Home / Pernikahan / Ikatan Tak Dirindu / Bab 12 | Test Pack

Share

Bab 12 | Test Pack

Author: Biru Tosca
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Mohon Bapak tidak salah paham. Dengarkan dulu penjelasan saya,” kata Ustaz Reza.

“Tenang, Pa...” ibu Safira meremas jemari suaminya. “Nggak ada salahnya kita dengerin dulu penjelasan Pak Ustaz.”

“Silakan, mau menjelaskan apa?” kata ayah Safira.

“Saya bisa paham kondisi Bapak saat ini, karena saya punya anak perempuan. Saya pun pasti sedih dan marah bila anak perempuan saya mengalami kondisi yang tidak seharusnya terjadi seperti yang dihadapi Nak Safira saat ini,” kata Ustaz Reza.

“Saya saya sangat terpukul manakala yang melakukan kejahatan atas Nak Safira adalah anak saya. Seandainya saya bisa melaksanakan hukuman yang sesuai syariat Islam atas kasus penodaan terhadap perempuan, saya rela dan bersedia untuk menghukum anak saya saya sendiri dengan hukuman mati biar menjadi pelajar bagi yang lain agar tidak lagi merendahkan seorang wanita.”

“Dan sebenarnya Bapak sekeluarga

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 13 | Pengantin Pengganti

    Safira tak menjawab. Tak ada sepatah kata pun yang terucap, yang ada hanya lelehan air mata. Ibu Safira paham, air mata putrinya sudah cukup menjawab pertanyaan yang barusan dia lontarkan kepada putrinya.“Ini, liat aja sendiri,” kata Safira kemudian seraya menyerahkan tes pack itu kepada ibunya.“Ya Allah… astagfirullah… Ya Alllah...” ibu Safira menangis sejadi-jadinya. Tangisannya jauh lebih menyayat hati dibandingkan tangisan putrinya.Ayah Safira memegangi kepalanya yang pening.Tak lama kemudian, ibu Safira kehilangan keseimbangan. Dia pun pingsan. Tubuhnya yang lunglai tertahan di pangkuan ayah Safira.“Mama...” Lian tiba-tiba datang. Dia terkejut melihat kondisi mamanya.***Sehari kemudian. Belum reda ‘kejutan pahit’ yang menimpa keluarga Safira, mereka kedatangan tamu, yatu dari keluarga Benua.Orang tua Safira yang dalam kondisi sedih tetap harus tena

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 14 | Titip Cinta

    “Mama kenapa mendadak begini sih. Sebelum ngomong begini kita harusnya ngobrol dulu,” kata ayah Benua.“Tenang, Pa. Ini bukannya baik untuk anak kita,” ucap ibu Benua santai.“Papa nggak ngerti, baiknya di mana?”Ibu Benua tak membalas pertanyaan itu. Dia merasa santai tanpa ada beban.Berliana sungguh tak menyangka akan ikut terseret dalam pusaran besar yang sungguh rumit ini. Matanya tak berkedip. Dia memandang ibu Benua yang masih tersenyum ke arahnya.Kemudian dia berganti memandang kakaknya yang malam.Safira dan Berliana bertatapan cukup lama. Mereka berusaha saling menyelami perasaan yang menyelimuti di antara mereka berdua.“Bagaimana Bu, Pak… bersedia?”“Maaf, kami lebih baik memilih tidak ada pernikahan sama sekali,” kata ibu Safira.“Iya, lagi pula jika harus menikah dalam waktu dekat, Lian masih harus fokus menyelesaikan ku

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 15 | Permintaan di Kantor Polisi

    “Karena jika aku gagal menikah dengan Benua, di luar sana aku tak yakin dia akan mendapatkan pengganti yang lebih baik dariku.”Safira menghembuskan napas dalam-dalam.“Sementara jika kamu, aku sudah melihat keseharianmu, melihat segala kebaikanmu, mengikhlaskannya untukmu aku lebih lega ketimbang wanita lain di luaran sana yang tak bisa kupastikan apakah dia wanita baik-baik,” lanjut Safira dengan suara berat.Dia ingin lebih kuat, tak menangis. Namun nyatanya dia tak bisa membendung air mata yang membanjiri pipinya.Dalam kondisi berurai air mata, Safira berdiri.“Aku akan pergi,” ucap Safira.“Mau pergi ke mana?” tanya ayah Safira.“Dalam kondisi seperti ini, tidak mungkin hamil tanpa seorang suami,” ucap Safira.“Ibu belum ngerti, apa rencana kamu, Nak?”“Aku ingin ke kantor polisi, minta kepada pihak kepolisian ag

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 16 | Malam Jelang Akad

    “Dia bisa keluar dari rutan ini, tapi status dia tidak berubah. Dia tetap berstatus sebagai tahanan kota. Dia tidak boleh bepergian keluar kota. Dan dia diwajibkan melapor secara berkala selama masa hukuman,” jelas polisi itu.“Baik, terima kasih, Pak. Sekarang bisakah saya ketemu dengan Sagara?”Polisi pun mengizinkan Safira dan ayahnya untuk menemui Sagara di ruang besuk.Sampai di ruang besuk, Safira dan ayahnya berdiri menunggu kemunculan Sagara.Beberapa menit kemudian, Sagara muncul didampingi seorang sipir.Sagara duduk perlahan.“Apa yang mau Bapak sampaikan kepada saya?” tanya Sagara melirik ayah Safira.Ayah Safira tak merespon. Dia masih menimbang-nimbang kata apa saja yang harus dia ucapkan.“Biar Safira sendiri yang bicara padamu,” ucap ayah Safira sambil memalingkan pandangannya ke arah lain. Dia membalikkan badan sebagaimana yang Safi

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 17 | Debat yang Sia-Sia

    Safira menghirup napas panjang usai meminumnya.“NIkmat, seger banget. Makasih banyak ya, Pa,” kata Safira melirik ayahnya.“Yang lagi hamil itu nutrisi harus terpenuhi dengan cukup. Kalau kamu butuh apa-apa dan pengen makan apa, tinggal bilang sama Papa, Mama dan adikmu. Kita harus perlakukan kamu harus bener-benar spesial di sini hehe,” ucap aya Safira.“Pokoknya Kakak sekarang jadi Inces ya...”“Kamu sekarang adalah Queen di rumah ini,” kata ibu Safira.Apakah ini sebuah kebetulan? Panggilan itu mengingatkannya pada Benua. Lelaki itu memang spesial memang memanggilnya seperti itu.Seingatku, hanya aku dan Benua yang tahu panggilan itu. Dari mana mama tahu panggilanku. Ah, tidak, kayaknya Mama ucapan mama itu hanya kebetulan saja, pikir Safira.Dan tiba-tiba pikiran Safira jadi membanding-bandingkan dirinya dengan Berliana. Apakah nanti Benua akan memang

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 18 | Pesan Terakhir untuk Sagara

    “Mama dan papa dulu sering bilang sama kamu bahwa mama dan papamu menikah awalnya tidak didasari dengan rasa cinta. Kami dijodohkan, masing-masing dari kami dulu sudah punya pilihan. Namun karena kami mengikuti keinginan orang tua kami bersedia menikah,” jelas Ibu Benua.Entah untuk yang keberapa kali dia mendengar cerita itu dari ibunya. Sejak kecil dia memang mendengarkan ayah dan ibunya mengenai kisah rumah tangga keduanya.“Alhamdulillah sampai sekarang pernikahan kami langgeng dan bahagia bisa mendidik dan membesarkan kamu. Kami berusaha berdamai dengan realitas dan belajar untuk saling mencintai,” tambah ayah Benua.Entah yang ke berapa kalinya kalimat itu pun ia dengar dari ayahnya. Dulu sebelum merasakan posisi sulit seperti saat ini, dia senang-senang saja, berusaha menjadi pendengar yang baik dan tak pernah memotong ucapan ayah dan ibunya.“Ma, Pa… buat Mama dan Papa saat itu mungkin mudah. Perj

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 19 | Huru-Hara Saat Akad

    “Dia tidak tahu. Saya mencintainya diam-diam...” ucap Sagara.“Mencintai diam-diam yang salah. Jauh berbeda dengan mencintai diam-diamnya Ali kepada Fatimah. Mencintai diam-diam kamu berujung petaka,” Ustaz Reza tampak murka.Dikata-katai seperti itu, Sagara diam. Dia tak mampu membela diri.“Kenapa kamu tak jujur kepadanya?” tanya ayah Safira.“Aku tak jujur karena sudah jelas dari awal Safira sangat mencintai Benua.”“Padahal kalau kamu jujur, mungkin akan lain ceritanya. Coba kalau kamu bilang sama Papa. Papa tidak akan sungkan membantumu dari dulu. Papa akan melamarkan Safira untukmu lebih cepat sebelum dia dilamar oleh Benua dan keluarganya,” jelas Ustaz Reza.“Iya, Maafkan aku, Pa...”“Berjanjilah kamu tidak akan menyakiti Fira!” pinta ayah Sagara.“Aku berjanji, Pak. Aku akan mencurahkan segenap hidupku untuk membahagi

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 20 | Malam Pertama

    "Kamu tidur di bawah sana!" kata Safira ketus.Wanita berbadan dua itu melempar selimut dan bantal ke arah Sagara. Bantal pun jatuh tepat di kepalanya. Wajah lelaki itu tertutup oleh selimut.Sagara menyingkap selimut yang menutupi wajahnya. Dia pun mengambil bantal yang terjatuh ke lantai yang beralas karpet permadani."Bukannya kita sudah sah jadi suami istri?" kata Sagara. "Kenapa aku nggak boleh tidur seranjang dengan istriku sendiri?"Mendengar kata 'istriku sendiri', Safira merasa sangat asing. Benar-benar dia merasa tak siap sekaligus tak menginginkannya.Sagara celingak-celinguk mengitari kamar istrinya. Ini pertama kalinya dia berada di kamar ini."Jadi aku harus tidur di sini?" tanya Sagara sambil menunjuk lantai beralas karpet yang tengah dipijaknya. Letaknya tak jauh dari ranjang tempat tidur di kamarnya."Ya, malam ini dan seterusnya kamu tidur di situ saja," balas Safira tanpa menatap Saga

Latest chapter

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 52 | Hadiah Cinta

    “Pa, ayo buruan berangkat, nanti Bima kesiangan,” Bimantara tampak sangat bersemangat. Dia menarik lengan ayahnya.Safira, Sagara, dan Bimantara baru saja menuntaskan sarapan pagi. Ada panggilan masuk dari gawai Sagara.“Bentar, sayang. Papa angkat telepon dulu ya…”“Assalamualaikum Pak. Gimana kabarnya Pak?”“Waalaikumussalam. Alhamdulillah baik, Pak.”“Wah lama nggak ketemu ya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” ucap Sagara.“Begini Pak.. hari ini kita bisa ketemu, saya ada produk baru dan sangat prospektif.”“Bisa. Bapak dateng aja ke kan

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 51 | Terusik Masa Lalu

    “Sinii… ini punyaku,” teriak Fayra sambil mempertahankan boneka kucingnya agar tidak jatuh ke tangan Bima. “Aku pinjem,” Bima tetap maksa dan menarik kuat-kuat boneka kucing itu. “Enggak…ini kucingku.” Bima dan Fayra masih tetap tarik menarik. Masing-masing tak ada yang mau mengalah. Karena Bimantara adalah anak laki-laki, tentu tenaganya pun lebih kuat, akhirnya dia berhasil merebut boneka kucing itu dan membawanya lari. “Yee…. aku menang… aku menang!” ucap Bima sambil berjingkrak. Fayra menangis. “Kamu jahat!” Fayra yang merasa bonek kucing itu adalah milik mengejar Bima sambil menangis.

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 50 | Doa di Bukit Cinta

    Sesuai rencana, sepulang dari Paris, mereka berempat bersiap untuk berangkat ke Tanah Suci. Sagara mengurus semua biaya akomodasinya. Papa Sagara memang punya sebuah unit bisnis tour and travel haji dan umrah. "Makasih ya, Sayang. Semoga sepulang kita dari Tanah Suci. Allah selalu membimbing kita menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat untuk banyak orang." Sagara mengaminkan. "Insya Allah, semoga ini jalan salah satu jalan yang bisa menguatkan cinta kita pada Allah dan mengukuhkan cinta di antara kita." Bahkan, ternyata tidak hanya mereka berempat yang berangkat. Begitu keluarga mereka tahu, orang tua Safira, orang tua Sagara dan orang tua Benua memutuskan untuk ikut. Jadinya, ini menjadi umrah sekeluarga. Mereka sekeluarga bergabung bersam rombongan umrah yang dibimbing langsung oleh ayah Sagara, Ustaz Reza. Pesawat pun terbang dari Jakarta menuju Jeddah. Mereka mengikuti rangkaian prosesi ibadah umrah. K

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 49 | Surga Cinta

    Di kamar hotel, Sagara dan Safira bangun untuk menunaikan salat Subuh. Keduanya menunaikannya dengan berjamaah."Yang, kita bobo lagi yuk," kata Sagara usai berzikir bakda Subuh."Jangan dong, kan nggak boleh tidur lagi habis Subuh. Bisa mewariskan kefakiran. Nanti rezeki kita keburu dipatok ayam," kata Safira."Iya, aku juga tahu kok. Maksud aku bobo lagi ya bukan bobo dalam yang sebenarnya. Kita ngobrol aja gitu pillow talk. Mau kayak malam juga nggak apa-apa," ungkap Sagara sambil membayangkan malam terindahnya yang ia habiskan bersama Safira di kota romantis ini."Idiih, lagi udah mandi juga kali. Kamu kok jadi ketagihan sih," Safira menyikut suaminya, masih menggunakan mukena."Bukannya bagus ya, kalo suami addict sama istrinya. Yang nggak boleh itu kan zina. Harusnya kamu seneng.""Iya juga sih," Safira tersipu. Kali ini dia sudah menanggalkan mukenanya.Sagara masih terbayang malam indah bersama istrinya. Dia bena

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 48 | Meramu Bahagia

    “Banyak pilihan, bisa jalan-jalan di dalam negeri keluar negeri,” jawab Benua. Dia sudah mulai mengarahkan rencananya.Ngapain dia ngomong gitu. Jangan-jangana ada udang di balik batu lagi, pikir Sagara.Sagara sejujurnya tidak menghendaki kebersamaan yang mendekatkan Safira dan Benua. Dia bertekad untuk melakukan apapun agar Benua dan Safira tidak terlalu sering ketemu.Tapi bagaimana caranya kalau sebentar lagi mereka akan hidup berdekatan, rumah mereka bersebelahan."Yuk ah jalan yuk," ajak Sagara. Dia sudah merasa bosan dengan keberadaan Benua."Bro, kok buru-buru amat sih, ngobrol-ngobrol dulu aja di sini, Bro," ujar Benua mencoba mengakrabkan diri dengan Sagara. Niat dia sebenarnya baik.Mungkin sudah saatnya bagiku untuk mengikhlaskan semuanya. Aku harus belajar mencintai Lian sepenuhnya. Tidak baik juga aku menyimpan perasaan kepada kakak iparku sendiri. Aku akan berjuang melawan perasaan ini, pikir Sagara.

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 47 | Tetangga Sebelah

    “Tahun depan aja… ” Safira gemas. “Ya udah buruan kita berangkat sekarang aja.”“Ya, udah aku siap-siap ya,” kata Sagara. Dia pun mengganti pakaian. Safira juga demikian. Dia mengenakan hijab syar’i terbaiknya.Setelah keduanya siap, mereka masuk mobil. Dan mobil pun melaju menuju kawasan Bintaro Sektor 9. Tangerang.Selama di dalam kendaraan mereka asyik berbincang. Keduanya membicarakan berbagai rencana masa depan rumah tangga.“Yang, kapan rencana kamu kuliah lagi?” tanya Safira.“Dalam waktu dekat. Tapi untuk saat ini aku prioritas ke kamu dulu. Aku ingin kamu bisa bisa hidup bahagia dulu dengan aku. Kalau kamu udah baikan, ya aku bakal segera daftar kuliah S2.”“Lha kenapa kok jadi bergantung ke aku… kok gitu sih?”“Ya kan aku sekarang imam kamu. Aku harus mastiin makmumku aman dulu. Kalau urusan rumah tangga selesai, l

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 46 | Sahabat Sejati

    Benua dan Berliana tampak mengobrol sangat akrab.“Kasihan sekali Kak Fira. Semoga Allah segera mengganti segala derita yang dialaminya dengan kebahagiaan,” kata Berliana.“Kurasa dia sangat terpukul,” ucap Benua.“Aku ingin sekali membuat Kak Fira terhibur, tapi gimana caranya ya?”“Mungkin kamu harus sering ajak dia jalan-jalan kali. Oia aku punya ide, tapi nggak tahu juga apakah ini ide yang bagus atau enggak?”“Apa, Kak?”“Mungkin biar Fira nggak terus-terusan bersedih, kita bisa jalan bareng ke mana gitu. Kita bisa liburan bareng. Yang aku tahu, dia itu pengen banget menginjakkan kaki di Menara Eiffel. Kita bisa ajak dia ke sana, kali aja itu bisa membuat dia lebih bahagia.”“Aku sih oke-oke aja. Coba aja nanti kita beli tiketnya. Nanti berangkat ke sananya siapa aja?”“Kita bisa berangkat berempat. Aku, kamu, Safira, da

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 45 | Berburu Ketenangan Hati

    “Aku hanya ingin tidur sendiri,” jawab Safira datar.“Apa aku mengganggu dan mengancammu?” Sagara benar-benar gemas pada istrinya.“Aku takut kamu menyakitiku lagi,” kata Safira.Sagara tertawa. Sungguh dia sangat menyayangkan, kenapa trend perubahan istrinya bergerak ke arah negatif?“Sayang, kamu lupa ya. Mana mungkin aku melakukannya. Kamu kan lagi nifas. Kalau aku memaksamu di saat seperti itu lagi-lagi aku menambah dosa. Percayalah, aku masih bisa bersabar menunggumu.”Safira kalah strategi. Dia benar-benar lupa. Memang benar dia sedang nifas.Namun sebenarnya bukan itu masalahnya. Entah mengapa dia merasa benar-benar muak dan tidak ingin berada di dekat suaminya.Namun Safira tak mau jujur. Dia tak ingin hati Sagara sakit. Dia tak bisa membayangkan jika malam ini dia harus tidur seranjang bersama suaminya.Malas banget. Tapi kalau aku blak-blakan, hatimu bisa r

  • Ikatan Tak Dirindu   Bab 44 | Hujan Air Mata

    “Mohon maaf, kami hanya bisa berikhtiar. Takdir Allah berkata lain,” kata seorang dokter laki-laki memberikan kabar pedih itu di hadapan Safira dan seluruh keluarganya.“Tidak… anakku masih hidup. Kamu bisa bertahan, kamu akan kuat, Nak,” Safira tergugu. Tubuhnya yang lunglai ditopang oleh Sagara.Saat tiba di rumah sakit, nyawa si kecil Tiar tak terselamatkan. Dia sudah tak bernyawa. Dia meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakitSafira menatap jasad putrinya dengan berlinang air mata.“Nak, kamu akan tumbuh besar. Kamu akan hidup bahagia bersama Mama dan Papa,” Safira mengajak jenazah si kecil Tiar.Semua yang menyaksikan pemandangan itu, tentu amat tersayat.Sagara memeluk Safira dengan erat. “Sayang, kamu harus kuat. Benar kata pak dokter, ini sudah takdir Allah. Sekarang kita harus bersiap mengurus pemakaman Tiar,” ucap Sagara.“Tidak. Dia nggak boleh d

DMCA.com Protection Status