"Ka Vijar, kita mau kemana?". tanya Laras sedikit keras karena sedang duduk di atas motor sambil memperhatikan jalanan sekitar yang biasa di lalui bukan menuju arah pulang ke rumah mereka.
"Kakak mau ngerayain ujian terakhir kamu, kita jalan-jalan". jawab Vijar tersenyum simpul matanya melihat wajah bingung Laras di kaca spion."Tapi aku kan belum lulus kak". ujar Laras kembali berteriak, belum lulus tapi kakak nya sudah merayakan."Mau lulus atau belum, terserah kakak pokoknya kakak mau ajak kamu jalan-jalan". jawab nya yang juga berteriak tak ingin di bantah. Tidak taukah Laras, bahwa dirinya sangat merindukan gadis kecil itu karena sudah 2 minggu tidak bertemu."Tapi kak, aku belum pulang ke rumah nanti kalau mamah sama nenek cariin gimana Saga juga". Laras masih beralibi supaya Vijar tidak membawanya kemana-mana, aneh saja rasanya kemarin-kemarin kakaknya ini tidak nongol batang hidungnya dan sekarang tiba-tiba datang menjemput nya dan mengaja"Sudah selesai makannya?". seru Vijar menatap Laras gemas."Udah kak, Alhamdulillah kenyang". jawab Laras mengusap perutnya."Makasih yah kak!". lanjutnya dan Vijar mengangguk."Sekarang kita mau kemana kak?" tanya Laras karena Vijar bilangnya tadi mau mengajaknya jalan-jalan."Kamu maunya kemana?". Vijar malah bertanya balik."Em.. aku sih mau ke kebun binatang kak, mau lihat harimau". jawab Laras dengan polosnya.Vijar hampir menyemburkan minuman yang sudah dia minum, melihat harimau yang benar saja apa adiknya ini tidak takut dengan hewan buas ini."Kamu aneh, ke kebun binatang cuma pengen liat harimau". Vijar geleng-geleng kepala."Iya kak, aku pengen liat mereka langsung kalau perlu singa juga boleh". seperti tak ada takut Laras malah membayangkan nya."Emangnya kamu ngga takut sama hewan buas itu?". tanya Vijar merasa heran, kebanyakan anak perempuan itu takut dengan hewan buas seperti itu.
"Wah... kak itu harimau nya". pekik Laras menunjuk binatang buas yang menakutkan dengan binar senang.Vijar sampai mengernyit, memang aneh kebanyakan gadis seusia Laras akan takut dengan binatang-binatang buas ini malah senang."Kak, lebih dekat yuk!". Laras langsung menarik tangan Vijar sebelum sang empu menjawab dia hanya pasrah dan mendekati binatang itu yang terhalang oleh dinding kaca yang tebal."Kak fotoin aku dong!". Laras memberikan ponselnya pada Vijar untuk mengabadikan momen ini.Vijar mengambil nya, tak apalah yang penting Laras senang, dirinya pun ikut senang. Vijar mengambil potret Laras dengan binatang buas itu dari balik dinding, Laras berpose layaknya gadis seusia nya dengan tampilan ceria dan imut. Vijar pun tersenyum melihat itu adiknya ini sangat manis."Kak, ayo kita foto berdua kita kan belum pernah foto bareng". kegugupan yang dulu pernah di rasakan Laras pada Vijar entah hilang kemana yang jelas sekarang ini dia m
Gio dan Saga sampai di kebun binatang dengan menaiki motor Gio, mereka langsung masuk sebelumnya membeli tiket terlebih dahulu. Setelah masuk Gio dan Saga mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari sosok tujuannya namun belum ketemu."Coba kita cari kesana ga". kata Gio menunjuk tempat di depan nya."Ayo!". jawab Saga singkat.Sudah kesana berkeliling namun tak juga menemukan orang yang di cari."Nggak ada kak, apa mereka udah pulang?". ujar Saga lelah mencari kakaknya yang tak kunjung ketemu."Nggak mungkin mereka udah pulang, kakak yakin mereka masih di sini". kata Gio yakin masih mengedarkan pandangannya."Tapi aku cape kak". Saga sampai mengeluarkan keringat karena lelahnya."Ya udah kita beli minuman dulu di sana". Gio tidak tega melihat Saga yang kelelahan, dia pun berinisiatif membeli minum."Ayo, kebetulan aku haus". Saga pun mengekor di belakang Gio.Saat sedang membeli minuman Saga yang t
Vijar mengikuti ke tiga adiknya kemanapun mereka pergi, kesal sih sebenarnya untuk apa juga ngikutin mereka yang sama sekali tak menganggap nya ada, adik-adik nya ini sungguh benar-benar apalagi Gio dia seperti sengaja melakukan nya.Memang Gio dan Vijar dari dulu tidak pernah akur suka berantem dan saling usil namun setelah kedatangan Laras dan Saga mereka jadi seperti berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian keduanya tapi tidak menutup kemungkinan mereka saling menyayangi dan memahami satu sama lain.ya"Kak, aku cape!". ucap Laras mendudukkan dirinya di atas batu.Semua berhenti menatap Laras dengan iba."Ya udah kita pulang". Vijar langsung menyahut."Kakak antar kamu". Gio menyela."Eits, Laras tadi kesini nya sama gue jadi pulang pun harus sama gue". kata Vijar menghalangi Gio yang ingin mendekati Laras."Yuk Laras!". lanjut Vijar. Sedang Gio hanya diam."Tapi aku cape kak". "Kakak gendong". Vij
Hari kelulusan Laras pun tiba, anak itu meski tidak mendapat juara umum terbaik di sekolah nya tapi dia tetap senang, ya Laras memang tidak sepintar Vijar dan Gio dia hanya mempunyai otak pas-pasan tapi jika dalam urusan seni dia lah juaranya.Meski begitu keluarga angkat nya tetap menyayangi dan menyemangati nya dan datang ke acara perpisahan sekolah nya."Laras, selamat yah sayang kamu lulus". Sarah menghampiri Laras yang baru turun panggung di ikuti dengan keluarga yang lain kecuali Doni suaminya yang sedang berada di luar kota jadi tidak bisa menghadiri acara Laras.Laras pun tidak masalah dengan hal itu, dirinya sudah mengerti bahwa dia tidak berhak untuk menuntut lebih pada ayah angkatnya."Terimakasih mah, tapi maaf aku ngga bisa jadi juara terbaik seperti kak Vijar dan Kak Gio". jawab Laras tertunduk sedih.Yang ada di pikiran nya pasti nenek dan mamah nya kecewa karena dirinya tidak membuat mereka bangga.Sarah tersenyum
Satu keluarga itu kini bertandang ke restoran lesehan namun tetap terkesan mewah dan modern di sekelilingnya banyak di suguhi air mancur yang terdapat ikan di bawah nya sungguh sangat cocok jika membawa anak kecil tak urung yang besar juga menyukai.Mereka memang selalu merayakan hari kelulusan anak-anak ada Doni atau tidak adanya pria itu tidak masalah yang terpenting membuat anak-anak senang itulah yang utama, Doni tidak bisa ikut juga bukan tanpa alasan kali ini memang dia yang super sibuk jadi tidak bisa ikut dan untuk Laras dia tau diri karena hanya anak angkat.Sarah memesan banyak menu yang enak-enak dan menggiurkan juga pencuci mulut yang tak kalah enak tentu saja itu membuat para anak-anak nya menahan liur nya kecuali Vijar yang biasa saja."Wah... mah banyak banget menu nya enak-enak lagi. Makasih yah mah!" ucap Laras girang namun detik kemudian wajahnya berubah murung dan itu sangat di perhatikan oleh semuanya yang menatapnya bingung."
"Sksd sekali orang itu, bikin jengkel". sungut Dewi setelah mereka pergi."Mana anaknya kegenitan banget lagi sama kak Vijar". tambah Gio ikut kesal."Ya udah biarin aja mereka udah aku usir". kata Vijar malas jika harus membahas wanita tidak di undang itu."Mah, kata dia suaminya manager di perusahaan papah. Pecat dia mah!". kata Vijar serius membuat Laras langsung mendelik ke arah nya."Jangan kak!". cegah Laras."Kenapa?". tanya Vijar menatap Laras dengan ingin tahu di ikuti yang lain."Kasian kak, yang salah kan mereka bukan ayah nya Raisa". jawab Laras tidak tega.Vijar menghela nafas berat, jika Laras yang meminta mau bagaimana lagi."Tapi Laras, mereka datang ke sini dengan tidak tau malu nya bahkan menghina kamu dan dengan sombong nya meminta Vijar atau Gio jadi calonnya. CK! masih mending mamah nikahin Vijar atau Gio sama kamu. Iya kan Vijar!". entah sengaja atau tidak Sarah berkata seperti itu namun ta
Atas kejadian kemarin di restoran yang membuat Vijar marah, tentu saja Vijar tidak akan tinggal diam meski Laras sudah meminta jangan di pecat tetap mereka harus mendapat hukuman. Enak saja mereka sudah menghina terus main tinggal santai gitu aja, ohh! tidak bisa Vijar akan melakukan sesuatu pada keluarga mereka.Seperti sekarang Maharani dan anak nya sedang menangis memohon ampun untuk di lepaskan, mereka sedang jadi tontonan banyak orang, banyak yang menghakimi mereka bahkan ada yang tega menyakiti.Maharani dan Raisa sedang di rundung oleh masyarakat karena terbukti mencuri emas di sebuah toko perhiasan. Ralat sebenarnya ini kerjaan Vijar yang menyuruh teman-temannya untuk memasukkan emas itu ke dalam tas ibu itu tentu saja tanpa sepengetahuan mereka."Ampun saya tidak mencuri, saya membeli". bela Maharani dengan air mata berderai."Kalo kamu mau beli terus kenapa nggak beli, malah nyelonong pergi gitu aja apalagi itu namanya kalo bukan mencuri