?”Suaranya tidak asing, tapi Gina tetap bertanya karena sudah tak sanggup lagi untuk berpikir. “Maaf, siapa?”“Darren. Apa suaraku nggak familiar?”“Hah?&rdq

    Dernière mise à jour : 2022-12-16
  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 20 - Daffa Mengetahuinya

    Jalan-jalan sore adalah kegiatan rutin yang Gina lakukan sejak seminggu yang lalu. Begitu pun dengan sore ini. Dengan ditemani Bi Asih, Gina menghabiskan waktu sorenya untuk berjalan-jalan sembari berbincang dan sesekali tertawa karena gurauan ART-nya itu.Sayangnya senyum itu tidak bertahan lama. Karena ketika ia sampai di rumah dan menemukan sepatu wanita yang jelas bukan miliknya di depan pintu, perasaannya langsung kacau tak karuan. Tanpa pikir panjang Gina langsung masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Bi Asih yang sama bingungnya.Di sana; di ruang tamu, wanita yang jelas Gina kenali tengah berdiri membelakanginya dan terlihat sudah akan pergi, begitu juga dengan sang suami. Namun ketika wanita itu berbalik, rautnya terlihat terkejut menemukan Gina yang sedang menatap mereka dengan tatapan yang sarat akan rasa kecewa.“Gi-gina…” gumam Safira.Iya, orang itu adalah Safira. Entah apa yang wanita itu lakukan di rumahnya, yang jelas Gina

    Dernière mise à jour : 2023-01-15
  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 21 - Menggali Informasi

    Ketika malam tiba dan Endra belum kunjung pulang, biasanya Gina akan menunggu di sofa ruang tengah dengan gelisah, berkali-kali mengecek jam sembari dilanda rasa bimbang apakah harus menghubungi sang suami atau jangan.Tapi malam ini, ia tidak melakukan itu semua. Raganya benar-benar letih, pun pikirannya yang tak kalah kacau. Beberapa jam lalu ia menelepon Darren untuk menanyakan di mana lelaki itu memesan makanan yang pernah dikirim untuknya, karena demi apapun Gina ingin sekali memakannya. Namun setelah makanan itu datang dan Gina lahap, perasaannya tak kunjung membaik. Ia sendiri tidak tahu apa yang ia rasakan.Larut dalam lamunan, tepat pada jam 2 lewat 35 menit dini hari, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk dan ia terkejut setengah mati. Ia tidak yakin itu maling atau orang yang berniat mencelakainya, sebab penjagaan di komplek yang ia tinggali terbilang sangat ketat.Sadar siapa yang mengetuk, Gina segera membenahi posisinya seolah tengah tertidur. Dan benar saja, tak lama orang i

    Dernière mise à jour : 2023-01-16
  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 22 - Curhatan Darren

    “Si Endra itu profesinya apa?”“Bentar, bentar. “ Daffa mengangkat tangannya seolah menahan Darren untuk jangan dulu bertanya. “Lo kenapa nanyain Gina, A? Kenal sama Gina?”Pertanyaan itu hanya ditanggapi dengan kibasan tangan. “Udah lah, jawab aja dulu.”Lagi pula ini tidak masuk ke ranah pribadi, jadi Daffa rasa tidak ada salahnya untuk menjawab.“Si Endra itu arsitek dan konsultan proyek, punya perusahaan konstruksi yang sebetulnya belum besar-besar banget, sih. Tapi lumayan udah banyak proyeknya. Namanya lebih terkenal sebagai arsitek, sempat jadi konsultan proyek perorangan tapi karena nggak mau ribet sendiri akhirnya dia bikin perusahaan. Cukup?”“Belum.”“Ya kerjanya dia begitu doang. Masa iya gue kudu ngarang yang lain?”Darren menjadi sedikit insecure. Dia hanya lulusan bisnis yang punya satu perusahaan pusat dan tiga perusahaan cabang yang bergerak di bidang furniture. Ia juga punya beberapa ruko serta kos-kosan yang sudah penuh, alias semuanya dalam keadaan disewakan. Hampi

    Dernière mise à jour : 2023-01-17
  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 23 - Ada Apa dengan Gina?

    “Kok ada di halaman belakang, Bi?” Endra melirik sepatu hitam yang sangat tak asing baginya; sepatu pemberian Safira yang hilang. “Ini sepertinya jatuh waktu dijemur di atas. Untungnya masih musim kemarau, jadi sepatunya nggak kena hujan.” “Oh, iya. Tolong simpan aja di tempat biasa. Terima kasih, ya, Bi.” “Sama-sama, Pak. Silakan dinikmati sarapannya.” Ketika Bi Asih kembali ke dapur, diam-diam Endra melirik pintu kamar Gina yang selalu tertutup rapat. Istrinya itu kini tak lagi suka menungguinya di meja makan seperti dulu. Bahkan ia pernah memergoki Gina yang tengah melamun di depan meja makan setelah menyiapkan sarapan, tapi tak lama, wanita itu kembali masuk ke kamarnya. Sebetulnya Endra tidak ingin ambil pusing tentang itu. Tapi perasaan bersalah sedikit muncul, jadi ia selalu memakan sarapan yang disiapkan Gina meski wanita itu tak pernah lagi menunggunya dengan antusias seperti dulu. Di tengah kegiatan mengisis perutnya,

    Dernière mise à jour : 2023-01-22

Latest chapter

  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 44 - Ren?

    Siapapun itu, tolong tenggelamkan Gina sekarang juga.Subuh ini, ia baru keluar dari kamar mandi dekat dapur dengan handuk yang melingkar menutupi rambutnya yang basah. Kamar tidurnya tak memiliki kamar mandi dalam seperti kamar di lantai atas, jadi mau tidak mau ia harus menggunakan kamar mandi dekat dapur.Dan tanpa diduga, saat ia keluar dari sana Irma sudah berdiri di dapur dengan segelas air di tangannya. Beberapa detik mereka lalui dengan keheningan, sebelum Irma menyadari sesuatu dan ia tersenyum menggoda ke arah sang menantu.“Duh, si Endra itu kebangetan, ya. Padahal Mama sama Papa lagi nginep di sini.”Wajah Gina memerah karena malu. Ia berniat berpamitan pada Irma untuk segera kembali ke kamar, namun ucapan Irma belum berhenti. “Baru jam 3 loh, Gin. Padahal nanti aja jam 4 biar bisa langsung sholat subuh.”Gina gelagapan, ia sangat malu.“M-mama kenapa udah bangun?” tanyanya untuk mengalihkan pe

  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 43 - Semoga Saja

    “Ndra, gue nggak maksud gitu, gue juga nggak tahu kalau Darren bakal –““Iya, memang semuanya salah gue kok, Daf. Lo nggak salah karena yang lo bilang itu memang faktanya.”“Ndra –““Mungkin si Darren nya aja yang terlalu sayang sama Gina sampai dia begitu. Gue nggak nyalahin lo. ini memang salah gue.”Kali ini Daffa diam dan tidak berusaha menyela. Ia merasa sangat bersalah atas kenyataan yang terjadi saat ini. Ia tidak menyangka bahwa Darren akan sejauh itu. Yang ia pikir Darren hanya akan sedikit menggertak Endra untuk memberikan sahabatnya itu pelajaran.“Lagipula ini juga jadi tantangan buat gue. Proyek itu nilainya nggak main-main. Dan kapan lagi ya kan gue dapat kesempatan buat dapatin tender itu?”Kopi hitam pekat itu Endra seruput dengan nikmat. Ia mengedarkan pandangannya pada setiap sudut café untuk menghindari sorotan kecewa di matanya. Bagaimanapun hu

  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 42 - Mulai Membaik

    “Secepat itu?” “Iya, secepat itu.” Endra merinding mendengarnya. Sebenarnya apa yang Gina lihat darinya sampai wanita itu merasa demikian? “Perkembangan kasusnya Andika gimana, Mas?” Mungkin Gina malu untuk terus mengungkit masa lalunya ketika mengenal Endra, jadi ia mengalihkan topik pembicaraannya. “Aku belum tahu. Itu udah bukan ranahku lagi.” Kelegaan seketika menghinggapi hati Gina. Jawaban sang suami secara tidak langsung mengatakan bahwa Endra sudah tidak ikut campur lagi dalam masalah Safira yang masih berupaya untuk membebaskan tunangannya. Keheningan melanda mereka sampai tiba-tiba suara tangis Raka terdengar dan membuat keduanya langsung terburu-buru berlari ke kamar Gina. “Kenapa? Digigit nyamuk?” tanya Endra saat Gina menggendong tubuh mungil itu. “Kan udah pakai kelambu, Mas,” jawab Gina aneh. “Kayaknya cuma haus. Popoknya masih kering.” Tanpa ragu Gina mengeluarkan payudaranya untuk menyus

  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 41 - Alasan Putus

    Jarum pendek menunjukkan pukul 10 malam ketika Endra baru menapakkan kakinya di ruang tengah. Ia sudah akan beranjak menaiki tangga, namun pemandangan sang istri yang tengah tidur dengan posisi duduk bersandar pada sandaran sofa cukup menyita perhatiannya. Kebiasaan Gina timbul lagi. Wanita itu kembali menunggunya di ruang tengah ketika ia terlambat pulang. Namun kali ini ada yang berbeda dengan apa yang Endra rasakan. Terbesit rasa iba dan tak nyaman ketika ia harus membiarkan tubuh itu untuk tertidur di sana sampai pagi seperti yang biasa ia lakukan. Jadi dengan ragu, Endra menghampiri sang istri, menyimpan tas kerjanya di sofa yang lain dan berjongkok untuk sekadar menatap wajah manis yang tengah terpejam anggun. “Kalau aja hubungan kita dimulai dengan cara yang baik, mungkin nggak akan seperti ini jadinya,” gumamnya dalam hati. Baru saja Endra akan mengangkat tubuh itu, tiba-tiba mata itu terbuka dengan pelan dan mengerjap beberapa saat. Beruntung Endra hanya baru menyentuh ka

  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 40 - Misteri Masa Lalu Gina

    “Gina Kairen yang dulunya anak manajemen bisnis?”“Iya, dia seangkatan sama lo.”“Bentar, bentar…” Wanita berkacamata bulat itu mengisyaratkan ia tengah berpikir. “Gina yang mantannya si Haris, kan?”“Haris siapa?”“Eh, bukan, itu cuma gosip. Yang betul itu mantannya si Renan, ya?’“Astaga, siapa lagi si Renan?”“Eh, mantan gebetan maksudnya.” Ia diam lagi. “Gina ini yang pernah pacaran sama Kak Darren, kan?”Endra menghela napas. Sepertinya kisah percintaan sang istri di masa lalu cukup menyita perhatian publik. Ia sendiri kuliah di tempat yang berbeda, jadi wajar saja ia tidak tahu bagaimana Gina saat kuliah dulu.“Iya, yang itu.”“Dulu gue nggak terlalu aktif di kampus, sih, beda sama dia yang cenderung aktif dan gampang akrab sama orang,” ujarnya sambil mengingat masa-masa kuliahn

  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 39 - Rencana Pembalasan

    Malam ini Gina tengah termenung di kamarnya. Di sampingnya Raka sudah tertidur setelah minum susu formula yang syukurnya diterima baik oleh sang anak.Pembicaraannya tadi bersama Endra berujung buntu. Sebab ketika ia bertanya bagaimana bisa Daffa tahu tentang ketidakharmonisan rumah tangganya, Endra hanya diam dengan raut wajah sedikit mengeras. Dan mereka tak terlibat pembicaraan apa-apa lagi perihal itu. Endra sendiri hanya beberapa kali bertanya tentang Raka, setelah itu mereka akan kembali diam.Tiba-tiba Gina merasa haus. Jadi setelah memindahkan Raka ke tempat tidurnya dan memastikan sang anak benar-benar tertidur, ia langsung beranjak ke dapur untuk mengambil minum.Tanpa disangka, ternyata Endra ada di sana; tengah duduk seorang diri di kursi meja makan dengan segelas air yang seolah sedang ia tatapi. Di balik itu, Gina jelas tahu Endra tengah melamun. Ia sendiri tidak ingin mengganggu, jadi setelah mengambil air ia berniat untuk langsung kembali ke kama

  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 38 - Belanja Bersama

    “Merk nya yang ini, ya?” tanya Endra sembari menunjukkan sekotak susu formula pada Gina. Gina mengambil alih kotak tersebut dan melihat-lihat tulisannya dengan detail. “Iya, yang ini.” Saat ini mereka tengah berada di supermarket. Setelah dari dokter dan mengantongi informasi mengenai susu formula yang dianjurkan sesuai dengan kondisi Raka, mereka langsung tancap gas menuju supermarket terdekat. Jangan tanyakan perasaan Gina saat ini. Jelas ia sangat bahagia karena ini adalah kali pertama mereka pergi belanja bersama. “Beli satu kotak dulu, Mas. Takutnya nggak cocok dan mubazir.” Endra memasukkan susu itu ke dalam troli dan mendorongnya sembari melihat beberapa produk yang dipajang di sana. Gina sendiri mendorong stroller Raka di depan Endra. “Gin?” Endra tiba-tiba berhenti. “Iya?” “Kamu nggak minum susu ini?” Itu susu khusus ibu menyusui. Sebenarnya Gina sempat ingin, tapi ia hampir tak punya waktu dan selalu lupa untuk membelinya. “Nggak,” jawabanya. “Kenapa?” “Aku belum

  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 37 - Tidur Bersama

    Dan di sinilah mereka sekarang; berbaring di masing-masing sisian tempat tidur dengan Raka yang berada di tengah-tengah. Gina sudah tidur beberapa saat lalu dengan Raka yang sudah pulas setelah menyusu. Sementara Endra masih belum tidur, bahkan kantuknya malah hilang entah kemana. Ia hanya diam, sembari memandangi wajah Gina yang kentara oleh rasa lelah; kantung mata menghitam, jerawat yang masih memerah di atas dahi, dan bibir pucat yang belum berubah semenjak ia memberi obat. Dan Endra merasa bodoh karena tak pernah memahami hal itu lebih awal. *** Pagi hari tiba tanpa terasa. Gina terbangun dari tidurnya karena alarm yang ia pasang setiap hari. Namun di antara pagi lain yang telah ia lalui, pagi ini adalah pagi terindah yang pernah ia rasakan. Bagaimana tidak jika pemandangan anak dan suaminya yang masih tertidur pulas menjadi hal pertama yang ia lihat ketika membuka mata. Bahkan gaya tidur keduanya pun sama; dengan tangan kiri ke atas dan kaki kir

  • Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku?    Chapter 36 - Disepelekan

    Apa katanya? Yang kerjaannya hanya tinggal minum susu? Air mata Gina keluar begitu saja setelah beberapa detik kalimat Endra selesai terucap. Entahlah, ia hanya merasa lelah baik luar maupun dalam. Perasaannya sedang sangat sensitif, membuatnya menjadi mudah menangis hanya karena hal-hal kecil. Terlebih ucapan Endra barusan sangat tepat menusuk jantungnya, membuatnya berdenyut sakit dan seolah tengah berdarah-darah di dalam sana. Lelah, sangat lelah. Bahkan Gina hanya mampu terisak untuk beberapa saat ke depan, mengabaikan Endra yang malah menatapnya dengan malas. Alih-alih bertanya atau menenangkan, Endra malah keluar dari kamar itu. Meninggalkan Gina yang masih tergugu dalam tangisnya di sela rasa pusing yang masih sangat ia rasakan. Jam masih menunjukkan pukul 2 pagi ketika Endra tiba-tiba terbangun dari mimpi buruknya. Ia haus dan merasa kesal karena lupa untuk mengisi air yang biasa ia letakan di atas nakas. Akhirnya ia memutuskan untuk men

DMCA.com Protection Status