Akhirnya sampailah pada hari terakhir untuk Alina menerima latihan-latihan kaku yang cukup membuatnya bosan. Walau ia merasa agak aneh, kemarin madam Ranti tidak membawa tongkat untuk memukulnya jika berbuat salah. Alina mengira wanita paruh baya itu lupa membawanya, tapi pada hari terakhir ini madam Ranti juga tidak membawanya.
Alina sangat yakin madam Ranti tipe pengajar yang tidak bisa jauh dengan tongkat dan memukul murid nakal sepertinya. Tapi kenapa dalam dua hari ini madam Ranti tidak melakukannya? Jika ia mengeluh, madam Ranti akan menyuruhnya beristirahat. Jika ia melakukan kesalahan, madam Ranti akan memperbaikinya secara perlahan. Sungguh perubahan yang mengesankan ini membuat Alina merasa heran.
Padahal ini adalah hari terakhir, Alina sudah mempersiapkan diri untuk menerima pukulan tongkat di bokong nya untuk yang terakhir kali. Tapi tidak mengira, ia tidak perlu merasakannya.
"Baik, kita istirahat sebentar!" Tukas madam Ranti. Wanita paruh baya itu
Di lantai bawah, Zayyad dan Erina menunggu Alina yang masih belum selesai dengan riasannya. Beberapa menit berlalu, akhirnya sosok wanita dengan gaun merah marun muncul menuruni anak tangga. Langkah kakinya ketika menuruni tangga, itu pelan dan anggun. Setiap hentakan high heels yang bergema di ruang besar yang hening, berhasil membuat jantung Zayyad berdetak cepat. Ketika wanita itu menginjak anak tangga terakhir, menyentuh lantai dasar dan berdiri di hadapannya. Sesaat Zayyad berhenti bernafas dan bergeming. Erina yang melihat Zayyad mematung di tempat dengan matanya yang tak berpaling dari Alina, diam-diam tersenyum dalam hati. 'Cucuku memang sangat cantik!' Batinnya. "Ayo!" Kata Alina pada Zayyad dan neneknya yang sudah menunggunya cukup lama. Padahal ia hanya menggunakan riasan yang natural, tapi karena ia begitu gugup. Ia berkali-kali menghapusnya dan memperbaikinya. Zayyad terkesiap. Ia dengan canggung berkata, "Kau terlihat sangat cantik malam ini"
Tak berapa lama kemudian, Irsyad pergi berdiri di podium. Sebagai pemilik saham terbesar PT Jaya Sejahtera, ia mengucapkan beberapa patah kata sebagai pembuka acara. Pria tua itu mengawali pidato singkat nya dengan serius, lalu membawa beberapa lelucon ringan di pertengahan dan membuat orang-orang tertawa karena kelakarnya. "Untuk mempersingkat waktu, langsung saja saya perkenalkan pada kalian semua secara resmi, anggota baru dari keluarga besar kami..." Mata Irsyad tersenyum kearah Alina dan Zayyad. Memberi sinyal kepada mereka untuk maju ke depan. Zayyad meraih tangan Alina dan membawanya berjalan di pertengahan orang-orang, "Kita akan kemana?" Tanya Alina, gugup. "Kakek ingin memperkenalkan mu secara resmi malam ini, ayo!" "Apa?" Tidak punya waktu untuk menolak, Alina sudah berdiri tepat di hadapan orang-orang. Menahan senyum kaku dibibir nya, ia mencoba keras untuk tidak gugup. "Tenanglah!" Zayyad meraih pergelangan tangan Alina, menggengg
Alina yang sudah meninggalkan hotel, berjalan seorang diri di jalan malam yang sunyi. Ia melepaskan kedua high heels nya, membiarkan kaki telanjangnya menyentuh jalan aspal yang dingin. Angin malam berhembus, menelusup hingga kedalam pori-pori kulit. Mengangkat kepalanya kearah langit, ia menghela nafas berat sembari menatap rembulan yang tampak kabur di telan awan."Aku ingin pulang..." Tukas Alina, lesu. Ketika berada di dalam ballroom hotel, ia langsung merasa itu bukanlah dunianya lagi. Itu asing dan jauh. Kalau bukan karena untuk mendapatkan pekerjaan, mungkin ia tidak akan merepotkan diri dalam hal ini.Alina berdiri di bawah lampu jalan, menunggu angkutan umum yang lewat. Ia ingin segera kembali ke vila. Tapi beberapa menit menunggu, tidak ada satu kendaraan pun yang muncul. Merasa bosan menunggu, ia pun duduk di trotoar jalan sambil merenung menatap langit malam yang hening."Tadi itu Zayyad kenapa ya?" Alina masih ingat dengan jelas bagaim
Zayyad memperhatikan rekaman CCTV hotel. Ia menemukan Alina tepat di lantai bawah, di antara lautan manusia, bersiap menggapai pintu berjalan keluar. Zayyad segera beralih ke bagian arena luar, tepat pada menit ketika Alina berjalan pergi dari hotel.Di sana ia melihat Alina melepaskan sepasang high heels nya, pergi meninggalkan halaman depan hotel dengan kaki telanjangnya.Pada beberapa menit selanjutnya, Alina tidak pernah muncul lagi. Ini menyatakan kalau wanita itu tidak kembali ke hotel."Bagaimana pak?" Tanya manager hotel pada Zayyad."Saya akan pergi mencari keluar, jika istri saya kembali, tolong segera hubungi saya""Baik pak"Zayyad pun pergi meninggalkan hotel. Berlari-lari di jalan malam yang hening, mencari keberadaan Alina. Mengeluarkan ponselnya, ia menghubungi Hadi. Berharap wanita itu sudah t
Cavell agak terkejut dengan perubahan ekspresi di wajah Alina. Sebelumnya wanita itu terlihat begitu arogan dan galak. Lalu mendadak berubah menjadi begitu sensual dan menggoda. Menautkan sepasang alisnya, untuk pertama kalinya Cavell merasa sulit menebak karakter lawan bicaranya. "Entahlah" Cavell melepaskan masker dan kacamatanya, menguak wajahnya yang ternyata cukup menawan mata. Kontur wajah yang tajam, berkolaborasi cukup baik dengan garis rahangnya yang kokoh. Hidungnya yang mancung, menonjolkan lekukan tulangnya dengan sempurna. Sepasang mata elang bewarna hitam yang misterius dan kulit putih pucat nya yang dingin. Secara keseluruhan, itu jenis ketampanan yang sukar disentuh. Alina yang melihatnya, mengakui pria didepannya cukup tampan. Tapi baginya, Zayyad masih seribu kali lebih menawan dari pria itu. Cavell memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku mantel hitamnya dengan santai. Bibirnya melekuk tajam, memp
Bakri yang sudah melihat hasil dari rekaman CCTV yang ada di sekitaran jalan hotel, sangat terkejut mengetahui Alina telah dibawa pergi oleh segerombolan orang asing. Mengeluarkan ponselnya, ia menelpon bosnya untuk melaporkan apa yang ia dapat."Assalamu'alaikum pak, saya sudah melihat rekamannya. Tepat pada pukul sepuluh malam lewat lima belas menit, Bu Alina dibawa pergi oleh segerombolan pria yang tak dikenal dengan mobil sedan tua bewarna hitam. Saya sudah mencatat nomor plat mobilnya dan akan segera menindaklanjuti hal ini ke pihak kepolisian, bagaimana menurut bapak?"Zayyad yang masih duduk menunggu di trotoar jalan, seketika merasa lemas tak bertenaga setelah mendengar laporan dari Bakri. Ia tidak akan menduga kecerobohannya, membuat Alina terancam. Ia sungguh menyesal karena pergi meninggalkannya begitu saja, "Ya, segera lakukan. Jika ada informasi apapun, segera kabari saya"Zayyad langsung menutup ponselnya. Tangannya yang terkepal dengan asal
"He..he..cantik, karena kau sudah memohon begitu, hati kecil kami mana tega menolaknya" Ucap si gemuk. Sepertinya diantara segerombolan pria yang mengelilingi Alina, dialah yang paling tidak tahan untuk segera menerkam Alina.Alina menekan rasa jijiknya dan tersenyum kecil. Memasang tampang gadis muda yang malu-malu, ia berkata, "Kalau begitu ayo lepaskan aku dulu. Jika terikat seperti ini, aku mana mungkin bisa melayani kalian semua dengan baik"Sontak semua pria itu terkejut mendengar apa yang dikatakan Alina. Melayani? Tidak mengira gadis yang baru saja di lepas kerudungnya oleh bos, ternyata bisa bertingkah seperti pelacur kecil, "Baik-baik" Tukas si gendut terdengar begitu bersemangat, "Cepat lepaskan ikatannya"Tidak ada yang merasa curiga dengan sikap Alina. Mereka berpikir, dengan jumlah mereka yang begitu banyak, jika gadis kecil itu berpikir untuk kabur, bagaimana mungkin bisa melakukannya? Salah seorang dari mereka pun maju dan melepas tali yang mengi
Segerombolan pria yang menunggu di luar, melihat Alina muncul dan mengatakan teman mereka sudah tepar, terus memasang tampang terkejut. Alina yang terlalu malas menunggu, langsung menarik salah seorang dari mereka masuk kedalam dan pintu di tutup. Pria itu tersenyum malu-malu melihat Alina yang begitu berinisiatif. Menoleh kearah ranjang, ia melihat si gemuk sudah terbaring tak sadarkan diri. Entah kenapa, rasanya ia sulit mempercayai apa yang ia lihat. "Kemari lah!" Alina melambai ke arah pria itu, menggodanya untuk datang mendekat. Pria itu dengan senang hati mendatangi Alina. Tidak mengira akan datang hari dimana seorang wanita cantik datang menggodanya. Mengulurkan tangannya, ia menarik tubuh kurus Alina jatuh kedalam pelukannya. Aroma mawar yang kuat, memenuhi indra penciumannya. Menjatuhkan bibirnya di ceruk leher wanita itu, ia dengan rakus menciumnya. Sedangkan tangannya dengan nakal mulai menggerayangi tubuh lembut itu. Alina menekan
Setelah makan siang, Zayyad mau tak mau harus bergegas ke perusahaan karena urusan mendesak. Alina yang tiduran santai di kamar, masih merasa penasaran sebenarnya apakah ada yang spesial dengan hari itu.Baru saja Alina membuka ponselnya dan sebuah notifikasi muncul. Tidak lain itu adalah pengingat anniversary pernikahannya dengan Zayyad yang ke enam."Ah, jadi hari ini anniversary pernikahan kami yang ke enam" Tanpa sadar mata Alina berkaca-kaca. Masih teringat dulu tekadnya yang akan segera bercerai dengan Zayyad setelah semuanya usai. Tapi tak mengira jalan takdir begitu indah, membuat hatinya luluh dan memutuskan untuk mempertahankan ikatan sucinya dengan Zayyad."Kira-kira aku beri kejutan apa ya?"Tepat di malam harinya. Alina mendapat telfon dari Maya. Seperti tebakannya, si kembar sedang nangis-nangis menolak pulang dan merengek minta menginap di rumah Maya. Kebetulan besok adalah akhir pekan, mereka tidak ke sekolah, akhirnya Alina memberi izin, "Janji gak buat repot aunty Ma
Alina duduk santai di atas sofa setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Ferdi yang hanya fokus mengurusi hal-hal di luar vila, sudah menyelesaikan pekerjaannya dan pulang lebih awal. Sebelum itu Ferdi pamit pada Alina dan tentunya Alina tidak lagi judes seperti dulu. Perubahan sikap Alina itu membuat Ferdi sangat bersyukur.Alina melipat kedua kakinya di atas sofa dan memegang semangkuk buah strawberry di tangan. Menyalakan televisi, Alina menonton acara gosip pagi yang membosankan sambil mengemil strawberry segar kedalam mulutnya.Begitulah keseharian yang Alina jalani jika seorang diri di rumah. Zayyad pergi ke perusahaan dan anak-anak ke sekolah. Hanya Alina seorang yang berdiam diri di rumah. Tentunya hal itu tidak lagi membosankan, karena Alina sudah cukup terbiasa menjalani hari-hari panjangnya sebagai ibu rumah tangga."Sayang, aku pulang"Alina terkejut. Mendapati seseorang berbisik halus di telinganya dan kedua tangan besar yang memijat lembut pundaknya. Dengan strawberry di a
Dear, My loyal readers..❤️ Sebelumnya saya ingin berterima kasih sekali untuk kalian semua yang sudah mengikuti kisah cinta sederhana Alina dan Zayyad yang tentu saja fiktif, tapi saya berharap kisah ini dapat menjadi sedikit menginspiratif. Novel yang terdiri dari dua ratusan chapter lebih ini, pernah membuat saya beberapa kali ragu dan pesimis dalam menyelesaikannya. Saya merasa cerita ini berubah menjadi membosankan dan alurnya terasa tidak lagi menarik. Terkadang saya berpikir, "Siapa yang akan membaca karangan membosankan ini?" Tapi melihat vote-an dan membaca beberapa komentar kalian yang saya temui di beberapa akhir chapter, rasanya saya seperti baru saja menemukan oasis di padang pasir. Seketika semangat saya bangkit dan saya berpikir— saya harus segera menamatkan kisah ini dan jangan sampai membuat para pembaca setia saya kecewa. Jujur, dukungan dan komentar positif kalian, sangat berperan besar dalam proses saya menamatkan cerita yang penuh
Kini Alina hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. Tidak pernah terduga, semua itu bermula dari perjodohan yang diatur neneknya. Alina yang bertekad kuat untuk tidak menikah, akhirnya terikat dalam ikatan sakral pernikahan dengan seorang pria asing. Alina yang berpikir untuk bercerai setelah semuanya usai, tapi takdir malah membuatnya terjerat dengan Zayyad.Segalanya berawal dari paket bulan madu dan hotel. Disinilah tragedi bermula atau lebih tepatnya sekarang Alina berpikir— puncak dari rezeki tak ternilai harganya lahir di dunia ini. Yang tak lain 'si kembar'. Kado terindah dalam hidup Alina. Yang membuat Alina tak ragu untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan Zayyad, ayahnya si kembar.Lima tahun berlalu sudah. Vila Zayyad tidak lagi hening dengan keberadaan dua buah hati mereka. Zayyad yang sudah lama tak bekerja, memutuskan untuk kembali ke perusahaan demi menjadi sosok panutan ayah yang baik untuk putra putri mereka. Sedang Alina memutuskan untuk m
Sekitar dua hari Alina terbaring di rumah sakit, Alina yang sudah tak tahan lagi membujuk Zayyad untuk segera membawanya pulang. Jikapun harus beristirahat, ia ingin merehatkan tubuhnya di rumah. Zayyad mengkonfirmasi ke dokter, apakah Alina dan anak mereka sudah bisa dibawa pulang. Setelah memperoleh izin dari dokter, mereka pun bersiap-siap untuk pulang. Maya turut membantu membereskan barang-barang. Di mobil, Alina duduk menggendong bayi perempuannya dan dan bayi laki-lakinya digendong Maya yang duduk di belakang. "Apa menurut mu kita perlu menyewa jasa babysitter?" Alina menoleh kearah Zayyad yang fokus mengemudi. Ini adalah pertama kalinya bagi Alina. Tapi tidak taunya sudah dapat dua saja. Alina takut akan linglung kebingungan merawat si kembar seorang diri nanti. "Tidak perlu. Kita kan sama-sama gak bekerja. Jadi menurutku, kita berdua saja sudah cukup" "Kamu yakin?" "Em" "Janji ya nanti mau ikut repot sama aku?" "Janji"
Di sinilah aku terbaring sekarang. Di atas ranjang rumah sakit, di mana aku berjuang keras melahirkan makhluk kecil yang sudah ku kandung sembilan bulan lamanya. Rasanya seluruh saraf dalam tubuhku seperti akan putus, tenaga ku seakan habis. Perasaan itu begitu baru bagiku dan terasa cukup nyata. Berada antara hidup dan mati demi memperjuangkan makhluk hidup baru. Detik itu aku terpikir, apakah seperti ini yang ibu rasakan dulu ketika melahirkan ku? Aku meremas kain seprai ranjang rumah sakit, mengigit bibir bawah ku dan kembali mengejan. Hingga entah kapan seorang pria datang menyingkap tirai dan bergegas masuk. Sesaat aku melirik siapa yang datang. Itu tak lain adalah sosok tubuh dari pemilik mata coklat bening yang paling menawan yang pernah ku temui— Zayyad. Seketika bola mata hitam ku bergetar pedih. Aku tak mengerti kenapa, serasa dunia ku berhenti berputar hingga beberapa detik. Aku melihatnya datang padaku. Meraih tangan ku dan menggenggamnya
"Nenek, engga lama lagi cicit mu akan segera lahir" Alina tersenyum dan berbicara seorang diri. Alina mengelus perut besarnya dan wajahnya terus menoleh ke samping. Seakan-akan ada neneknya yang duduk tepat disebelah nya.Pemandangan dari ruang tamu itu, diam-diam di intip oleh Maya dan Zayyad. Maya menghela nafas berat dan menoleh pada Zayyad, "Kau lihat sendiri kan!" Maya bersuara pelan tapi tak mengurangi emosi marah dan kesal yang terukir jelas di raut wajahnya, "Sebulan sudah berlalu lagi dan Alina masih saja begitu. Zayyad, apa kau akan terus membiarkannya seperti ini?"Zayyad diam, memilih untuk tidak berkata apa-apa. Bukan hanya Maya yang mengkhawatirkan keadaan psikis Alina tapi dirinya pun juga. Hanya ia memutuskan untuk yakin, percaya dan sabar menanti. Kalau Alina akan segera menjadi Alina yang dulu— istrinya yang arogan, keras kepala dan tangguh."Kalau bukan karena aku menghargai keputusanmu sebagai suami dari Alina. Aku pasti akan memb
Delapan bulan akhirnya berlalu sudah. Aura ibu hamil dari seorang Alina kian sempurna. Emosinya pun tampak jauh lebih stabil dari trimester pertama dan kedua. Perut Alina membesar dan itu cukup besar nyaris membuat Maya curiga kalau dugaannya itu benar. Bayi yang dikandung sahabatnya itu adalah kembar.Banyak baju yang Alina tidak muat memakainya dan nyaris sobek. Alhasil Zayyad membeli banyak baju khusus untuk ibu hamil buat Alina yang masih tinggal di rumah almarhum neneknya itu.Zayyad mengira kondisi Alina akan segera membaik, tapi ternyata sebaliknya. Istrinya itu mulai berhalusinasi kalau Erina masih hidup dan masih bersama dengan mereka di rumah kecil itu."Kamu udah siap buat buburnya?" Alina datang ke meja makan dan melihat Zayyad yang baru saja menghidangkan semangkuk bubur hangat."Sudah" Zayyad tersenyum. Ada setitik kesedihan jauh di dasar mata coklat bening itu."Kalau begitu aku bawa ke kamar nenek ya" Alina mengambil mangkuk bubur d
Tiga hari setelah kabar duka itu. Para kerabat dari pihak Irsyad dan rekan Erina berdatangan ke vila Zayyad setiap malamnya untuk membaca Yasin. Termasuk dengan Maya dan keluarganya yang sudah hadir sejak hari pemakaman. Mereka menginap di vila Zayyad membantu Zayyad mengurus segala keperluan.Zayyad benar-benar lemah tak bertenaga dengan keadaan ini. Sepasang matanya terlihat kuyu dan tubuhnya mengurus. Ia sedih dengan kepergian Erina yang begitu mendadak. Salah seorang wanita di samping Alina yang baru-baru ini menjadi pengecualian dari rasa takutnya.Zayyad pun tak berdaya menghadapi dua orang yang di sayangi nya yang jelas begitu drop dengan kenyataan pahit ini. Kakeknya terus jatuh bangun tak sadarkan diri dan Alina yang sampai hari ini menolak kenyataan kalau Erina sudah meninggal.Tepat di hari pemakaman, kakeknya tersungkur jatuh mencium tanah dan Alina mengurung diri seharian di kamar neneknya dengan sepiring nasi goreng yang sudah basi. Nasi goreng yan