"Sudah selesai makannya?". seru Vijar menatap Laras gemas.
"Udah kak, Alhamdulillah kenyang". jawab Laras mengusap perutnya."Makasih yah kak!". lanjutnya dan Vijar mengangguk."Sekarang kita mau kemana kak?" tanya Laras karena Vijar bilangnya tadi mau mengajaknya jalan-jalan."Kamu maunya kemana?". Vijar malah bertanya balik."Em.. aku sih mau ke kebun binatang kak, mau lihat harimau". jawab Laras dengan polosnya.Vijar hampir menyemburkan minuman yang sudah dia minum, melihat harimau yang benar saja apa adiknya ini tidak takut dengan hewan buas ini."Kamu aneh, ke kebun binatang cuma pengen liat harimau". Vijar geleng-geleng kepala."Iya kak, aku pengen liat mereka langsung kalau perlu singa juga boleh". seperti tak ada takut Laras malah membayangkan nya."Emangnya kamu ngga takut sama hewan buas itu?". tanya Vijar merasa heran, kebanyakan anak perempuan itu takut dengan hewan buas seperti itu."Wah... kak itu harimau nya". pekik Laras menunjuk binatang buas yang menakutkan dengan binar senang.Vijar sampai mengernyit, memang aneh kebanyakan gadis seusia Laras akan takut dengan binatang-binatang buas ini malah senang."Kak, lebih dekat yuk!". Laras langsung menarik tangan Vijar sebelum sang empu menjawab dia hanya pasrah dan mendekati binatang itu yang terhalang oleh dinding kaca yang tebal."Kak fotoin aku dong!". Laras memberikan ponselnya pada Vijar untuk mengabadikan momen ini.Vijar mengambil nya, tak apalah yang penting Laras senang, dirinya pun ikut senang. Vijar mengambil potret Laras dengan binatang buas itu dari balik dinding, Laras berpose layaknya gadis seusia nya dengan tampilan ceria dan imut. Vijar pun tersenyum melihat itu adiknya ini sangat manis."Kak, ayo kita foto berdua kita kan belum pernah foto bareng". kegugupan yang dulu pernah di rasakan Laras pada Vijar entah hilang kemana yang jelas sekarang ini dia m
Gio dan Saga sampai di kebun binatang dengan menaiki motor Gio, mereka langsung masuk sebelumnya membeli tiket terlebih dahulu. Setelah masuk Gio dan Saga mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari sosok tujuannya namun belum ketemu."Coba kita cari kesana ga". kata Gio menunjuk tempat di depan nya."Ayo!". jawab Saga singkat.Sudah kesana berkeliling namun tak juga menemukan orang yang di cari."Nggak ada kak, apa mereka udah pulang?". ujar Saga lelah mencari kakaknya yang tak kunjung ketemu."Nggak mungkin mereka udah pulang, kakak yakin mereka masih di sini". kata Gio yakin masih mengedarkan pandangannya."Tapi aku cape kak". Saga sampai mengeluarkan keringat karena lelahnya."Ya udah kita beli minuman dulu di sana". Gio tidak tega melihat Saga yang kelelahan, dia pun berinisiatif membeli minum."Ayo, kebetulan aku haus". Saga pun mengekor di belakang Gio.Saat sedang membeli minuman Saga yang t
Vijar mengikuti ke tiga adiknya kemanapun mereka pergi, kesal sih sebenarnya untuk apa juga ngikutin mereka yang sama sekali tak menganggap nya ada, adik-adik nya ini sungguh benar-benar apalagi Gio dia seperti sengaja melakukan nya.Memang Gio dan Vijar dari dulu tidak pernah akur suka berantem dan saling usil namun setelah kedatangan Laras dan Saga mereka jadi seperti berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian keduanya tapi tidak menutup kemungkinan mereka saling menyayangi dan memahami satu sama lain.ya"Kak, aku cape!". ucap Laras mendudukkan dirinya di atas batu.Semua berhenti menatap Laras dengan iba."Ya udah kita pulang". Vijar langsung menyahut."Kakak antar kamu". Gio menyela."Eits, Laras tadi kesini nya sama gue jadi pulang pun harus sama gue". kata Vijar menghalangi Gio yang ingin mendekati Laras."Yuk Laras!". lanjut Vijar. Sedang Gio hanya diam."Tapi aku cape kak". "Kakak gendong". Vij
Hari kelulusan Laras pun tiba, anak itu meski tidak mendapat juara umum terbaik di sekolah nya tapi dia tetap senang, ya Laras memang tidak sepintar Vijar dan Gio dia hanya mempunyai otak pas-pasan tapi jika dalam urusan seni dia lah juaranya.Meski begitu keluarga angkat nya tetap menyayangi dan menyemangati nya dan datang ke acara perpisahan sekolah nya."Laras, selamat yah sayang kamu lulus". Sarah menghampiri Laras yang baru turun panggung di ikuti dengan keluarga yang lain kecuali Doni suaminya yang sedang berada di luar kota jadi tidak bisa menghadiri acara Laras.Laras pun tidak masalah dengan hal itu, dirinya sudah mengerti bahwa dia tidak berhak untuk menuntut lebih pada ayah angkatnya."Terimakasih mah, tapi maaf aku ngga bisa jadi juara terbaik seperti kak Vijar dan Kak Gio". jawab Laras tertunduk sedih.Yang ada di pikiran nya pasti nenek dan mamah nya kecewa karena dirinya tidak membuat mereka bangga.Sarah tersenyum
Satu keluarga itu kini bertandang ke restoran lesehan namun tetap terkesan mewah dan modern di sekelilingnya banyak di suguhi air mancur yang terdapat ikan di bawah nya sungguh sangat cocok jika membawa anak kecil tak urung yang besar juga menyukai.Mereka memang selalu merayakan hari kelulusan anak-anak ada Doni atau tidak adanya pria itu tidak masalah yang terpenting membuat anak-anak senang itulah yang utama, Doni tidak bisa ikut juga bukan tanpa alasan kali ini memang dia yang super sibuk jadi tidak bisa ikut dan untuk Laras dia tau diri karena hanya anak angkat.Sarah memesan banyak menu yang enak-enak dan menggiurkan juga pencuci mulut yang tak kalah enak tentu saja itu membuat para anak-anak nya menahan liur nya kecuali Vijar yang biasa saja."Wah... mah banyak banget menu nya enak-enak lagi. Makasih yah mah!" ucap Laras girang namun detik kemudian wajahnya berubah murung dan itu sangat di perhatikan oleh semuanya yang menatapnya bingung."
"Sksd sekali orang itu, bikin jengkel". sungut Dewi setelah mereka pergi."Mana anaknya kegenitan banget lagi sama kak Vijar". tambah Gio ikut kesal."Ya udah biarin aja mereka udah aku usir". kata Vijar malas jika harus membahas wanita tidak di undang itu."Mah, kata dia suaminya manager di perusahaan papah. Pecat dia mah!". kata Vijar serius membuat Laras langsung mendelik ke arah nya."Jangan kak!". cegah Laras."Kenapa?". tanya Vijar menatap Laras dengan ingin tahu di ikuti yang lain."Kasian kak, yang salah kan mereka bukan ayah nya Raisa". jawab Laras tidak tega.Vijar menghela nafas berat, jika Laras yang meminta mau bagaimana lagi."Tapi Laras, mereka datang ke sini dengan tidak tau malu nya bahkan menghina kamu dan dengan sombong nya meminta Vijar atau Gio jadi calonnya. CK! masih mending mamah nikahin Vijar atau Gio sama kamu. Iya kan Vijar!". entah sengaja atau tidak Sarah berkata seperti itu namun ta
Atas kejadian kemarin di restoran yang membuat Vijar marah, tentu saja Vijar tidak akan tinggal diam meski Laras sudah meminta jangan di pecat tetap mereka harus mendapat hukuman. Enak saja mereka sudah menghina terus main tinggal santai gitu aja, ohh! tidak bisa Vijar akan melakukan sesuatu pada keluarga mereka.Seperti sekarang Maharani dan anak nya sedang menangis memohon ampun untuk di lepaskan, mereka sedang jadi tontonan banyak orang, banyak yang menghakimi mereka bahkan ada yang tega menyakiti.Maharani dan Raisa sedang di rundung oleh masyarakat karena terbukti mencuri emas di sebuah toko perhiasan. Ralat sebenarnya ini kerjaan Vijar yang menyuruh teman-temannya untuk memasukkan emas itu ke dalam tas ibu itu tentu saja tanpa sepengetahuan mereka."Ampun saya tidak mencuri, saya membeli". bela Maharani dengan air mata berderai."Kalo kamu mau beli terus kenapa nggak beli, malah nyelonong pergi gitu aja apalagi itu namanya kalo bukan mencuri
5 tahun kemudianLaras kini sudah memasuki kelas 11 SMA di sekolah tempat Vijar dan Gio dulu, Saga kelas 7 SMP, Gio sedang menyelesaikan kuliah nya yang sudah tahap terakhir, Gio ini memang cerdas maka dari itu dia cepat menyelesaikan kuliah nya begitu juga dengan Vijar yang kini sudah menduduki jabatan tertinggi di perusahaan ayahnya. Sebagai anak pertama tentu saja Vijar akan menjadi pewaris utama dari seluruh aset kekayaan Doni baru setelah itu Gio namun Doni sudah membaginya rata.Akan tetapi untuk Laras dan Saga, Doni hanya sekedar memberi tak ada hak waris untuk mereka tapi tidak apa Laras dan Saga tetap tidak berkecil hati karena tidak mendapat warisan toh dia juga tidak memikirkannya sudah di beri hidup layak dan di sekolah kan saja mereka sudah sangat bersyukur maruk sekali jika ingin meminta lebih tapi kalau di beri sih tidak apa-apa.Laras sedang berdiri di depan cermin, sekarang dia sudah besar sudah menjadi gadis yang cantik dan manis, sekaran
"Jadi mau di ba_"."Ini saya bayar cash". Vijar langsung memberikan beberapa uang pecahan merah pada si pemilik kontrakan, mata si ibu langsung berbinar terang melihat uang itu."Ah.. terima kasih ini untuk waktu berapa bulan yah?". dia ambil uang itu dengan senyum lebar dan bertanya berapa lama Vijar akan tinggal karena Vijar memberikan uang lebih dari bayar satu kali sewa kontrakan.Vijar berfikir, "Mungkin tidak lama, tergantung orang yang saya temui mau di ajak pulang atau tidak". sambil melirik Laras yang langsung membuang muka karena sadar dia yang di maksud Vijar."Apakah kurang? kalau kurang akan saya tambahi". lanjutnya melihat ibu pemilik itu."Ah.. tidak tidak.. ini lebih dari cukup. Terima kasih semua fasilitas yang di butuhkan ada di dalam. Silahkan beristirahat, saya mau kembali dulu". Ibu itu kemudian melenggang pergi tak lupa wajahnya selalu berseri sambil terus menciumi aroma uang itu.Vijar masuk lebih dulu di susul Laras tanpa berfikiran ap
Tak terasa sudah malam, waktunya makan malam dan makan malam kali ini berbeda karena keluarga dari ayah Laras yang biasanya jika malam makan masing-masing tapi kini mereka berkumpul bersama di satu ruangan dengan beralaskan tikar ada yang spesial malam ini selain kedatangan Laras dan Saga juga kedatangan tamu spesial Laras yang mengaku calon suami Laras yang tampannya luar biasa dengan tubuh tinggi dan tegap.Mereka makan pun dengan canggung dan tak sanggup menatap Vijar yang auranya sangat mendominasi sehingga mereka hanya bisa saling lirik dalam diam.Laras hanya bisa menghela nafas melihat suasana canggung dan tegang yang di akibatkan oleh Vijar meski pria itu tidak melakukan apa-apa sedang Vijar dan Saga mereka berdua hanya duduk anteng sambil melahap makanan yang ada sungguh sangat santai dan tak mempedulikan mereka yang tidak nyaman di sana."Kak Vijar cepat makannya, katanya mau lihat kontrakannya". seru Laras berusaha membuat keluarga itu merasa nyaman dengan car
Setelah kepergian semua orang yang berada di rumah itu termasuk Saga kini hanya tinggal Laras dan Vijar yang saling diam. Laras diam karena dia gugup sedang Vijar diam karena sedang menatapnya lekat sambil menahan diri untuk tidak menyerang Laras akibat kerinduan."Em.. kak apa kabar? kenapa kakak bisa sampai disini?". tanya Laras memberanikan diri karena sedari tadi tidak bisa menahan rasa penasarannya.Vijar yang mendapat pertanyaan itu sontak bergerak lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Laras hingga mau tak mau Laras memundurkan wajah."Aku tidak menyangka untuk mendapatkanmu aku harus bertentangan dengan ayahku, tapi tidak mengapa aku senang melakukannya. Untuk pertanyaanmu kenapa aku bisa sampai disini, tentu saja aku bisa. Aku Vijar Dipta Mahendra bisa melakukan apa saja yang aku inginkan termasuk dirimu". ucap Vijar santai dengan akhir kalimat yang terdengar mengerikan di telinga Laras karena di iringi dengan seringainya."Lalu apa kakak sudah tau kenapa aku
Laras berjalan gugup dengan mata yang bergerak awas, di sekitarnya banyak pasang mata yang memandang ke arah mereka lebih tepatnya sih memandang ke arah lelaki tinggi dan tampan yang berjalan di sisinya mungkin mereka terpesona sekaligus penasaran siapakah pria ini semua orang juga bisa menebak bahwa dia orang kaya dan apa hubungannya dengan Laras dan Saga kakak beradik yang baru saja menginjakkan kaki disini.Saga di sampingnya hanya diam saja dengan tatapan yang tanpa ekspresi, Saga juga tampan kehadirannya membuat para gadis remaja kalang kabut di tambah kedatangan pria lain yang lebih dewasa datang memasuki kampung mereka semakin gegerlah para kaum hawa di sana.Di sisi lain Martin yang baru pulang bekerja merasa heran dengan kelakuan para ibu-ibu dan juga keadaan di sekitarnya. Kenapa ramai begini? tapi kebanyakan di dominasi oleh kaum hawa. Martin pun jadi penasaran ada apa ini? dia pun membelah kerumunan dan mencoba bertanya."Eh, Bu ada apa ini ramai-ramai?". tan
Pria itu yang ternyata Vijar masih bersandar di samping mobilnya dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, dia sengaja pergi sendiri meninggalkan Rendi dengan semua tanggung jawabnya termasuk menangani Della yang pasti marah karena telah di tinggal diam-diam. Vijar juga sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggunya karena dia ingin segera bertemu dengan gadisnya.Vijarpun mendapat alamat ini dari Rendi yang telah berusaha mencarinya, sebenarnya dirinya juga bisa namun dia terlalu malas jadilah akhirnya dia hanya terima matengnya saja.Vijar juga tidak mempedulikan tatapan mata para ibu-ibu juga gadis yang berlalu lalang apalagi ada yang sengaja caper terhadapnya itu semua sudah biasa dia alami namun dia merasa risih saja karena di sini mereka sangat terang-terangan tidak seperti di kota yang hanya dalam diam seperti sekarang ini ada ibu-ibu genit yang mendekatinya."Mas, cari siapa?". tanyanya dengan wajah genit."Saya cari calon istri say
Kini dua kakak beradik itu sudah ada di rumah Rasti kakak sepupunya dari ibu, rumahnya tidak besar tidak juga kecil namun sangat nyaman dan sejuk karena di sepanjang rumahnya terdapat banyak sekali tanaman hias maupun pohon-pohon kecil yang tidak berbuah sepertinya kakak sepupunya ini sangat menyukai jenis tanaman langka yang hanya untuk pajangan namun Laras senang melihatnya karena dia juga menyukai tanaman namun bedanya dia menyukai tanaman yang membuahkan hasil jadi dia berencana jika memiliki rumah sendiri ingin mempunyai lahan luas untuk perkebunan."Rumah kak Rasti sejuk banget yah!". ucap Laras fokus memandangi semua koleksi tanaman milik kakak sepupunya."Mamah emang suka begini kak, kadang aku riweh karena sempit aku jadi nggak bisa naruh barang aku" itu Selin yang menyahut, ya anak usia 8 tahun itu sudah berkenalan sewaktu di mobil tadi dan karena Selin anaknya yang mempunyai sifat cerewet dan humble jadi dia sangat akrab dalam sekejap."Selin, barang kamu saja
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya yang di tunggu datang juga, Rasti turun dari mobil dan langsung berhambur memeluk kedua adik sepupunya yang sudah menunggu di depan teras rumah. Kenapa bisa langsung memeluk memangnya tau kalau dua anak itu sepupunya, jawabannya ya tentu saja karena dia masih mengingat wajah dua sepupunya itu meski sudah lama tidak bertemu lagi pula dia mengenal dua perempuan lainnya yakni Bu Iin dan anaknya. "Laras, Saga kalian sudah besar?". Rasti berucap setelah puas memeluk kedua sepupunya itu. "Iya kak, kakak kak Rasti". jawab Laras sambil bertanya untuk memastikan. "Iya, aku Rasti kakak sepupu kalian. Kakak benar-benar nggak bisa berkata-kata kalian datang ke sini". ucap Rasti dengan mata berkaca-kaca. Sungguh Rasti tidak menyangka setelah sekian lamanya mereka menunggu kabar dari kedua anak ini apalagi orang tua mereka sudah tiada dan harus di kubur di sana membuat keluarga dari pihak Lisa terserang rasa khawatir dan gelisah yang tiada Tara karena
Setelah lumayan lama mereka berpelukan menumpahkan rasa rindu juga rasa khawatir, ralat hanya ibu Iin saja yang menumpahkan segala kesedihan itu tidak dengan Saga yang malah dirinya diam saja karena memang tidak tau sedang Laras dia masih sedikit mengingat tentang masa kecilnya dulu jadi dia ikut merasakan sedih."Duduk dulu uwa". kata Laras setelah pelukan itu terlepas.Anaknya juga Laras membantu Bu Iin duduk di kursi dan membiarkan Bu Iin yang sudah lanjut usia itu menenangkan diri. Mereka cukup sabar menunggu hingga akhirnya Bu Iin bisa mengontrol tangisannya."Jadi kalian, bagaimana keadaan kalian?". tanya wanita tua itu menggenggam tangan Laras dan Saga yang berada di samping kanan kirinya."Alhamdulillah kami baik-baik saja uwa". jawab Laras tersenyum."Apa benar kalian di adopsi?" tanya nya lagi memastikan."Iya benar, kami di angkat oleh keluarga berada setelah orang tua kami meninggal. Mereka semua baik membiayai, merawat, menjaga serta menyayangi k
Pagi hari Laras dan Saga sudah siap, niatnya hari ini dia akan mendatangi rumah neneknya dari ibunya di kampung yang masih satu kota dan hanya menempuh waktu 15 menit saja jika naik angkutan umum.Laras memang tidak ingat alamatnya apalagi Saga jadi dia meminta untuk di antar oleh suami dari bibinya dengan senang hati mereka mengantar dengan kendaraan bermotor dengan bonceng tiga.Tak lama kemudian mereka sudah sampai dan Laras sedikit mengingat tempat tinggalnya dulu sewaktu dia di lahirkan dan di besarkan di sini hingga mereka memilih mengontrak dan tinggal di rumah neneknya yang lain.Tapi ada yang berubah rumah yang dulu sederhana kini menjadi rumah tingkat yang sangat bagus. Apakah rumah itu di renovasi atau.. sudah jadi rumah orang lain."Paman, apa benar ini rumahnya?". tanya Laras ragu sambil memandangi rumah bagus di depannya."Paman juga tidak tau, soalnya paman tidak pernah kesini semenjak ibu kalian tiada". jawab suami dari bibinya ini."Jadi set