Part 3
#pertama kali dekatPov Aryo
"Gila, ini hal yang bodoh,
Ini hal yang bodoh!" Aku meracau sendiri. Aku membalikkan badan, beringsut hendak cepat keluar dari ruangan ini dan mengurungkan niat untuk bertemu Alina sebelum..."Mas Aryo?!"suara lembut seseorang disana memanggilku.
Oh My God,, itu Alina... itu pasti suara Alina yang memanggilku. Aku menghela nafas sejenak, menata degup jantungku dan putar badan, aku melihat wajahnya yang penuh tanya dan heran, bagiku itu sangat menggemaskan. Aku membetulkan kaos dan mengetes tenggorokanku, setidaknya aku harus nampak santai dan cool walau sebenarnya panas dingin dan mulai berkeringat. Aku melempar senyum dan menghampirinya.
"Tuhaaan, itu Alina, gadis impianku!!"gumamku dalam hati.
"Hai, Alina? Kamu ada disini juga?" Aku reflek menyodorkan tangan mengajak salaman.
"Mas aryo? Aku melihat dari tadi, Tapi aku pikir barangkali cuma mirip. Iya, aku lagi ikut seminar penulis berita online mas" katanya seraya membalas menjabat tanganku dan buru-buru melepaskannya.
"Oh ya? Wah hebat donk,"tanpa disuruh aku menggeser kursi kosong di depannya, lalu duduk, mencoba bersikap santai, kebetulan ia memilih meja samping jendela dengan dua kursi ini. Alina tampak gugup, kemudian mengambil gawai dan bukunya yang terbuka untuk di tutup dan ditumpuk ulang didekatnya. Kulihat dia juga sedikit merapikan baju.
Alina, seumur-umur baru kali ini aku sedekat ini dengan dia, ada perasaan bahagia, bahagia yang lebih dari biasanya, ya, karena biasanya aku hanya melihatnya dari kejauhan saja.
"Mmm, Mas Aryo sendiri disini ngapain?, ada acara di tempat ini juga?" Alina bertanya membuyarkan lamunanku."Eh iya, aku... aku juga ada acara disini, sosialisasi pengusaha muda," ujarku sekenanya, tadinya mau sambil garuk kepala tapi inget jaim langsung pura-pura menyibak rambut. Setidaknya aku tidak berbohong karena memang aku ke Bandung membahas proyek dan semalam bertemu teman sejawatku.
"Oya? Bisa kebetulan bareng gini ya?"tanya Alina, entah mungkin itu sekedar basa-basi menanggapi obrolanku. Sejenak mata kita beradu, namun ia buru-buru menundukkan pandangannya.
"Nah itu, aku juga gak nyangka jauh disini malah ketemu tetangga,"jawabku kemudian."Tetangga??" Alina tertawa kecil,"Iya dulu tetangga, sekarang kan nggak lagi," lanjutnya
"Iya, tapi kan masih satu kota, teman kecil kan tepatnya?" sambungku kemudian. Alina tersenyum datar tanpa menjawab, aku segera sadar, bahwa walaupun dulu rumah kami bisa dikatakan dekat tapi kami tidak pernah main bersama, bahkan tak saling sapa. Tepatnya, aku tak pernah berani menyapanya. Jika bertemu dia, si gadis kecil impian dadaku selalu bergetar, apakah dia mencap ku sebagai pria yang sombong?
"Eh, Alina, kamu disini sama siapa?"tanyaku lagi, mencoba mengalihkan pembicaraan tadi."Aku sendiri mas, nanti malam pulang pakai kereta."jawab Alina.
"Alhamdulillah kalau sendiri," kataku pelan, keceplosan, tapi sepertinya ia mendengar, karena ia langsung menaikkan alisnya.
"Eh maksudnya, Alhamdulillah... aku seneng banget ketemu temen disini, Oya, gimana kalo nanti sore sebelum pulang kita makan bareng, sambil cari oleh-oleh, mau nggak?" tanyaku antusias sekaligus H2C alias harap-harap cemas.
Alina terdiam sebentar, "Nggak usah mas, nanti aku malah gugup nanti ke stasiunnya, aku juga harus beres-beres, packing dulu." Alina menolak dengan halus.
"Ngga apa-apa, nanti aku anterin juga ke stasiun, daripada kamu pesen taksi online, pokoknya nanti aku siap jadi supir pribadi sampai kamu pulang," aku mencoba membujuk, tak ingin kesempatan ini berlalu sia-sia. Ia terdiam lagi dan nampak berfikir,
"Tidak, aku..." sebelum Alina melanjutkan bicara aku langsung memotongnya. "Alina, tolong ijinkan sekali ini aja, please... setelah hari ini belum tentu juga kita bisa bertemu kaya gini kan, eh nanti aku bawa temen, tenang dan santai aja, lagian cuma makan bareng ini, jam berapa kamu selesai?" Alina terdiam lagi lalu dengan ragu ia membuka suara,
"Sekitar... mungkin sekitar jam 4 lebih mas," katanya pelan. Yes, kuanggap itu sebagai jawaban iya, gak percuma aku jauh-jauh sekolah marketing, ilmuku tentang teknik bicara masih terpakai, menggiring pertanyaan tanpa jawaban No.
"Oke, nanti aku jam 4 udah standby!"jawabku semangat. "Memang acaranya mas juga udah selesai?"tanya Alina.
"Oh... itu...gampang diatur, hehehe..." akhirnya tanpa sadar aku menggaruk juga kepalaku yang tak gatal itu.
*************
"YeS!!" Aryo keluar hotel dengan sumringah tangannya dikepalkan ke atas berkali-kali sambil senyum-senyum sendiri. Security hotel yang memperhatikannya hanya tersenyum geli, mungkin security itu berpikir bahwa dia habis nembak cewek terus diterima.
"Oh God, this is my best day!"kata Aryo setelah masuk ke mobil, Andi yang sedari tadi nungguin di mobil cuma geleng-geleng kepala lihat keabsurdan tingkah bos nya sejak keluar dari hotel tadi.
"Nanti sore aku bakal ajak dia makan, aku rasa cuma makan aja gapapa kan? Lo ikut ya, biar gak dikira ngedate berdua doank, jadi ada temennya," cerocos Aryo. Andi diem males ngebayangin ntar dia bakalan jadi kacang atau obat nyamuk aja kalo diajak bosnya nanti, meskipun bukan pacaran.
"Kira-kira gue perlu bawain dia sesuatu nggak ya? Ya gue harus bawa donk ya? Tapi apa ya?"ucap Aryo dengan mimik muka yang berubah-ubah. Sambil menyetir mobil Andi cuma geleng-geleng kepala, memang orang kalo lagi jatuh cinta nanya sendiri jawab sendiri, hadeuh...
"Oh ya gue tau mesti beliin dia apa, stop-stop ndi!, Berhenti!" Perintah Aryo. Andi bingung dengan instruksi bos nya yang tiba-tiba, lalu meminggirkan mobilnya.
"Stop bagaimana si bos?emang mau kemana?"tanya Andi bingung.
"Lu turun!"perintah Aryo lagi.
"Hah, apa?" Andi kaget plus nambah bingung, "Iya turun, lo gak denger apa, gue mau cari sesuatu buat Alina, dan gue mau cari sendiri!" Tegas Aryo. Andi pun turun keluar dan digantikan Aryo yang nyetir mobil. Sebelum jalan Aryo membuka kaca mobil,
"Oya, nanti sore mending lu gak usah ikut kali ya, terserah lu dah mau ngapain mau pergi apa balik ke hotel lagi, nanti aku hubungi kalo butuh sesuatu, okey?"kata Aryo sembari memacu mobilnya meninggalkan Andi yang bengong sendiri di tepi jalan.
"Dasar lu ya bos, kan elu yang ngajakin sendiri tadi, siapa juga yang minta ikut?" teriak Andi sambil melempar kerikil kecil ke arah jalan, "Biarin dah gue mau balas dendam dengan makan!"sungut Andi kemudian. Ya begitulah Andi, mereka berteman sejak lama, karena kondisi ekonomi Andi nyari kerja susah ia datang kepada Aryo agar membantunya mendapatkan pekerjaan, Aryo dengan senang hati menerima Andi sebagai asisten sekaligus supir pribadinya. Masalah uang sekarang Andi tak perlu khawatir lagi karena ada sultan baik hati disampingnya. Aryo juga sangat baik dan menganggap Andi dan keluarganya seperti keluarga sendiri. Dari sinilah Andi bertekad untuk mengabdi pada Aryo sepenuh hati juga.
***Part 4#menghindarPOV AlinaAku berdiri di depan kaca toilet."Aduh Tuhan, ini beneran?!"Aku? Sama dia? Aku beneran ketemu sama dia? Deket dan ngobrol trus janjian? Itu sesuatu yang seperti aku yakini bakal terjadi, dan ternyata itu beneran kenyataan. Aku nggak pernah menyangka akan bertemu dengannya disini, terus bagaimana ini, ngapain aku tadi iya aja waktu diajak ketemuan.Oh no...Gawat-gawat, nggak bisa kayak gini, ini bener sesuatu yang pernah aku impikan dulu, tapi bukan kaya gini juga, keadaannya sudah beda! Apa Aryo tau bahwa aku sudah sendiri ya? Tapi, tidak banyak yang tau tentang statusku. Dan justru karena sekarang aku sendiri aku tetap harus menjaga sikapku. Aku mendenguskan napas."Ok, mending nggak usah deket lagi sama sekali, ya lebih baik aku menghindar saja nanti, menghindar titik!"****Sore itu kelas selesai, sesi terakhir adalah sesi photo bersama dan testimoni tapi Alina minta izin untuk pulang du
#part5*Terkadang kita mati-matian menghindari sesuatu, tapi semesta selalu punya cara untuk mempertemukan*"Tumben banget sepi sekali, biasanya gak sesepi ini," Alina menyusuri jalan dengan lebar sekitar 3.5meter sebelum ke jalan utama. Aduh batrenya habis, belum sempat nge charge handphone karena buru-buru tadi, baiklah aku cari angkot di jalan depan saja. Sebenarnya jarak jalan kecil ini ke jalan utama tidak begitu jauh hanya sekitar kurang dari 200 meter saja, jalan ini bisa dilalui mobil tentunya, terdapat beberapa rumah tempat kost atau penginapan tapi juga masih ada tanah atau kavling-kavling kosong, dan beberapa kavling kosong tersebut ditumbuhi semak ilalang. Kalau sudah di jalur utama jarak ke hotel tempat seminar kemarin juga tidak begitu jauh, bisa ditempuh dengan jalan kaki, Alina memilih tempat menginap yang lebih terjangkau biayanya.Saat berjalan alina merasakan ada orang yang mengikuti, tadinya alina fikir mereka juga hanya sekedar lewat s
#part6#dekapanpertama "Alina, kamu baik-baik saja?!" Aryo segera menghampiri Alina dan melepas ikatan kain yang membekap mulutnya."Mas Aryo..." melihat airmata yang berderai di pipi Alina secara refleks Aryo memeluk Alina dengan erat ke dalam dekapannya, tangis Alina semakin tumpah, untung saja Aryo datang tepat pada waktunya jika tidak entah bagaimana jadinya nanti jika malapetaka datang dan merenggut kebahagiaannya. Untuk sekian waktu mereka tidak menyadari itu, ada desiran aneh dan rasa nyaman bersamaan. Hingga akhirnya Alina tersadar, degup jantungnya tidak beraturan, ia mencoba lepas dari pelukan Aryo, ternyata tangannya juga masih terikat dibelakang."Mm...maaf..." kata Aryo gugup seraya melepas dekapannya. "Maaf Alina, aku tidak bermaksud..." Alina tidak membalas ucapan Aryo, ia sedang berusaha melepas sendiri ikatan tangannya tapi tidak bisa. "Bis
#part7 "Alina, terimakasih." kata Aryo seraya menyerahkan sebuah kotak kecil berbungkus kertas kado dengan sebuah pita kecil yang manis. "Apa ini?"tanya Alina sambil memperhatikan kotak manis itu. "Tadi siang aku memang udah menyiapkan sesuatu buat kamu, maaf aku tadi sempat marah saat tau kamu pergi lebih dulu,"ujar Aryo. "Tidak-tidak, kamu nggak perlu minta maaf, seharusnya disini aku yang harus meminta maaf dan juga aku sedari tadi belum berterimakasih padamu" tukas Alina kemudian melanjutkan bicara. "Mm...maaf, dan terimakasih kamu sudah menolongku hari ini, jika kamu tidak datang aku tidak tau bagaimana nasibku tadi,"ucap Alina sambil menunduk, membayangkan kejadian yang tadi dialami. "Hei sudahlah, jangan di ingat lagi, yang penting sekarang kamu baik-baik saja" tutur Aryo dan Alinapun tersenyum. "Oh ya mas, kalau boleh tau, bagaimana bisa tadi kamu menemukanku?"tanya Alina heran. "Oh itu, baiklah, aku akan menceritakan s
#part8#Darahsegar Tanpa mereka sadari, dari arah semak ada yang mengintai. Alina yang tadi tersenyum, melebarkan matanya saat melihat seseorang berlari menuju Aryo dan dibalik jaketnya ia membawa sebuah... Belati!"Mas Aryo!!" pekik Alina keras."JLEBB!" sebuah tusukan mengenai perut bagian samping saat Aryo menoleh panggilan Alina. "Aaaaaak!!!!" Aryo yang sedang di posisi nyaman tak terjaga tak mampu membuat perlawanan."Rasakan pembalasanku!" ujar seorang lelaki berbadan besar kepada Aryo dengan mata yang merah penuh dendam."Cepat lari Bos!" teriak seseorang dari kejauhan, pria gondrong bertato itu kemudian seketika kabur meninggalkan Aryo yang jatuh bersimba darah. Tubuh Alina bergetar hebat menyaksikan kejadian dihadapannya."Mas Aryoo... tidaak!" Alina meraung langsung memapah tubuh Aryo yang limbung. "Tolong...!!" Alina berteriak meminta p
#part9 #transfusi Andi terlihat panik dan sibuk lagi dengan gawainya menelpon kesana kemari."Ndi, ada apa? Katakan!" Andi tidak menjawab pertanyaan Alina."Katakan Ndi ada apa?!"Andi melirik Alina kemudian berkata, "Pak Aryo butuh transfusi secepatnya karena ia kehilangan banyak darah!" Aku ternganga menutup mulutku, kembali lemas mendengar berita tersebut."Masalahnya golongan darah yang dibutuhkan tidak ada stok di bank darah. Mereka sudah berusaha menghubungi cabang PMI disekitar wilayah ini namun belum membuahkan hasil. Kita juga sedang mencari pendonor diluar, sembari menunggu keluarga Bos Aryo datang, tapi itu masih lama takut nggak kesampaian!"kata Andi dengan panik."Apa golongan darah mas Aryo, Ndi?"tanya Alina kepada Andi. "Kalau saja gue punya golongan darah yang sama, gue bakal donor sekarang juga, apapun bakal gue lakuin demi Bos Ar
#part10 Pov Aryo Brengsek! Bedebah itu! Beraninya menusukku saat aku lengah. Aku ambruk menahan sakit, dan kulihat Alina begitu cemas melihatku, demi apapun aku tak peduli dengan yang sedang kurasakan aku hanya sangat senang saat didekatnya, saat melihat wajahnya yang sepertinya sangat takut kehilanganku, aku merasakan kebahagiaan yang tak terhingga diatas sakitku. Entahlah, setelahnya aku tak ingat apa-apa, mungkin aku pingsan. Aku mulai sadarkan diri, ketika kurasakan seperti ada aliran energi masuk ke tubuhku, aku berangsur pulih, namun aku belum bisa bergerak, ragaku masih lemah, hanya saja aku masih bisa mendengarkan suara-suara disekitarku. "Alina..." ucapku lirih, ingin sekali kubelai wajahnya yang begitu indah saat tertidur, namun aku urungkan. Aku hanya bisa sedikit menyentuh ujun
#part11 #bersamaAndi "Ndi... apa semua akan baik-baik saja?" Setelah beberapa saat saling diam dalam perjalanan akhirnya Alina angkat bicara. "Tentu!" ucap andi singkat. "Jika ada yang tau aku bersama Aryo saat kejadian, bukankah orang akan berfikir negatif padaku?"tanya Alina cemas. "Dengerin ya Na, lo tuh sama sekali nggak salah Alina. Gue tau elo sama sekali nggak bakalan nyangka ketemu Aryo di Bandung. Bukankah tadinya lo juga berusaha menghindar?" Aku mengangguk lemah membenarkan pernyataan Andi. "Kalo bahas yang salah, ya yang salah bos gue donk yang ngedeketin lo Na!" Ujarnya lagi. "Tapi disini gue nggak mau bahas yang salah itu siapa, ya anggap saja itu takdir kalian dipertemukan dalam kejadian luar biasa kaya kemaren," lanjutnya lagi mendadak bijak. "Takdir?" jawab Alina lirih...
Part34Statusku sudah berubah?Hari demi hari setelahnya kulalui dengan sangat tersiksa, aku sering mengurung diri di kamar dan menangis. Untunglah ada ibuku yang mendampingiku dan menjaga Kenzo, juga Bu Yuni yang selalu membantuku, sebab apa saja yang kulakukan pasti aku sembari menangis mengingat Mas Hendra, tak habis pikir apa salah dan dosaku hingga ia lakukan semua ini. Aku yang mungkin tak pernah mengenal apa sebenarnya cinta itu, aku hanya merasakan sebuah rasa suka kepada seseorang saat masih kecil, selebihnya aku tidak tau bagaimana cinta itu, tiga tahun setelah tamat SMA aku dilamar oleh Mas Hendra, kulihat dia orang yang baik hingga aku menerima pinangannya. Kujalani hari yang penuh syukur dan bahagia bersamanya apalagi setelah hadir Kenzo buah hati kami, walaupun semua dalam kesederhanaan saja, aku tak pernah menuntut macam-macam darinya.Memang ujian rumah tangga berbeda-beda, ada ujian tentang anak, ada ujian tentang kesetiaan sedang rumah ta
Part 33"Dek, mas ingin bicara ini dari kemarin, cepat atau lambat mas akan ketahuan, mas sudah menyiapkan semua, maafkan aku dek..." Mas Hendra memeluk kakiku dan meraung lagi."Menyiapkan apa Mas?" tanyaku masih bingung."Perceraian kita! Aku tak ingin semakin membebanimu dek..." ucap Mas Hendra meninggi.Bagai petir menyambar ditengah hari. Apa? Perceraian? Aku tak mengerti jalan pikirnya.Aku terduduk di bibir ranjang. Membaca surat gugatan dari Mas Hendra, seperti tertusuk ribuan pedang dihatiku, sungguh aku tak sanggup."Mas, jangan gegabah, istighfar Mas! mengapa kau akan meninggalkanku saat kita harus berjuang demi Kenzo Mas! Aku takkan menandatangani surat itu!" Aku berteriak sambil menangis, kudengar Kenzo pun terbangun memanggilku mungkin gara-gara teriakanku."Aku bukan meninggalkanmu dek, aku justru membebaskanmu dari belengguku, seorang suami yang tak bisa bertanggung jawab dan tak bisa membahagiakanmu!""Ak
Part32*FLASHBACK ON*Tok...tok...tok...Aku yang sedang sibuk memilah pakaian laundry di belakang, menyuruh Bu Yuni untuk membuka pintu. Dengan tergopoh Bu Yuni datang, "Neng Alina ada empat orang lelaki bertampang sangar, nyari Hendra,Neng.""Apa Bu? Mas Hendra tadi kan di dalam." Aku mengernyitkan dahi lalu beranjak kedepan."Neng hati-hati, tampang mereka kayak preman serem gitu, ih ibu ngeri melihat mereka!" Ujar bu Yuni memperingatkanku dan aku mengangguk.Aku masuk ke kamar, kulihat Mas Hendra meringkuk ketakutan. "Mas, ada tamu siapa itu mencarimu," ucapku memanggil Mas Hendra."Ssstttss.... kamu saja yang temui mereka, bilang saja aku nggak ada!" Mas Hendra menyuruhku untuk segera pergi menemui tamu-tamu itu, awalnya aku heran tapi Mas Hendra bahkan sampai mendorongku untuk segera keluar, baiklah aku akan bicara dengan Mas Hendra nanti.Aku ke depan, terdapat empat orang berperawakan tinggi besar dan bertato, ben
#part31#Perjanjian Pernikahan Vera"Jadi itu yang namanya Alina, perempuan yang selalu bertahta di hati Aryo hingga cara apapun yang kulakukan tak sanggup untuk membuat Aryo jatuh cinta kepadaku?" Vera membatin, ia menatap sepasang kekasih dari kaca jendela di dalam mobil."Apa aku perlu turun? Siapa yang harus kuhajar? Aryo atau perempuan itu?" Tawar Radit kepada Vera, yang sedang menatap sepasang manusia penuh drama cinta.Vera mendengkus, mengambil nafas sejenak."Hey, santai saja Radit, tidak perlu kau lakukan itu, hanya buang waktu dan tenagamu, aku tidak apa-apa, sungguh!"Vera berkata demikian sambil terus menatap perempuan itu, Alina, dalam batin Vera mengiyakan, bahwa Alina bukan sekedar cantik secara fisik, tapi memiliki aura layaknya dewi yang memikat.Radit cemas melihat Vera, ia yang selama ini mengerti perasaan Vera. Awalnya hanya timbul rasa kasihan terhadap Vera, istri yang tak dianggap, lama-lama Radit benar-benar jatuh ci
Part30#akuinginmenjagamuKita tertawa dan berlari bersama, saat kulihat ada dua buah mobil box yang parkir berjejer kutarik Alina untuk bersembunyi diantara ke dua mobil itu, di celahnya yang sempit."Hahaha... parah kamu Mas, makanya jangan asal peluk!" Alina masih tertawa puas meledekku, sumpah aku jadi malu, mau modus salah fokus!"Ssttsss jangan keras-keras!" Aku berkata demikian saat kulihat lelaki berpakaian mini itu berlari melintasi kami. Kami masih menahan tawa dan terengah-engah setelah berlari tadi."Lihat ini ice cream kita jatuh tadi baru makan sedikit." Omelnya lagi, aku memperhatikan wajahnya yang ayu dari dekat."Masih ada ice creamnya." Ucapku padanya."Mana? Abang tukang ice creamnya sudah pulang tadi!""Ini..." Aku mendekatkan wajah ke arahnya, di sudut bibirnya. Kulihat matanya membulat menatapku."Tidak!" Alina mencegahku dengan tangannya mendorong dadaku."Ingat janjimu Mas k
Part 29 Kulihat Alina terlihat bosan dan hanya mengaduk-aduk spaghettinya. "Hey, makanlah..." ucapku melihat tingkahnya yang hanya memainkan garpu. "Hmm..."jawabnya singkat. "Jangan ditekuk begitu wajahmu, bukankah tadi kau bilang terserah saat tadi aku menyuruhmu pesan makanan! Makanlah, kau tak lapar seharian?" Aku mulai meradang. "Aku sangat lapar...tapi..." "Tapi apa?" "Maaf, bukan aku tak menghargai apa yang kamu siapkan, hanya saja aku sedang ingin makan jagung bakar!" "Jagung bakar?! Dimana?" Aku bertanya heran, dimana aku harus memenuhi permintaannya, disini tak ada menu untuk jagung bakar. "Iya, jagung bakar di pinggir jalan sekitar alun-alun kota, sambil makan ice cream juga," ucap Alina dengan mata yang berbinar. "Ice cream? Memang ada jam segini? Aku belikan saja di mini market yang 24 jam nanti kita cari!" Meskipun permintaannya agak aneh tapi aku ingin agar bisa memenuhinya, supaya dia mau
Part28"Satu malam bersamaku! Itu syaratnya!" ucapku datar saat Alina bertanya apa syarat yang ku ajukan."Ap-apah?!" Wajah Alina terlihat kaget dan sangat tegang, hahaha rasanya aku ingin tertawa kencang melihat raut muka yang menggemaskan itu namun kutahan, aku masih mencoba datar dengan wajah dinginku."A-aku ti-tidak bisa! Maaf, aku..." ia terbata lagi dan menunduk, bisa kurasakan semangat yang tadi hadir luruh kembali."Aku tidak seperti yang kau kira Tuan Aryo Widjaja! Kau salah menilaiku!" Alina berkata demikian kemudian berbalik arah hendak pergi meninggalkanku, aku buru-buru menarik tangannya."Hey, kamu mikir apa sih?! Jangan berpikiran kotor!" Kataku seraya mengacak pucuk rambutnya."Hmm, lalu apa?" Alina mendelik sebal ke arahku."Ya, temani aku satu malam, dan kau harus menuruti semua perkataanku!" Ulangku. Ia terdiam, kemudian bicara lagi,"Kalimatmu itu adalah pisau yang tajam bagiku! Apa maksudmu harus men
#part45Pov AryoAku mengendarai mobil dengan kencang, suasana gelap, hujan deras diselingi petir yang menyambar.Ku harap Alina baik-baik saja.Ciiiiiiiiiitttttt..........Suara mobil mengerem mendadak,Saking terburu-buru saat hendak sampai rumah aku hampir saja menabrak seseorang,Alina!!aku turun dari mobil,Oh God...Hampir saja,******Tok...tok...tok...Seseorang mengetuk pintu ruang kerjaku,"Masuk," perintahku."Permisi tuan," Bi Rusti menampakkan diri,"Hmm...," aku berdiri menghadap keluar jendela, hujan mulai reda,
Part26Pov AlinaAku terduduk lemas di samping gedung rumah sakit, setelah tadi mendengar penuturan dokter bahwa sebaiknya operasi Kenzo segera dilaksanakan. Uang darimana?? Aku belum berhasil mendapatkannya, bahkan uang di atmku pun sudah berkurang untuk menebus obat-obatan khusus.Dibawah langit yang mendung, Alina hanya bisa meratapi nasibnya, apakah ia harus pasrah dan menyerah begitu saja? Pasrah akan nasib kenzo anak kesayangannya selanjutnya?"Tuhan!! Katakan Apa yang harus aku lakukan?!!"Tangis sudah tertumpah, bahkan otakpun rasanya mau pecah,Apa yang harus dilakukan...Aryo...Tiba-tiba ia ingat akan Aryo, Aryo yang mungkin bisa menolongnya, mungkin jalan satu-satunya.Ya, minta bantuan ke Aryo, tapi dengan jaminan apa??Tidak ada waktu lagi, Alina mengambil gawai lalu menghubungi seseorang."Halo, Ndi...ini aku... Alina..."Dengan suara parau Alina menghubun