Celia Regulus tampak merasa kesulitan ketika menerima situasi yang terjadi saat ini. Menurut Kaisar Perang, Silas Regulus, mampu atau tidaknya Ajarn Mung Korn dan Raja Bomoh menghabisi Wikkan akan menjadi penentu langkah mereka selanjutnya apakah mereka bisa mengalahkan Andraste Cheever atau tidak. Jika Wikkan mati, maka tidak akan ada seorangpun yang berani mengontrol keadaan objek uji coba. Jadi, mustahil bagi Andraste untuk dapat memanipulasi mereka dalam pertarungan. Akibatnya, tiga keluarga kekaisaran yang tersisa akan memiliki peluang yang lebih baik untuk menang ketika mereka bergabung melawan keluarga kekaisaran Cheever. Sayangnya, Wikkan masih hidup. Dengan kata lain, jalan di depan mereka akan terasa lebih sulit untuk dihadapi di masa depan. “Tyr, kami telah mendirikan sebuah altar sekitar satu kilometer jaraknya dari sini. Awalnya, rencana ini kami buat untuk untuk memancing Wikkan ke sana, agar kedua penyihir cahaya itu dapat membunuhnya dengan memanfaatkan momen gerhana
Silas Regulus tampak berusaha untuk menenangkan keadaan, “Orang tua gila, kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri, dan jangan terlalu menyalahkan cucumu juga.” “Dia hanya ingin melakukan bagiannya untuk membantu keluarga kekaisaran. Bahkan jika insiden yang ditimbulkan oleh Ynes tidak terjadi, aku akan tetap meremehkan kemampuan Wikkan sejak awal. Mungkin saja Ajarn Mung Korn dan Raja Bomoh bukan tandingan yang tepat untuknya.” “Silas adalah seorang pria yang memiliki berbagai macam perspektif tentang gambaran kehidupan yang lebih besar. Dia sangat menyadari bahwa dalam situasi seperti ini, tidak boleh ada konflik atau kesalahpahaman yang terjadi diantara keluarga kekaisaran. Itulah alasan mengapa dia mengucapkan kata-kata yang menenangkan itu, tujuannya memang untuk menenangkan banyak pihak.” Pada saat yang sama, Kaisar Perang juga tidak melakukan kesalahan. Bahkan jika Wikkan memang berhasil tiba di altar yang telah disiapkan sebelumnya oleh Ajarn Mung Korn pada malam ini, b
Setelah mendengarkan kata-kata dari Tyr, bahkan Dalton Alroy pun ikut tercengang. Pria tua itu berkata, "Tyr, dari caramu berbicara, sepertinya kedua bawahanmu ini memiliki kemampuan yang setara dengan ahli praktisi Kodoku paling kuat yang diturunkan dari garis keturunan Maddox?" "Aku tidak yakin tentang hal itu. Tapi, Xyris sudah menjadi salah satu ahli praktisi Kodoku terbaik di wilayah Rayne. Sekarang, setelah mempelajari seluruh isi dari Kitab Suci Maddox, dia pasti akan jauh lebih kuat dari sebelumnya. Jadi, jika dia dan Xanthus akan bekerja sama melawan Wikkan, kemungkinan besar kemenangan akan berada di pihak mereka” jawab Tyr. Dalton menarik napasnya dalam-dalam dan bertanya, "Dasar bocah, mengapa kau tidak mengeluarkan kartu bagusmu ini sebelumnya?" "Apa?" Tyr tercengang. “Saat ini aku sedang berlatih keras di hotel. Aku tidak tahu kalau ternyata kalian semua sangat ingin berurusan dengan Wikkan. Namun, sepertinya hal itu belum terlambat untuk memanggil mereka sekarang,
Pada saat ini, bahkan sekelas Raja Gila sekalipun hanya bisa mengagumi pencapaian cucunya yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Tyr sudah lama tidak berlatih tentang jurus Sembilan Langkah Menuju Disorientasi. Satu yang pasti, dia sama sekali tidak menggunakan kekuatan internalnya. Namun, kecepatannya masih jauh lebih cepat daripada Leonardo. Sebenarnya ini bisa dibilang lebih dari cukup untuk dapat melihat betapa mengerikannya pencapaian seni bela diri yang dialami oleh Tyr. "Kakek, apakah ini satu-satunya metode pelatihan yang dilakukan untuk jurus Sembilan Langkah menuju Disorientasi?" Tyr berjalan ke arah tepian sangkar besi dan menatap wajah Dalton. “Sepertinya aku terus merasa ada sesuatu yang hilang. Apanya yang hilang?” tanya Dalton. “Aku tidak bisa mengatakan dengan pasti, tetapi aku hanya merasa bahwa semua itu tidak cukup,” jawab Tyr, sambil menggelengkan kepalanya. Dalton menyipitkan matanya dan memberikan saran, "Bagaimana jika kau tutup matamu?" Tyr menyeringai ke
Saat itu, Tyr merasa sedang berhadapan dengan seorang musuh yang tangguh. Dia merasa dirinya seolah-olah tengah berada di sebuah medan perang, dimana tempat itu telah dipenuhi dengan lautan darah dan tumpukan mayat yang menggunung di hadapannya. Setiap cincin besi yang ada di dalam sangkar itu terasa seperti seorang pejuang yang sedang memegang pisau baja di tangan mereka masing-masing, dan bersiap untuk menyerangnya. Zingg! Sebuah batu melayang ke arah Tyr, seperti layaknya sebuah peluru. Pria itu tampak tega tegang, secepat mungkin dia berusaha untuk menghindari serangan batu itu dengan melangkah ke samping. Namun, pada saat dia bergerak, cincin besi yang beraliran listrik di sebelahnya secara tiba-tiba menyetrum tubuhnya. “Argh!!!” teriak Tyr. Meskipun dia merasa seolah-olah seluruh tubuhnya akan hancur berkeping-keping setelah tersengat aliran listrik itu, namun dengan cepat dia dapat menstabilkan dirinya dan memberikan perhatian penuh pada batu kedua yang ditembakkan oleh Raj
Itu adalah sesuatu yang muncul dalam benak dan pikiran Tyr Summers ketika dia tahu bahwa kuburan Lydia Alroy ternyata kosong. Namun, pada saat yang sama, itu terkesan tidak masuk akal juga. Bagaimanapun, kematian ibunya telah diketahui secara umum dan beliau juga telah dimakamkan dengan baik dan benar. Jadi, bagaimana bisa ibunya masih hidup? Tapi, meskipun semuanya tampak seperti mustahil, jauh didalam lubuk hatinya Tyr masih berpikir mungkin saja ibunya, Lydia Alroy, masih dalam keadaan hidup. Anehnya, ketika Dalton Alroy mendengar hal itu dari Tyr, dia tampak tidak terkejut sedikitpun. Sebaliknya, sepertinya dia juga memiliki pemikiran yang sama. “Kakek, kau memiliki lebih banyak pengalaman dari pada aku. Apakah kau percaya bahwa ada seseorang yang dapat bangkit dari kuburnya?” Dalton terdiam sejenak. Kemudian, dia berkata, “Aku yakin, hal-hal seperti itu tidak akan mungkin terjadi di dunia fana ini, tetapi apa pun bisa terjadi jika kita bicara tentang seni bela diri kuno dengan w
Saat itu waktu sudah menunjukkan sore hari, dan matahari terbenam hingga mengeluarkan semburat cahaya yang berwarna kemerahan seperti warna darah. Deretan beberapa lusin SUV mulai beranjak keluar dari gerbang depan istana keluarga kekaisaran Alroy dan menuju keluarga kekaisaran Cheever. Secara bersamaan, keluarga Windsor dan Regulus juga mengirimkan sejumlah kendaraan yang sama ke keluarga kekaisaran Cheever. Selain itu, beberapa kekuatan penting di Ibukota Kekaisaran juga telah menghabiskan sumber daya mereka dan bersiap untuk bergabung dengan tiga keluarga kekaisaran lainnya dalam hidup dan mati melawan keluarga kekaisaran Cheever hari ini. Perang ini memiliki skala yang lebih kecil jika dibandingkan dengan pertempuran mereka sebelumnya sewaktu berada di Tebing Moher. Bagaimanapun, dalam perang terakhir mereka, keluarga kekaisaran masih berada dalam masa kejayaan mereka. Tapi sekarang, mereka harus melawan perang ini dengan sumber kekuatan mereka yang terakhir. Di salah satu mobi
“Ya, jika kita tidak bisa membuatnya berubah pikiran … Maka biarkan saja.” Kedua pria itu berjalan dengan santai sambil berdiskusi mengenai masalah yang terjadi. Akhirnya, mereka tiba di depan gerbang kediaman keluarga kekaisaran Cheever. Melihat gerbang yang tampak megah dan mewah di hadapan mereka, Dalton Alroy mengangkat Pedang yang ada di tangannya. Pada saat yang sama, Silas juga sedang mengangkat Regulus Lance yang ada dalam genggamannya. Grrrr!!! Keduanya tampak meledakkan raungan yang keras secara bersamaan. Kemudian diikuti oleh Raja Gila dan Kaisar Perang yang memegang senjata mereka masing-masing di depan gerbang istana keluarga kekaisaran Cheever. Energi mereka yang mengerikan itu seketika meledak dari senjata keduanya secara bersamaan disertai dengan bunyi ledakan yang keras. Pintu gerbang, dan juga dinding halaman yang ada di sekitarnya, seketika runtuh, disebabkan oleh serangan itu. Di dalam gerbang, sejumlah besar para pejuang sudah menunggu di sana. Akhirnya, setel