"Ri, kamu yakin mau nemuin dia juga? bukannya kalian lagi ada masalah ya?" tanya Khairana yang khawatir kalau rencana menemui Ethan hari ini akan membuat suasana hati Rianti memburuk.
"Tenang aja, cuma aku yang menjauh. kalau kak Ethan nggak dia gak akan bisa lepas dari aku" ucap Rianti seraya menepuk jidatnya sendiri.
"Aku masih gak nerima kau manggil dia kakak"
"Suka-suka akulah demit, bawel banget sih" omel Rianti yang merasaka jengah dengan tingkah Aldo yang selalu protes saat dia memanggil Ethan dengan sebutan 'kakak'.
Selama perjalanan mereka adu mulut lagi membuat Khairana merasa kesal karna mereka berdua sangat bawel, untungnya tak lama kemudian mereka sampai di cafe yang dimana Ethan bekerja.
"Oke... aku harus menguatkan mentalku lag
"Kakak tadi bilang nama 'Aldo' kan? apa kakak bisa melihat arwah?" tanya Rianti yang dibalas gelengan oleh Ethan."Tidak, hanya saja aku merasa kalau dia hadir disini" ucapnya membuat Rianti dan Khairana saling menatap begitu juga Aldo."Kalau kami memberitahumu kalau kak Aldo benar-benar ada disini apa kau akan percaya?" tanya Khairana."Tentu, aku sendiri bisa merasakannya, atau mungkin itu hanya perasaanku saja?" jawab Ethan seraya memegangi dagunya sendiri.Khairana dan Rianti saling menatap dan mengangguk secara bersamaan seperti saling tau apa isi kepala mereka masing-masing dan kemudian menatap Ethan."Kak Ethan, apa besok kau sibuk?""Yah... sepertinya tidak karna besok aku libur, ada apa? kau mau mengajakku berkencan?" tanya Ethan seraya menaik turunkan alisnya pada Rianti membuat Rianti menatapnya sweatdrop."Tidak, besok aku ak
Ting Tong!Bell rumah Ethan berbunyi menandakan ada seseorang diluar rumahnya itu, waktu sudah menunjukan pukul 7 pagi dan Ethan belum juga bangun dari tidurnya.Suara bell itu terus menerus berbunyi membuat sang empu yang punya rumah pun kesal dan akhirnya bangun untuk membuka pintu rumahnya."Siapa sih pagi-pagi bikin rusuh dirumah orang?!" gumam Ethan kesal dengan rambut yang berantakan dan mata yang masih setengah menutup dia pun membuka pintu rumahnya itu."Pagi Ethan!!" ucap seorang lelaki bule berambut pirang sama dengan Ethan seraya tersenyum lebar tanpa dosa."Harusnya aku tau itu kau, Sunny!"BRAK!!Ethan menutup pintunya dengan keras seakan tidak ingin membiarkan seseorang bernama Sunny itu masuk kedalam rumahnya, tapi Sunny tetap masuk kedalam rumah Ethan karna pintunya tidak ia kunci.Aldo yang tern
"Permisi, mami ana?" sahut Khairana namun tidak ada jawaban dari sang pemilik rumah."Rianti... kau membawaku pada dukun?! kalau kau menyukaiku tinggal bilang saja tidak perlu membawaku ke dukun!" ucap Ethan asal membuat Rianti kesal dan menjitak kepala Ethan agar dia diam."Hmm? kalian lagi? dan... 2 orang baru?" tiba-tiba cenayang Iriana muncul dan mengangetkan mereka terutama Ethan yang sangat ketakutan dengan kemunculan tiba-tiba dari cenayang Iriana."Masuklah" sambung cenayang Iriana dan mereka semua pun masuk kedalam.
"Ah... akhirnya aku jadi menginap dirumah Sunny gara-gara asal bicara dimobil tadi siang" batin Aldo sweatdrop seraya duduk dikasur Sunny."Kau ingin makan malam apa Aldo? aku bisa buatkan telur omelet untukmu atau kau mau makan spagetti? aku kebetulan membeli bumbunya kemarin di supermarket, oh oh atau kita buat sushi? sudah lama aku tidak makan itu" ucap Sunny dengan senangnya sambil menawarkan berbagai menu makan malam pada Aldo."Dia benar-benar menganggapku manusia padahal aku bertemu dengan tubuhku saja belum" batin Aldo yang tersenyum kikuk pada Sunny."A-ha-ha Sunny?""Hmm?" Sunny menatap Aldo dengan senyumnya yang berkilau itu membuat Aldo bingung harus memberi penjelas dari mana.."Kau tau kan aku ini... arwah?" tanya Aldo yang dibalas anggukan oleh Sunny seraya tersenyum."Jadi aku pikir arwah tidak seharusnya makan bukan? tapi aku janji akan
Bulan POVAngin berhembus kencang, ketika ku sedang asik membaca buku di sebuah hutan yang tak jauh dari penginapan keluargaku, ada seseorang yang menyapaku dibawah hembusan angin yang mampu menyibakan rambut panjangku.Lelaki yang terlihat lebih tua dariku namun memiliki wajah yang cantik dibanding tampan menyapaku seraya menjulurkan tangannya padaku, rambut pirangnya terkibas oleh angin seraya tersenyum lembut padaku."Hey, siapa namamu?" tanya anak padaku, kukira awalnya dia akan berbicara bahasa asing padaku ternyata dia fasih berbahasa pribumi juga."Wulan, Amanda Wulandari""Nama yang bagus, aku Raderick Ethan Nugraha. Mau main dengan kami?"'Kami?' berarti masih ada yang lain selain diriniya bukan? disaat itulah aku bertemu dengan anak kembar yang menurutku sangat menggemaskan, aku tidak pernah melihat anak kembar sebelumnya jadi saat
"Are you okey, Sunny?" tanya Ethan saat Sunny sudah tidak muntah-muntah lagi."Ya... i'm okey, don't worry" jawabnya dengan nafas yang terengah-engah.Setelah selesai dari kamar mandi mereka keluar dan kembali ke tempat mereka sebelumnya, Sunny melihat Aldo bengong dengan mata yang melotot seperti orang yang terkejut akan sesuatu."Aldo?" sapa Sunny membuat Aldo tersentak."A-ah iya?! kau baik-baik saja Sunny?" tanya Aldo yang kelihatan khawatir dengan kondisi Sunny."I'm fine Aldo, kau sendiri kenapa? apa yang kau lihat? apa arwah yang memasuki tadi?" tanya Sunny yang seakan tau dari ekspresi kaget Aldo."Itu pasti Bulan, iyakan Aldo?" tanya Ethan.Aldo terdiam dan menunduk lalu berkata 'iya' dengan nada lirihnya, Ethan benar-benar dibuat kaget pasalnya teman masa kecilnya muncul dan memasuki Sunny seraya berkata kalau Aldo jahat padanya
"Besok berangkat kan? Ku bawakan bekal buat dijalan nanti" ucap Ethan yang tengah berbicara dengan seseorang di telpon.'Gak usah, nanti bangunnya telat gak akan ke kasih itu bekal'"Gak akan kok percaya deh, aku pasang banyak alarm buat besok jadi tunggu aku disekolahmu itu ya. Mau ke hutan kan? kalian nginep berapa hari disana?"'Cuma 2 hari aja, lagian ini acara kenaikan kelas 12 kok jadinya gak akan lama'"Oke deh, jangan berangkat sebelum aku kesana ya"'Iya-iya, tapi awas aja kalau telat bangun aku gak akan nunggu kak Ethan, yang ada aku ditinggal rombongan'"Hehe iya gak akan kok, oke bubyee" Ethan memutuskan sambungannya sepihak.Dia berencana akan memberikan bekal untuk Rianti besok agar dia bisa memakan bekal itu saat dimobil dan juga agar dia tidak jajan sembarangan saat bepergian nanti.Ethan berpiki
"Aldi?!" Mata Ethan membulat saat melihat Aldi berdiri tak jauh darinya.Rianti dan Khairana menepuk dahi mereka masing-masing karna tiba-tiba Aldi muncul begitu saja membuat Ethan akhirnya dipertemukan dengan Aldi setelah Rianti dan Khairana berusaha mati-matian agar Ethan tidak pernah bertemu dengan Aldi."Hm? oh... kau rupanya" dengan santainya Aldi mendekat kearah Ethan yang masih terkejut dengan kedatangannya."Jangan dekati dia!" sahut Rianti yang tiba-tiba muncul didepan Aldi untuk menghalangi Aldi mendekati Ethan."Oh ayolah nona, aku hanya akan menyapa teman lamaku saja" ucap Aldi dengan senyum smirknya seraya memegang dagu Rianti."Jangan menyentuhnya" Ethan mencengkram tangan Aldi yang sedang memegang dagu Rianti.Tatapan Ethan sangat tajam membuat Aldi semakin memperlihatkan senyum smirknya yang khas itu dengan gigi taring di sisi kanan giginya me
Kejadian yang menguras tenaga dan emosi itu pu berakhir, begitu juga dengan Khairana yang sudah mengorbankan dirinya hanya untuk menyelamatkan adik dari orang yang selama ini dia sukai.Rianti dan yang lainnya membawa jasad Khairana pulang kerumah untuk dikebumikan, ibunda Khairana menangis histeris saat melihat anak satu-satunya terbujur kaku. Rianti tidak bisa berkata apa-apa saat itu, ia hanya bisa terdiam sembari menahan rasa ingin menangis saat melihat ibunya Khairana menangis meraung-raung."Ada apa ini Rianti?! mengapa Khairana bisa sampai seperti ini?! apa yag terjadi?!" tanya ibu Khairana seraya menangis sesenggukkan."Maat tante... Riri gak bisa jaga Khairana dengan baik.. saat itu kami sedang berada di cafe dan mobil kami terparkir jauh dari cafe sehingga kami harus menyebrang jalan untuk sampai disana. Tapi saat kami hendak pulang, sebuah mobil melaju dengan sangat kencang dan menabrak Khairana... pelakunya k
"Itu dia disana!!" Rianti menunjuk kearah Aldi yang sedang melakukan sebuah ritual.Cahaya yang dihasilkannya sangat terang hingga membuat mata mereka silau, Khairana sekilas dapat melihat bagaimana jiwa Aldi yang asli mencoba untuk melawan arwah jahat itu."Kita harus segera menyelamatkan kak Aldi! Berikan semua kristal kalian padaku, cepat!" Titah Khairana dan mereka semua menurut terkecuali Rianti yang ragu untuk memberikan kristalnya pada Khairana.Seakan tau apa yang dipikirkan oleh Rianti, Khairana mencoba untuk meyakinkannya kalau semua akan baik-baik saja."Tenanglah, semua akan baik-baik saja" bisik Khairana dengan lembut membuat Rianti justru merasa sesak karena mungkin ini adalah yang terakhir kalinya ia mendengar suara lembut Khairana.&n
"Sentuh dia, Rianti!" Teriak Khairana dan Rianti langsung menyentuh lengan Aldi.Seketika itu juga Rianti dibawa ke masa lalu dari ingatan Aldi, terlihat suasana masa itu masih terbilang cukup kuno dan Rianti merasa heran kenapa Aldi bisa hidup lebih dulu dari pada Aldo bahkan pada zaman dimana mereka belum dilahirkan."Apa ini, ingatan arwah jahat itu atau ingatan Aldi? Tidak mungkin jika ini ingatan Aldi, dia saudara kembar Aldo dan mungkin kedua orang tuanya belum menikah" ucap Rianti heran lalu ia melihat seseorang yang mirip sekali dengan Aldi tapi lebih tinggi dan terlihat lebih berwibawa.Pria itu tersenyum ramah pada seorang pedagang tua yang menjual beberapa sayuran, sepertinya ia sedang membeli bahan makanan batin Rianti."Te
"Berapa jam lagi sekolah bubar?" Tanya Sunny yang merasa bosan menunggu di mobil berharap bisa langsung beraksi tanpa harus menunggu sekolah bubar."Sebentar lagi, jam 13:45 bell sekolah akan berbunyi dan seluruh siswa akan dipulangkan. Bersabarlah, Sunny" jawab Aldo yang juga merasa tidak sabar ingin segera masuk dan menyelamatkan Khairana."Waktu cepatlah berlalu, aku mohon. Bertahanlah sebentar lagi, Rianti" batin Ethan yang sudah merasa gelisah.Mereka bertiga sama gelisahnya berharap Khairana dan Rianti baik-baik saja sampai mereka datang menyelamatkan keduanya.Sudah pukul 13:40, hanya tinggal beberapa menit lagi bell pulang akan segera berbunyi."Sedikit lagi" gumam Aldo seraya melirik kearah jam tangan yang selalu ia pakai.Setelah menunggu 5 menit akhirnya bell pulang pun berbunyi, mereka
"Bagaimana keadaan di sekolah? Apa ada sesuatu yang mencurigakan darinya?" Tanya Sunny seraya memegang ponselnya di telinga kanannya."Tidak, sejauh ini masih normal" jawab Rianti yang memakai earphone wireless agar tidak selalu memegang ponsel ke telinganya."Baguslah, jika dia keluar beritahu aku" ucap Sunny seraya menutup telponnya sepihak.Khairana dan Rianti tetap mengikuti pembelajaran seperti biasa agar Aldi yang sedang mereka mata-matai tidak curiga dengan tingkah laku mereka begitu juga Aldo yang sudah jelas cuek jadi tidak perlu terlalu khawatir soal tingkahnya.Berjam-jam berlalu, hari ini tidak ada mata pelajaran olahraga di kelas Khairana, hal ini menyulitkan mereka untuk mengawasi Aldi karna salah tindakan saja bisa-bisa Aldi akan curiga."Kita harus berpencar, jangan terlihat mencolok" ucap Khairana yang dibalas anggukan oleh Rianti dan Aldo.&
"Maaf Riri, aku rahasiakan karna tidak ingin kau menangis sebelum aku benar-benar pergi, itu semakin membuatku ragu untuk melakukan semua pengorbanan ini" ucap Khairana seraya tertunduk dan memainkan kuku jarinya."Sudah jelas bukan?! Aku jelas lebih tidak rela lagi jika kau harus diambil oleh arwah jahat itu!" Bentak Rianti dengan suara yang masih sesenggukan karna menangis.Khairana hanya bisa terdiam, jauh didalam hatinya pun ia ragu untuk melakukan semua ini karna jika ia lakukan maka dirinya tidak akan bisa bersama Aldo lagi."Kau sudah menceritakannya ya? Aku mendengar suara Rianti yang berteriak" sahut Iriana seraya berjalan mendekati mereka berdua."Ini gelangmu""Terima kasih mami ana" Khairana senang mendapatkan gelangnya kembali dan dengan segera ia memakainya lagi."Ini me
“Ra! Berhenti! Kendalikan dirimu” Rianti memegang tangan Khairanamembuat sang empu sadar dan menghentikan aksinya pada Aldi seketikaAldi pun terjatuh dan terbatuk-batuk.“Lihat, kristalmu retak Ra. Pasti kristalnya tidak kuat menahan luapankekuatanmu” ucap Rianti seraya mengangkat tangan Khairana agar Khairanabisa melihat dengan jelas.Sontak Khairana terkejut dengan apa yang ia lakukan membuat kristalmiliknya rusak, apa jadinya kalau cenayang Iriana mengetahui kalau kristalKhairana tidak mampu menahan luapan kekuatannya.“Seharusnya kau cepat hubungi kami, punya ponsel kan?” tanya Aldo dengannada agak sedikit menekan karna kesal dengan tindakan Khairana yanggegabah.Aldi dibiarkan begitu saja bahkan oleh Aldo sekalipun, ia sudah bisamenerima kalau yang ada dihadapannya ini adalah arwah j
Sebulan sejak kematian Gerald, kini Khairana mencoba untuk beraktifitas seperti biasa lagi tanpa kehadiran seorang ayah disampingnya."Mama yakin gak mau Rara bantu ngurus perusahaan papa? Mama juga kan harus segera balik ke luar negeri""Kamu fokus aja dulu sama sekolah kamu sayang, jangan pikirkan soal bisnis. Mama masih bisa mengatasinya sendirian, kalau kamu sudah lulus nanti kamu bisa ambil alih perusahaan papamu" jawab beliau seraya mengelus pucuk kepala Khairana.Khairana hanya pasrah dan menghela nafas saat mendengar jawaban dari ibunda tercintanya itu, seraya mengambil tas sekolah dia menyalami mamanya dan berpamitan sebelum pergi ke sekolah."Kalau gitu Rara pergi dulu ya ma, assalamu
“Kau yakin melihat siapa pelaku pembunuhan papaku, Riri?!” tanya Khairana dengan tatapan berharap kalau Rianti bisa memberitahu gambaran tentang orang yang sudah membunuh papanya.Rianti tidak tega melihat tatapan Khairana yang saat ini tengah dilanda sebuah ujian yang benar-benar tidak bisa ia bayangkan sama sekali.“Tenang dulu Ra, aku akan ceritakan semua yang aku lihat. Oke?” ucap Rianti mencoba menenangkan Khairana dan ia pun mencoba untuk tetap terkendali..“Saat aku diberitahu oleh Sunny untuk menggunakan kekuatanku agar masalah ini terpecahkan, aku memegang lengan papamu. Disana aku melihat ia sedang berjalan menuju ruang kantornya setelah sebelumnya kau bilang beliau mampir sebentar untuk memeriksamu kan?” Khairana mengangguk seraya menyusut air matanya yang terus saja menetes tanpa permisi.“Dia melewati setiap lorong perusahaan itu, s