"Turunkan aku!"
Zayyad tidak menurunkan Alina. Berjalan kearah ranjang, ia membaringkan wanita itu di sana dan membuatnya bersandar di kepala ranjang. Alina melipat kedua tangannya, mendengus kesal. Kalau bukan karena neneknya, di bawah tadi ia pasti sudah menggigit pria ini tanpa ampun.
Zayyad yang melihat wajah masam Alina, ia langsung tau ada sesuatu hal yang tidak menyenangkan terjadi. Duduk di pinggir ranjang, ia dengan lembut bertanya, "Alina...ada apa? Kenapa muram begitu?
Alina melirik kearah Zayyad, memelototinya tajam. "Menurut mu?"
Zayyad menarik nafas, menghelanya perlahan. Melihat Alina yang cemberut, rasanya tak jauh berbeda dengan anak kecil yang merajuk karena tidak dibelikan mainan. Tanpa sadar, ia tertawa kecil.
"Apa yang kau tertawa kan?" Alina sudah sangat menderita seharian ini, tapi pria di depannya ini masih bisa tertawa. Alina merasa gatal untuk mencakar wajah tampan itu.
Zayyad menutup rapat bibirnya, berhenti
Sesampai di pertengahan jalan besar yang padat, kesibukan kota di malam hari menggoda Alina untuk menurunkan kaca mobil dan melirik keluar. Memperhatikan mobil-mobil yang berlalu-lalang dan beberapa motor yang hanya hitungan jari. Sungguh kota Y ini di penuhi oleh orang-orang besar. Kota besar dengan kehidupan yang monoton. Alina dapat memperhatikan beberapa mobil di luar sana yang hampir rata-rata dikendarai para pekerja yang baru saja pulang dari lembur. Di samping monoton, kehidupan di kota ini juga terlihat melelahkan. Tepat di ketika lampu merah menyala, Zayyad menghentikan mobilnya. Detik itu Alina teringat, ia belum memberi tahu Zayyad kemana mereka akan pergi. "Zayyad" "Em" Zayyad menoleh kearah Alina. "Aku melihat beberapa ulasan cafe ternama yang ada di kota Y. Aku menemukan satu cafe yang cukup menarik, namanya 'star night', kita..pergi ke sana saja, boleh ya?" Tanya Alina, mengedip-ngedipkan matanya memohon. Itu pertama kalinya Alina memoh
Alina menatap beberapa saat pada menu yang terhidang di meja bulat putih itu. Sepiring kue berbentuk hati, bewarna merah dengan lapisan coklat, dan bertabur bubuk kopi halus diatasnya. Di samping itu ada semangkuk ice cream besar, dengan tiga varian rasa, vanila, coklat dan moccha. Dan terakhir satu gelas besar cappucino hangat dengan sentuhan seni bergambar 'hati' di atasnya.Semua hanya ada satu piring, satu mangkuk, dan satu gelas— apakah ini yang dinamakan paket pasangan?"Ada apa?" Zayyad yang melihat Alina hanya diam menatap menu di atas meja, bertanya. "Kau tidak suka dengan sajiannya?"Alina menggeleng, matanya termenung menatap ke hidangan itu. Bagaimana mungkin ia tidak menyukainya? Semua dari mereka begitu lezat dan menggiurkan. Terlebih lagi kue yang berbentuk hati itu, aroma bubuk kopinya berkali-kali sudah menggoda penciumannya. Hanya saja yang membuatnya bimbang..."Lalu kenapa hanya menatapnya saja? Tidak di makan?" Tanya Zayyad lagi
Kening mereka bertemu, bulu mata yang saling mengenai, hidung yang sudah menyentuh ujung hidung satu sama lain, dan—keduanya saling menahan nafas. Beberapa detik berlalu, tidak ada yang berani melanjutkan lebih dari itu. Mereka hanya menatap dalam diam dan heningInsting Zayyad kala menatap bibir coklat kemerahan dibawahnya, ada rasa ingin yang sangat kuat untuk segera menyentuh dan mengecupnya lembut. Mengepalkan tangannya, Zayyad menahannya. Ia tidak ingin melakukannya. Ia ingin menjaga perasaan Alina.Zayyad perlahan meluruskan punggungnya, ingin berdiri tegap, untuk segera menjauhi godaan itu.Tapi tidak pernah menduga, Alina tiba-tiba berjinjit dan langsung mengalungkan tangannya di lehernya, menahannya dari bergerak. Perlahan bibir merah kecoklatan itu mendekat, menyentuh permukaan bibirnya dan menekannya lembut.Mata Zayyad membulat lebar, tindakan wanita itu nyaris hampir membuatnya lupa bernafas. 'Alina, sungguh menciumnya atas inisiatifnya
Akhirnya sampailah pada hari terakhir untuk Alina menerima latihan-latihan kaku yang cukup membuatnya bosan. Walau ia merasa agak aneh, kemarin madam Ranti tidak membawa tongkat untuk memukulnya jika berbuat salah. Alina mengira wanita paruh baya itu lupa membawanya, tapi pada hari terakhir ini madam Ranti juga tidak membawanya.Alina sangat yakin madam Ranti tipe pengajar yang tidak bisa jauh dengan tongkat dan memukul murid nakal sepertinya. Tapi kenapa dalam dua hari ini madam Ranti tidak melakukannya? Jika ia mengeluh, madam Ranti akan menyuruhnya beristirahat. Jika ia melakukan kesalahan, madam Ranti akan memperbaikinya secara perlahan. Sungguh perubahan yang mengesankan ini membuat Alina merasa heran.Padahal ini adalah hari terakhir, Alina sudah mempersiapkan diri untuk menerima pukulan tongkat di bokong nya untuk yang terakhir kali. Tapi tidak mengira, ia tidak perlu merasakannya."Baik, kita istirahat sebentar!" Tukas madam Ranti. Wanita paruh baya itu
Di lantai bawah, Zayyad dan Erina menunggu Alina yang masih belum selesai dengan riasannya. Beberapa menit berlalu, akhirnya sosok wanita dengan gaun merah marun muncul menuruni anak tangga. Langkah kakinya ketika menuruni tangga, itu pelan dan anggun. Setiap hentakan high heels yang bergema di ruang besar yang hening, berhasil membuat jantung Zayyad berdetak cepat. Ketika wanita itu menginjak anak tangga terakhir, menyentuh lantai dasar dan berdiri di hadapannya. Sesaat Zayyad berhenti bernafas dan bergeming. Erina yang melihat Zayyad mematung di tempat dengan matanya yang tak berpaling dari Alina, diam-diam tersenyum dalam hati. 'Cucuku memang sangat cantik!' Batinnya. "Ayo!" Kata Alina pada Zayyad dan neneknya yang sudah menunggunya cukup lama. Padahal ia hanya menggunakan riasan yang natural, tapi karena ia begitu gugup. Ia berkali-kali menghapusnya dan memperbaikinya. Zayyad terkesiap. Ia dengan canggung berkata, "Kau terlihat sangat cantik malam ini"
Tak berapa lama kemudian, Irsyad pergi berdiri di podium. Sebagai pemilik saham terbesar PT Jaya Sejahtera, ia mengucapkan beberapa patah kata sebagai pembuka acara. Pria tua itu mengawali pidato singkat nya dengan serius, lalu membawa beberapa lelucon ringan di pertengahan dan membuat orang-orang tertawa karena kelakarnya. "Untuk mempersingkat waktu, langsung saja saya perkenalkan pada kalian semua secara resmi, anggota baru dari keluarga besar kami..." Mata Irsyad tersenyum kearah Alina dan Zayyad. Memberi sinyal kepada mereka untuk maju ke depan. Zayyad meraih tangan Alina dan membawanya berjalan di pertengahan orang-orang, "Kita akan kemana?" Tanya Alina, gugup. "Kakek ingin memperkenalkan mu secara resmi malam ini, ayo!" "Apa?" Tidak punya waktu untuk menolak, Alina sudah berdiri tepat di hadapan orang-orang. Menahan senyum kaku dibibir nya, ia mencoba keras untuk tidak gugup. "Tenanglah!" Zayyad meraih pergelangan tangan Alina, menggengg
Alina yang sudah meninggalkan hotel, berjalan seorang diri di jalan malam yang sunyi. Ia melepaskan kedua high heels nya, membiarkan kaki telanjangnya menyentuh jalan aspal yang dingin. Angin malam berhembus, menelusup hingga kedalam pori-pori kulit. Mengangkat kepalanya kearah langit, ia menghela nafas berat sembari menatap rembulan yang tampak kabur di telan awan."Aku ingin pulang..." Tukas Alina, lesu. Ketika berada di dalam ballroom hotel, ia langsung merasa itu bukanlah dunianya lagi. Itu asing dan jauh. Kalau bukan karena untuk mendapatkan pekerjaan, mungkin ia tidak akan merepotkan diri dalam hal ini.Alina berdiri di bawah lampu jalan, menunggu angkutan umum yang lewat. Ia ingin segera kembali ke vila. Tapi beberapa menit menunggu, tidak ada satu kendaraan pun yang muncul. Merasa bosan menunggu, ia pun duduk di trotoar jalan sambil merenung menatap langit malam yang hening."Tadi itu Zayyad kenapa ya?" Alina masih ingat dengan jelas bagaim
Zayyad memperhatikan rekaman CCTV hotel. Ia menemukan Alina tepat di lantai bawah, di antara lautan manusia, bersiap menggapai pintu berjalan keluar. Zayyad segera beralih ke bagian arena luar, tepat pada menit ketika Alina berjalan pergi dari hotel.Di sana ia melihat Alina melepaskan sepasang high heels nya, pergi meninggalkan halaman depan hotel dengan kaki telanjangnya.Pada beberapa menit selanjutnya, Alina tidak pernah muncul lagi. Ini menyatakan kalau wanita itu tidak kembali ke hotel."Bagaimana pak?" Tanya manager hotel pada Zayyad."Saya akan pergi mencari keluar, jika istri saya kembali, tolong segera hubungi saya""Baik pak"Zayyad pun pergi meninggalkan hotel. Berlari-lari di jalan malam yang hening, mencari keberadaan Alina. Mengeluarkan ponselnya, ia menghubungi Hadi. Berharap wanita itu sudah t