Vijar dan Laras pun akhirnya pergi ke toko buku, Laras dengan serius mengitari rak-rak buku itu sambil membaca dan menyimpan nya lagi terus saja seperti itu dan tak sadar jika Vijar juga terus mengikutinya sambil menatap nya lekat.
Vijar sendiri sangat bingung, entah kenapa semakin gadis itu tumbuh semakin membuat perasaan Vijar aneh, perasaan ini bukan seperti kakak ke adik melainkan laki-laki ke perempuan sungguh dia tidak mengerti karena setiap melihat wajah Laras, hatinya seperti bergejolak dia jadi selalu tersenyum jika melihat Laras.Apakah dirinya mulai menyukai gadis ini sebagai lawan jenis? ah tidak tidak Laras adalah adiknya walaupun hanya adik angkat dan lagi usianya berbeda jauh dia bisa di katakan pedofil nanti. Dan bagaimana nanti tanggapan kedua orangtuanya jika mengetahui hal ini? sungguh ini di luar dugaan nya dia harus bisa memendam perasaan ini. Harus."Kak Vijar". sebuah suara mengejutkan lamunan lelaki itu segera dia menyahut panggilan"Cukup... Della!". Vijar berucap dengan nada menekan tapi itu mampu membuat Della gadis yang tiba-tiba membuat rusuh sendiri ini terdiam."Ngapain kamu disini dan ada urusan apa kamu melarang ku minum disini?". tanya nya penuh penekanan."Vijar,, aku..." Della tak mampu membela ketika dirinya di beri pertanyaan seperti itu oleh Vijar dia hanya merasa cemburu saat melihat Vijar bersama perempuan lain."Kenapa? tak bisa menjawab". Vijar tersenyum miring membuat nyali Della menciut."Tapi aku peduli sama kamu, kamu itu cowok paling berpengaruh di kampus jadi aku harus melindungi privasi kamu terlebih dengan orang yang tidak setara dengan kamu". ujar Della sambil menatap rendah pada Laras.Sedang Laras yang di tatap seperti itu tak peduli gadis itu masih asik minum air kelapa nya setidaknya ini lebih nikmat ketimbang mendengarkan rengekan gadis yang entah dari mana datangnya.Lagi-lagi Vijar tersenyum miring, tau apa yang di maksud D
Hari ini teman-teman Vijar datang ke rumah tujuan nya ya apalagi kalau bukan bersantai sambil melakukan sesuatu yang mereka inginkan terlebih mereka lebih suka duduk di taman sejak pertama kali mereka menginjakkan kaki di taman itu mereka jadi sering kesini bahkan sampai ada yang tertidur, senyaman itukah taman itu yang bagaikan rumah kedua bagi mereka.Vijar tentu tak mempermasalahkan itu di manapun tempat nya jika membuat mereka nyaman ya terserah asalkan tau batasan dirinya juga begitu jika sedang bermain di rumah temannya."Jar, itu Laras kan?". tanya Hary yang melihat Laras seorang diri sambil membaca buku.Rambutnya yang hitam panjang berkibar tertiup angin menutupi wajahnya yang manis membuat Vijar tersenyum melihat nya."Iya!". jawab Vijar singkat namun pandangan nya tak lepas dari wajah Laras."Dia makin cantik yah, manis lagi!". kata Hary tersenyum."Benar banget perasaan tuh anak masih pitik ngga tau nya sekarang udah
"Kak Gio makasih ya! udah ajak aku sama Saga jalan-jalan hari ini di tambah nyobain makanan yang enak-enak". seru Laras kegirangan setelah pulang dari acaranya bersama Gio dan Saga."Iya ka, Saga seneng banget, sekarang Saga kenyang". celoteh Saga anak kelas 3 sekolah dasar itu menepuk perutnya yang buncit dengan terkekeh lebar.Gio menepuk kepala Saga dan Laras gemas, "Sama-sama nanti mau ikut lagi ngga kalau kakak kulineran". ujar Gio bahagia melihat adik-adiknya senang."Mau.. mau..". Laras dan Saga langsung mengganggu antusias."Hehehe anak pintar kalau ada yang gratis. Hajar..". kata Gio seperti sebuah nasihat bagi mereka."Siap kak!". jawab kedua anak itu serempak."Ya udah, mendingan kalian istirahat bentar lagi mamah sama papah pulang". ujar Gio memerintah."Mamah, papah pulang sama nenek juga kan!". sahut Laras terlihat bahagia."Iya". jawab Gio singkat."Berarti.. nenek udah sembuh dong". tim
"Kak, malah bengong!". Laras menegur karena Vijar malah hanya memandangi nya."Oh iya, kakak sudah tau mereka akan pulang". jawab nya kikuk karena terpergok melihat nya melamun."Ya udah kalau udah tau, sekarang aku mau istirahat aku cape kakak bisa kan kembali ke kamar kakak". ucap Laras biasa saja namun di telinga Vijar seperti mengusir secara halus."Kamu ngusir kakak!". mata Vijar mendelik tak suka."Aku ngga usir kakak, cuma aku butuh kenyamanan". kata Laras merasa tak enak hati apalagi melihat wajah Vijar yang masam."Berarti kamu ngga nyaman ada kakak disini". lagi Vijar membuat Laras menggeram."Terserah kakak aku mau istirahat". tak mempedulikan Vijar dia naik ke atas ranjang lalu merebahkan tubuhnya di sana.Heran juga dengan kakak nya, kenapa akhir-akhir ini dia sering sekali menempel padanya dan bertanya-tanya yang tidak masuk akal sungguh kakak yang protektif, dia sebal jadinya.Alih-alih pergi Vija
"Laras, kenapa Vijar ada disini?". tanya Dewi menatap Vijar yang masih anteng di tempat nya."Kak Vijar ini kayak kebo banget di bangunin ngga bangun-bangun. Kak, bangun..! ada nenek". teriak Gio di akhir kalimat di telinga Vijar."Apa an sih Io! teriak-teriak di telinga gue". Vijar marah sambil mengusap-usap telinga nya."Tuh liat". Gio menunjuk di depan nya.Vijar menoleh yang di tunjuk Gio, hatinya meringis bingung melihat neneknya yang menatap nya dengan tajam."Nenek kapan datang?". tanya Vijar seolah tidak terjadi apa-apa, dia beranjak menghampiri neneknya untuk memeluknya.Nenek menyambut pelukan Vijar dan menjawab," Baru saja". namun sedetik kemudian Dewi menjewer telinga Vijar membuat sang empu mengaduh sedang Laras dan Gio terkejut namun hanya sesaat kemudian tertawa."Nenek, lepasin. Kenapa aku di jewer? memang nya aku anak kecil". ucap Vijar merasa malu pada adik-adik nya yang malah menertawakan nya.
Hari telah berganti hari, kepulangan orang tua dan neneknya sangat membuat hari-hari Laras berwarna dan terasa hangat terlebih Vijar juga akhir-akhir ini tidak banyak mengganggu nya, mungkin karena Laras juga sedang mempersiapkan ujian kelulusan nya jadi Vijar memberikan kesempatan untuk adiknya itu belajar, belajar dan belajar.Tentu saja hal itu di sambut gembira oleh Laras setidaknya untuk saat ini dirinya bisa fokus untuk pendidikan nya.Tapi berbeda dengan Vijar, sehari saja dirinya tidak melihat Laras maka perasaan nya menjadi gelisah namun dia sudah berjanji tidak akan mengganggu adiknya itu. Namun meski Laras masih kecil namun adiknya itu selalu bisa membuat nya rindu, sungguh dia benar-benar harus mencari tau perasaan apa yang muncul dalam hati nya ini, selalu berdetak keras jantung nya jika berdekatan dengan Laras dan kini dia harus menahan diri untuk tidak bertemu dengan adiknya itu mudah-mudahan dia tidak gila hanya karena menahan rindu.
"Ka Vijar, kita mau kemana?". tanya Laras sedikit keras karena sedang duduk di atas motor sambil memperhatikan jalanan sekitar yang biasa di lalui bukan menuju arah pulang ke rumah mereka."Kakak mau ngerayain ujian terakhir kamu, kita jalan-jalan". jawab Vijar tersenyum simpul matanya melihat wajah bingung Laras di kaca spion."Tapi aku kan belum lulus kak". ujar Laras kembali berteriak, belum lulus tapi kakak nya sudah merayakan."Mau lulus atau belum, terserah kakak pokoknya kakak mau ajak kamu jalan-jalan". jawab nya yang juga berteriak tak ingin di bantah. Tidak taukah Laras, bahwa dirinya sangat merindukan gadis kecil itu karena sudah 2 minggu tidak bertemu."Tapi kak, aku belum pulang ke rumah nanti kalau mamah sama nenek cariin gimana Saga juga". Laras masih beralibi supaya Vijar tidak membawanya kemana-mana, aneh saja rasanya kemarin-kemarin kakaknya ini tidak nongol batang hidungnya dan sekarang tiba-tiba datang menjemput nya dan mengaja
"Sudah selesai makannya?". seru Vijar menatap Laras gemas."Udah kak, Alhamdulillah kenyang". jawab Laras mengusap perutnya."Makasih yah kak!". lanjutnya dan Vijar mengangguk."Sekarang kita mau kemana kak?" tanya Laras karena Vijar bilangnya tadi mau mengajaknya jalan-jalan."Kamu maunya kemana?". Vijar malah bertanya balik."Em.. aku sih mau ke kebun binatang kak, mau lihat harimau". jawab Laras dengan polosnya.Vijar hampir menyemburkan minuman yang sudah dia minum, melihat harimau yang benar saja apa adiknya ini tidak takut dengan hewan buas ini."Kamu aneh, ke kebun binatang cuma pengen liat harimau". Vijar geleng-geleng kepala."Iya kak, aku pengen liat mereka langsung kalau perlu singa juga boleh". seperti tak ada takut Laras malah membayangkan nya."Emangnya kamu ngga takut sama hewan buas itu?". tanya Vijar merasa heran, kebanyakan anak perempuan itu takut dengan hewan buas seperti itu.
"Jadi mau di ba_"."Ini saya bayar cash". Vijar langsung memberikan beberapa uang pecahan merah pada si pemilik kontrakan, mata si ibu langsung berbinar terang melihat uang itu."Ah.. terima kasih ini untuk waktu berapa bulan yah?". dia ambil uang itu dengan senyum lebar dan bertanya berapa lama Vijar akan tinggal karena Vijar memberikan uang lebih dari bayar satu kali sewa kontrakan.Vijar berfikir, "Mungkin tidak lama, tergantung orang yang saya temui mau di ajak pulang atau tidak". sambil melirik Laras yang langsung membuang muka karena sadar dia yang di maksud Vijar."Apakah kurang? kalau kurang akan saya tambahi". lanjutnya melihat ibu pemilik itu."Ah.. tidak tidak.. ini lebih dari cukup. Terima kasih semua fasilitas yang di butuhkan ada di dalam. Silahkan beristirahat, saya mau kembali dulu". Ibu itu kemudian melenggang pergi tak lupa wajahnya selalu berseri sambil terus menciumi aroma uang itu.Vijar masuk lebih dulu di susul Laras tanpa berfikiran ap
Tak terasa sudah malam, waktunya makan malam dan makan malam kali ini berbeda karena keluarga dari ayah Laras yang biasanya jika malam makan masing-masing tapi kini mereka berkumpul bersama di satu ruangan dengan beralaskan tikar ada yang spesial malam ini selain kedatangan Laras dan Saga juga kedatangan tamu spesial Laras yang mengaku calon suami Laras yang tampannya luar biasa dengan tubuh tinggi dan tegap.Mereka makan pun dengan canggung dan tak sanggup menatap Vijar yang auranya sangat mendominasi sehingga mereka hanya bisa saling lirik dalam diam.Laras hanya bisa menghela nafas melihat suasana canggung dan tegang yang di akibatkan oleh Vijar meski pria itu tidak melakukan apa-apa sedang Vijar dan Saga mereka berdua hanya duduk anteng sambil melahap makanan yang ada sungguh sangat santai dan tak mempedulikan mereka yang tidak nyaman di sana."Kak Vijar cepat makannya, katanya mau lihat kontrakannya". seru Laras berusaha membuat keluarga itu merasa nyaman dengan car
Setelah kepergian semua orang yang berada di rumah itu termasuk Saga kini hanya tinggal Laras dan Vijar yang saling diam. Laras diam karena dia gugup sedang Vijar diam karena sedang menatapnya lekat sambil menahan diri untuk tidak menyerang Laras akibat kerinduan."Em.. kak apa kabar? kenapa kakak bisa sampai disini?". tanya Laras memberanikan diri karena sedari tadi tidak bisa menahan rasa penasarannya.Vijar yang mendapat pertanyaan itu sontak bergerak lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Laras hingga mau tak mau Laras memundurkan wajah."Aku tidak menyangka untuk mendapatkanmu aku harus bertentangan dengan ayahku, tapi tidak mengapa aku senang melakukannya. Untuk pertanyaanmu kenapa aku bisa sampai disini, tentu saja aku bisa. Aku Vijar Dipta Mahendra bisa melakukan apa saja yang aku inginkan termasuk dirimu". ucap Vijar santai dengan akhir kalimat yang terdengar mengerikan di telinga Laras karena di iringi dengan seringainya."Lalu apa kakak sudah tau kenapa aku
Laras berjalan gugup dengan mata yang bergerak awas, di sekitarnya banyak pasang mata yang memandang ke arah mereka lebih tepatnya sih memandang ke arah lelaki tinggi dan tampan yang berjalan di sisinya mungkin mereka terpesona sekaligus penasaran siapakah pria ini semua orang juga bisa menebak bahwa dia orang kaya dan apa hubungannya dengan Laras dan Saga kakak beradik yang baru saja menginjakkan kaki disini.Saga di sampingnya hanya diam saja dengan tatapan yang tanpa ekspresi, Saga juga tampan kehadirannya membuat para gadis remaja kalang kabut di tambah kedatangan pria lain yang lebih dewasa datang memasuki kampung mereka semakin gegerlah para kaum hawa di sana.Di sisi lain Martin yang baru pulang bekerja merasa heran dengan kelakuan para ibu-ibu dan juga keadaan di sekitarnya. Kenapa ramai begini? tapi kebanyakan di dominasi oleh kaum hawa. Martin pun jadi penasaran ada apa ini? dia pun membelah kerumunan dan mencoba bertanya."Eh, Bu ada apa ini ramai-ramai?". tan
Pria itu yang ternyata Vijar masih bersandar di samping mobilnya dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, dia sengaja pergi sendiri meninggalkan Rendi dengan semua tanggung jawabnya termasuk menangani Della yang pasti marah karena telah di tinggal diam-diam. Vijar juga sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggunya karena dia ingin segera bertemu dengan gadisnya.Vijarpun mendapat alamat ini dari Rendi yang telah berusaha mencarinya, sebenarnya dirinya juga bisa namun dia terlalu malas jadilah akhirnya dia hanya terima matengnya saja.Vijar juga tidak mempedulikan tatapan mata para ibu-ibu juga gadis yang berlalu lalang apalagi ada yang sengaja caper terhadapnya itu semua sudah biasa dia alami namun dia merasa risih saja karena di sini mereka sangat terang-terangan tidak seperti di kota yang hanya dalam diam seperti sekarang ini ada ibu-ibu genit yang mendekatinya."Mas, cari siapa?". tanyanya dengan wajah genit."Saya cari calon istri say
Kini dua kakak beradik itu sudah ada di rumah Rasti kakak sepupunya dari ibu, rumahnya tidak besar tidak juga kecil namun sangat nyaman dan sejuk karena di sepanjang rumahnya terdapat banyak sekali tanaman hias maupun pohon-pohon kecil yang tidak berbuah sepertinya kakak sepupunya ini sangat menyukai jenis tanaman langka yang hanya untuk pajangan namun Laras senang melihatnya karena dia juga menyukai tanaman namun bedanya dia menyukai tanaman yang membuahkan hasil jadi dia berencana jika memiliki rumah sendiri ingin mempunyai lahan luas untuk perkebunan."Rumah kak Rasti sejuk banget yah!". ucap Laras fokus memandangi semua koleksi tanaman milik kakak sepupunya."Mamah emang suka begini kak, kadang aku riweh karena sempit aku jadi nggak bisa naruh barang aku" itu Selin yang menyahut, ya anak usia 8 tahun itu sudah berkenalan sewaktu di mobil tadi dan karena Selin anaknya yang mempunyai sifat cerewet dan humble jadi dia sangat akrab dalam sekejap."Selin, barang kamu saja
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya yang di tunggu datang juga, Rasti turun dari mobil dan langsung berhambur memeluk kedua adik sepupunya yang sudah menunggu di depan teras rumah. Kenapa bisa langsung memeluk memangnya tau kalau dua anak itu sepupunya, jawabannya ya tentu saja karena dia masih mengingat wajah dua sepupunya itu meski sudah lama tidak bertemu lagi pula dia mengenal dua perempuan lainnya yakni Bu Iin dan anaknya. "Laras, Saga kalian sudah besar?". Rasti berucap setelah puas memeluk kedua sepupunya itu. "Iya kak, kakak kak Rasti". jawab Laras sambil bertanya untuk memastikan. "Iya, aku Rasti kakak sepupu kalian. Kakak benar-benar nggak bisa berkata-kata kalian datang ke sini". ucap Rasti dengan mata berkaca-kaca. Sungguh Rasti tidak menyangka setelah sekian lamanya mereka menunggu kabar dari kedua anak ini apalagi orang tua mereka sudah tiada dan harus di kubur di sana membuat keluarga dari pihak Lisa terserang rasa khawatir dan gelisah yang tiada Tara karena
Setelah lumayan lama mereka berpelukan menumpahkan rasa rindu juga rasa khawatir, ralat hanya ibu Iin saja yang menumpahkan segala kesedihan itu tidak dengan Saga yang malah dirinya diam saja karena memang tidak tau sedang Laras dia masih sedikit mengingat tentang masa kecilnya dulu jadi dia ikut merasakan sedih."Duduk dulu uwa". kata Laras setelah pelukan itu terlepas.Anaknya juga Laras membantu Bu Iin duduk di kursi dan membiarkan Bu Iin yang sudah lanjut usia itu menenangkan diri. Mereka cukup sabar menunggu hingga akhirnya Bu Iin bisa mengontrol tangisannya."Jadi kalian, bagaimana keadaan kalian?". tanya wanita tua itu menggenggam tangan Laras dan Saga yang berada di samping kanan kirinya."Alhamdulillah kami baik-baik saja uwa". jawab Laras tersenyum."Apa benar kalian di adopsi?" tanya nya lagi memastikan."Iya benar, kami di angkat oleh keluarga berada setelah orang tua kami meninggal. Mereka semua baik membiayai, merawat, menjaga serta menyayangi k
Pagi hari Laras dan Saga sudah siap, niatnya hari ini dia akan mendatangi rumah neneknya dari ibunya di kampung yang masih satu kota dan hanya menempuh waktu 15 menit saja jika naik angkutan umum.Laras memang tidak ingat alamatnya apalagi Saga jadi dia meminta untuk di antar oleh suami dari bibinya dengan senang hati mereka mengantar dengan kendaraan bermotor dengan bonceng tiga.Tak lama kemudian mereka sudah sampai dan Laras sedikit mengingat tempat tinggalnya dulu sewaktu dia di lahirkan dan di besarkan di sini hingga mereka memilih mengontrak dan tinggal di rumah neneknya yang lain.Tapi ada yang berubah rumah yang dulu sederhana kini menjadi rumah tingkat yang sangat bagus. Apakah rumah itu di renovasi atau.. sudah jadi rumah orang lain."Paman, apa benar ini rumahnya?". tanya Laras ragu sambil memandangi rumah bagus di depannya."Paman juga tidak tau, soalnya paman tidak pernah kesini semenjak ibu kalian tiada". jawab suami dari bibinya ini."Jadi set