"Gio.. ngapain kamu kesini?" tanya Regi bingung, pasalnya selama dia memalak Gio tak pernah ikut campur tapi kali ini dia malah ada di depan nya seperti tengah membela.
"Ngapain? kamu yang ngapain. Balikin lagi bekal dia". kata Gio menatap Regi tajam versi anak SD."Ngga, dia sendiri yang ngasih karena dia bilang dia ngga punya uang". balas Regi acuh."Lagian kamu ngapain ikut campur biasanya juga cuek aja udah sana pergi ganggu orang aja". usir Regi karena Gio menghambat waktunya.Gio menggeram marah, dia tidak tau bahwa anak perempuan yang sedang jadi target palak nya adalah adiknya."Jangan sekali-kali kamu ganggu dia". tekan Gio."Eh apa urusannya sama kamu?". tanya Edo tak terima."Iya, kenapa kamu sewot? biasanya juga cuek aja". tambah Boim. Kesal juga karena Gio sungguh sangat menggangu."Dia adik saya". jawab Gio akhirnya. Tentu saja hal itu membuat mereka terkejut pasalnya yang mereka tau Gio ini anak bGio dan Laras sudah pulang ke rumah sedang Vijar belum karena dia sudah SMA jadi pulang lebih sore, sejak ada Laras dan Saga di rumah keluarga Doni suasana rumah itu menjadi ramai dan ceria dengan segala tingkah keaktifan Saga anak itu benar-benar gesit dan lincah sampai-sampai membuat para pelayan kewalahan mengejarnya, tapi meski begitu mereka senang akan kehadiran anak-anak itu.Gio juga jadi sering keluar kamar untuk bermain bersama mereka jika ada di rumah karena biasanya Gio kalau sudah pulang sekolah dia akan anteng di dalam kamarnya entah itu bermain game atau bermain ponsel sampai-sampai membuat orang tuanya khawatir dan lagi-lagi mereka bersyukur atas kehadiran dua anak yang ada di tengah-tengah mereka.Tak terasa Gio dan Laras lama bermain datang lah Vijar dengan membawa teman-temannya yang satu geng yang berisi lima orang, memang sudah terbiasa jika Vijar membawa teman-temannya main ke rumah mereka sudah kenal satu sama lain begitu juga dengan para orang tua nya.Kali ini V
Vijar dan Laras pun akhirnya pergi ke toko buku, Laras dengan serius mengitari rak-rak buku itu sambil membaca dan menyimpan nya lagi terus saja seperti itu dan tak sadar jika Vijar juga terus mengikutinya sambil menatap nya lekat.Vijar sendiri sangat bingung, entah kenapa semakin gadis itu tumbuh semakin membuat perasaan Vijar aneh, perasaan ini bukan seperti kakak ke adik melainkan laki-laki ke perempuan sungguh dia tidak mengerti karena setiap melihat wajah Laras, hatinya seperti bergejolak dia jadi selalu tersenyum jika melihat Laras.Apakah dirinya mulai menyukai gadis ini sebagai lawan jenis? ah tidak tidak Laras adalah adiknya walaupun hanya adik angkat dan lagi usianya berbeda jauh dia bisa di katakan pedofil nanti. Dan bagaimana nanti tanggapan kedua orangtuanya jika mengetahui hal ini? sungguh ini di luar dugaan nya dia harus bisa memendam perasaan ini. Harus."Kak Vijar". sebuah suara mengejutkan lamunan lelaki itu segera dia menyahut panggilan
"Cukup... Della!". Vijar berucap dengan nada menekan tapi itu mampu membuat Della gadis yang tiba-tiba membuat rusuh sendiri ini terdiam."Ngapain kamu disini dan ada urusan apa kamu melarang ku minum disini?". tanya nya penuh penekanan."Vijar,, aku..." Della tak mampu membela ketika dirinya di beri pertanyaan seperti itu oleh Vijar dia hanya merasa cemburu saat melihat Vijar bersama perempuan lain."Kenapa? tak bisa menjawab". Vijar tersenyum miring membuat nyali Della menciut."Tapi aku peduli sama kamu, kamu itu cowok paling berpengaruh di kampus jadi aku harus melindungi privasi kamu terlebih dengan orang yang tidak setara dengan kamu". ujar Della sambil menatap rendah pada Laras.Sedang Laras yang di tatap seperti itu tak peduli gadis itu masih asik minum air kelapa nya setidaknya ini lebih nikmat ketimbang mendengarkan rengekan gadis yang entah dari mana datangnya.Lagi-lagi Vijar tersenyum miring, tau apa yang di maksud D
Hari ini teman-teman Vijar datang ke rumah tujuan nya ya apalagi kalau bukan bersantai sambil melakukan sesuatu yang mereka inginkan terlebih mereka lebih suka duduk di taman sejak pertama kali mereka menginjakkan kaki di taman itu mereka jadi sering kesini bahkan sampai ada yang tertidur, senyaman itukah taman itu yang bagaikan rumah kedua bagi mereka.Vijar tentu tak mempermasalahkan itu di manapun tempat nya jika membuat mereka nyaman ya terserah asalkan tau batasan dirinya juga begitu jika sedang bermain di rumah temannya."Jar, itu Laras kan?". tanya Hary yang melihat Laras seorang diri sambil membaca buku.Rambutnya yang hitam panjang berkibar tertiup angin menutupi wajahnya yang manis membuat Vijar tersenyum melihat nya."Iya!". jawab Vijar singkat namun pandangan nya tak lepas dari wajah Laras."Dia makin cantik yah, manis lagi!". kata Hary tersenyum."Benar banget perasaan tuh anak masih pitik ngga tau nya sekarang udah
"Kak Gio makasih ya! udah ajak aku sama Saga jalan-jalan hari ini di tambah nyobain makanan yang enak-enak". seru Laras kegirangan setelah pulang dari acaranya bersama Gio dan Saga."Iya ka, Saga seneng banget, sekarang Saga kenyang". celoteh Saga anak kelas 3 sekolah dasar itu menepuk perutnya yang buncit dengan terkekeh lebar.Gio menepuk kepala Saga dan Laras gemas, "Sama-sama nanti mau ikut lagi ngga kalau kakak kulineran". ujar Gio bahagia melihat adik-adiknya senang."Mau.. mau..". Laras dan Saga langsung mengganggu antusias."Hehehe anak pintar kalau ada yang gratis. Hajar..". kata Gio seperti sebuah nasihat bagi mereka."Siap kak!". jawab kedua anak itu serempak."Ya udah, mendingan kalian istirahat bentar lagi mamah sama papah pulang". ujar Gio memerintah."Mamah, papah pulang sama nenek juga kan!". sahut Laras terlihat bahagia."Iya". jawab Gio singkat."Berarti.. nenek udah sembuh dong". tim
"Kak, malah bengong!". Laras menegur karena Vijar malah hanya memandangi nya."Oh iya, kakak sudah tau mereka akan pulang". jawab nya kikuk karena terpergok melihat nya melamun."Ya udah kalau udah tau, sekarang aku mau istirahat aku cape kakak bisa kan kembali ke kamar kakak". ucap Laras biasa saja namun di telinga Vijar seperti mengusir secara halus."Kamu ngusir kakak!". mata Vijar mendelik tak suka."Aku ngga usir kakak, cuma aku butuh kenyamanan". kata Laras merasa tak enak hati apalagi melihat wajah Vijar yang masam."Berarti kamu ngga nyaman ada kakak disini". lagi Vijar membuat Laras menggeram."Terserah kakak aku mau istirahat". tak mempedulikan Vijar dia naik ke atas ranjang lalu merebahkan tubuhnya di sana.Heran juga dengan kakak nya, kenapa akhir-akhir ini dia sering sekali menempel padanya dan bertanya-tanya yang tidak masuk akal sungguh kakak yang protektif, dia sebal jadinya.Alih-alih pergi Vija
"Laras, kenapa Vijar ada disini?". tanya Dewi menatap Vijar yang masih anteng di tempat nya."Kak Vijar ini kayak kebo banget di bangunin ngga bangun-bangun. Kak, bangun..! ada nenek". teriak Gio di akhir kalimat di telinga Vijar."Apa an sih Io! teriak-teriak di telinga gue". Vijar marah sambil mengusap-usap telinga nya."Tuh liat". Gio menunjuk di depan nya.Vijar menoleh yang di tunjuk Gio, hatinya meringis bingung melihat neneknya yang menatap nya dengan tajam."Nenek kapan datang?". tanya Vijar seolah tidak terjadi apa-apa, dia beranjak menghampiri neneknya untuk memeluknya.Nenek menyambut pelukan Vijar dan menjawab," Baru saja". namun sedetik kemudian Dewi menjewer telinga Vijar membuat sang empu mengaduh sedang Laras dan Gio terkejut namun hanya sesaat kemudian tertawa."Nenek, lepasin. Kenapa aku di jewer? memang nya aku anak kecil". ucap Vijar merasa malu pada adik-adik nya yang malah menertawakan nya.
Hari telah berganti hari, kepulangan orang tua dan neneknya sangat membuat hari-hari Laras berwarna dan terasa hangat terlebih Vijar juga akhir-akhir ini tidak banyak mengganggu nya, mungkin karena Laras juga sedang mempersiapkan ujian kelulusan nya jadi Vijar memberikan kesempatan untuk adiknya itu belajar, belajar dan belajar.Tentu saja hal itu di sambut gembira oleh Laras setidaknya untuk saat ini dirinya bisa fokus untuk pendidikan nya.Tapi berbeda dengan Vijar, sehari saja dirinya tidak melihat Laras maka perasaan nya menjadi gelisah namun dia sudah berjanji tidak akan mengganggu adiknya itu. Namun meski Laras masih kecil namun adiknya itu selalu bisa membuat nya rindu, sungguh dia benar-benar harus mencari tau perasaan apa yang muncul dalam hati nya ini, selalu berdetak keras jantung nya jika berdekatan dengan Laras dan kini dia harus menahan diri untuk tidak bertemu dengan adiknya itu mudah-mudahan dia tidak gila hanya karena menahan rindu.