#part7 "Alina, terimakasih." kata Aryo seraya menyerahkan sebuah kotak kecil berbungkus kertas kado dengan sebuah pita kecil yang manis. "Apa ini?"tanya Alina sambil memperhatikan kotak manis itu. "Tadi siang aku memang udah menyiapkan sesuatu buat kamu, maaf aku tadi sempat marah saat tau kamu pergi lebih dulu,"ujar Aryo. "Tidak-tidak, kamu nggak perlu minta maaf, seharusnya disini aku yang harus meminta maaf dan juga aku sedari tadi belum berterimakasih padamu" tukas Alina kemudian melanjutkan bicara. "Mm...maaf, dan terimakasih kamu sudah menolongku hari ini, jika kamu tidak datang aku tidak tau bagaimana nasibku tadi,"ucap Alina sambil menunduk, membayangkan kejadian yang tadi dialami. "Hei sudahlah, jangan di ingat lagi, yang penting sekarang kamu baik-baik saja" tutur Aryo dan Alinapun tersenyum. "Oh ya mas, kalau boleh tau, bagaimana bisa tadi kamu menemukanku?"tanya Alina heran. "Oh itu, baiklah, aku akan menceritakan s
#part8#Darahsegar Tanpa mereka sadari, dari arah semak ada yang mengintai. Alina yang tadi tersenyum, melebarkan matanya saat melihat seseorang berlari menuju Aryo dan dibalik jaketnya ia membawa sebuah... Belati!"Mas Aryo!!" pekik Alina keras."JLEBB!" sebuah tusukan mengenai perut bagian samping saat Aryo menoleh panggilan Alina. "Aaaaaak!!!!" Aryo yang sedang di posisi nyaman tak terjaga tak mampu membuat perlawanan."Rasakan pembalasanku!" ujar seorang lelaki berbadan besar kepada Aryo dengan mata yang merah penuh dendam."Cepat lari Bos!" teriak seseorang dari kejauhan, pria gondrong bertato itu kemudian seketika kabur meninggalkan Aryo yang jatuh bersimba darah. Tubuh Alina bergetar hebat menyaksikan kejadian dihadapannya."Mas Aryoo... tidaak!" Alina meraung langsung memapah tubuh Aryo yang limbung. "Tolong...!!" Alina berteriak meminta p
#part9 #transfusi Andi terlihat panik dan sibuk lagi dengan gawainya menelpon kesana kemari."Ndi, ada apa? Katakan!" Andi tidak menjawab pertanyaan Alina."Katakan Ndi ada apa?!"Andi melirik Alina kemudian berkata, "Pak Aryo butuh transfusi secepatnya karena ia kehilangan banyak darah!" Aku ternganga menutup mulutku, kembali lemas mendengar berita tersebut."Masalahnya golongan darah yang dibutuhkan tidak ada stok di bank darah. Mereka sudah berusaha menghubungi cabang PMI disekitar wilayah ini namun belum membuahkan hasil. Kita juga sedang mencari pendonor diluar, sembari menunggu keluarga Bos Aryo datang, tapi itu masih lama takut nggak kesampaian!"kata Andi dengan panik."Apa golongan darah mas Aryo, Ndi?"tanya Alina kepada Andi. "Kalau saja gue punya golongan darah yang sama, gue bakal donor sekarang juga, apapun bakal gue lakuin demi Bos Ar
#part10 Pov Aryo Brengsek! Bedebah itu! Beraninya menusukku saat aku lengah. Aku ambruk menahan sakit, dan kulihat Alina begitu cemas melihatku, demi apapun aku tak peduli dengan yang sedang kurasakan aku hanya sangat senang saat didekatnya, saat melihat wajahnya yang sepertinya sangat takut kehilanganku, aku merasakan kebahagiaan yang tak terhingga diatas sakitku. Entahlah, setelahnya aku tak ingat apa-apa, mungkin aku pingsan. Aku mulai sadarkan diri, ketika kurasakan seperti ada aliran energi masuk ke tubuhku, aku berangsur pulih, namun aku belum bisa bergerak, ragaku masih lemah, hanya saja aku masih bisa mendengarkan suara-suara disekitarku. "Alina..." ucapku lirih, ingin sekali kubelai wajahnya yang begitu indah saat tertidur, namun aku urungkan. Aku hanya bisa sedikit menyentuh ujun
#part11 #bersamaAndi "Ndi... apa semua akan baik-baik saja?" Setelah beberapa saat saling diam dalam perjalanan akhirnya Alina angkat bicara. "Tentu!" ucap andi singkat. "Jika ada yang tau aku bersama Aryo saat kejadian, bukankah orang akan berfikir negatif padaku?"tanya Alina cemas. "Dengerin ya Na, lo tuh sama sekali nggak salah Alina. Gue tau elo sama sekali nggak bakalan nyangka ketemu Aryo di Bandung. Bukankah tadinya lo juga berusaha menghindar?" Aku mengangguk lemah membenarkan pernyataan Andi. "Kalo bahas yang salah, ya yang salah bos gue donk yang ngedeketin lo Na!" Ujarnya lagi. "Tapi disini gue nggak mau bahas yang salah itu siapa, ya anggap saja itu takdir kalian dipertemukan dalam kejadian luar biasa kaya kemaren," lanjutnya lagi mendadak bijak. "Takdir?" jawab Alina lirih...
#part12 #Kereta subuh *As roda kereta api telah bergerak Memacu putaran meluncur diatas rel yang panjang Kerikil-kerikil kecil pun berlompatan seperti katak, mendengar peluit, mengerti tanda akan kepergian... Dan mentari mulai menyembulkan sinarnya dari ufuk timur, mencoba mengajakku tersenyum, seperti tau ada kesedihan yang ku kulum.* **** "Alina, ini hadiah untukmu," Aryo menyerahkan sesuatu untukku. "Apa ini?" kubuka kotak kecil itu, sebuah jam tangan yang simpel tapi begitu manis dilihat. Sekilas aku terpana senang, tapi kemudian aku sadar. Segera ku tutup lagi kotak itu. "Aku gak mau mas," seraya kumajukan kotak itu menuju pemiliknya. "Please, jangan ditolak Alina. Tadi siang aku sampe belum makan mencari hadiah untu
#part13#waktu yang berlaluHari-hari selanjutnya berjalan lagi seperti biasa. Dirumah menemani anakku kenzo, menjalankan usaha laundry yang kurintis, dan juga menjalani pekerjaanku sebagai seorang EO (event organizer), mengatur jalannya suatu event/acara, aku bekerja pada temanku pemilik EO tersebut. Pekerjaan itu tidak terlalu menyita waktuku kecuali ada event besar. Dulu aku bekerja di sebuah perusahaan, tapi karena sering pulang malam akhirnya aku memutuskan resign setelah punya Kenzo.Terutama saat kejadian itu, saat aku sedang bekerja dan aku dikabari bahwa Kenzo terjatuh, aku pikir jatuh biasa saat sedang bermain, tapi setelahnya badannya panas berhari-hari dan sempat kejang, saat itu aku sangat ketakutan. Ya, kami menjaga Kenzo terutama jika ia sakit panas, kami harus segera bertindak ke dokter agar tidak terjadi kejang.Tadinya aku sangat menggebu saat mau mengikuti pelatihan menulis berita, kupikir setelahnya aku akan mendaftarkan diri di beberapa s
#part14#Berubahnya sikap Hendra#Flashback 2"The Gingerbread Man ran and ran, laughing and singing. But while he ran, he met a chicken. Chicken said, wow,, You look so fine enough for dinner. I’m going to eat you, Mister Gingerbread Man.” Aku membacakan dongeng pengantar tidur untuk Kenzo, bercanda bersama anakku sebelum tidur."Mama, Zo sudah mengantuk..." ucap Kenzo kemudian, "Baiklah, ayo baca doa sebelum tidur dulu ya," ajakku kepada Kenzo untuk membaca doa."Bismika Allahumma Ahya Wa Bismika Amuut... Dengan namaMu Ya Allah aku hidup, dan dengan namaMu aku mati," Aku mengecup pipi Kenzo kemudian menyelimutinya. Setelah si kecil tertidur pulas, aku beranjak ke teras, dimana suamiku Mas hendra sedang duduk di depan."Hmm... Sudah kubilang jangan terus merokok mas," Aku mengambil alat tulis hendak merekap nota-nota laundry. Mas Hendra hanya diam tak menanggapiku. Ia tetap terus mengebulkan asap rokoknya. Entahlah, aku merasa
Part34Statusku sudah berubah?Hari demi hari setelahnya kulalui dengan sangat tersiksa, aku sering mengurung diri di kamar dan menangis. Untunglah ada ibuku yang mendampingiku dan menjaga Kenzo, juga Bu Yuni yang selalu membantuku, sebab apa saja yang kulakukan pasti aku sembari menangis mengingat Mas Hendra, tak habis pikir apa salah dan dosaku hingga ia lakukan semua ini. Aku yang mungkin tak pernah mengenal apa sebenarnya cinta itu, aku hanya merasakan sebuah rasa suka kepada seseorang saat masih kecil, selebihnya aku tidak tau bagaimana cinta itu, tiga tahun setelah tamat SMA aku dilamar oleh Mas Hendra, kulihat dia orang yang baik hingga aku menerima pinangannya. Kujalani hari yang penuh syukur dan bahagia bersamanya apalagi setelah hadir Kenzo buah hati kami, walaupun semua dalam kesederhanaan saja, aku tak pernah menuntut macam-macam darinya.Memang ujian rumah tangga berbeda-beda, ada ujian tentang anak, ada ujian tentang kesetiaan sedang rumah ta
Part 33"Dek, mas ingin bicara ini dari kemarin, cepat atau lambat mas akan ketahuan, mas sudah menyiapkan semua, maafkan aku dek..." Mas Hendra memeluk kakiku dan meraung lagi."Menyiapkan apa Mas?" tanyaku masih bingung."Perceraian kita! Aku tak ingin semakin membebanimu dek..." ucap Mas Hendra meninggi.Bagai petir menyambar ditengah hari. Apa? Perceraian? Aku tak mengerti jalan pikirnya.Aku terduduk di bibir ranjang. Membaca surat gugatan dari Mas Hendra, seperti tertusuk ribuan pedang dihatiku, sungguh aku tak sanggup."Mas, jangan gegabah, istighfar Mas! mengapa kau akan meninggalkanku saat kita harus berjuang demi Kenzo Mas! Aku takkan menandatangani surat itu!" Aku berteriak sambil menangis, kudengar Kenzo pun terbangun memanggilku mungkin gara-gara teriakanku."Aku bukan meninggalkanmu dek, aku justru membebaskanmu dari belengguku, seorang suami yang tak bisa bertanggung jawab dan tak bisa membahagiakanmu!""Ak
Part32*FLASHBACK ON*Tok...tok...tok...Aku yang sedang sibuk memilah pakaian laundry di belakang, menyuruh Bu Yuni untuk membuka pintu. Dengan tergopoh Bu Yuni datang, "Neng Alina ada empat orang lelaki bertampang sangar, nyari Hendra,Neng.""Apa Bu? Mas Hendra tadi kan di dalam." Aku mengernyitkan dahi lalu beranjak kedepan."Neng hati-hati, tampang mereka kayak preman serem gitu, ih ibu ngeri melihat mereka!" Ujar bu Yuni memperingatkanku dan aku mengangguk.Aku masuk ke kamar, kulihat Mas Hendra meringkuk ketakutan. "Mas, ada tamu siapa itu mencarimu," ucapku memanggil Mas Hendra."Ssstttss.... kamu saja yang temui mereka, bilang saja aku nggak ada!" Mas Hendra menyuruhku untuk segera pergi menemui tamu-tamu itu, awalnya aku heran tapi Mas Hendra bahkan sampai mendorongku untuk segera keluar, baiklah aku akan bicara dengan Mas Hendra nanti.Aku ke depan, terdapat empat orang berperawakan tinggi besar dan bertato, ben
#part31#Perjanjian Pernikahan Vera"Jadi itu yang namanya Alina, perempuan yang selalu bertahta di hati Aryo hingga cara apapun yang kulakukan tak sanggup untuk membuat Aryo jatuh cinta kepadaku?" Vera membatin, ia menatap sepasang kekasih dari kaca jendela di dalam mobil."Apa aku perlu turun? Siapa yang harus kuhajar? Aryo atau perempuan itu?" Tawar Radit kepada Vera, yang sedang menatap sepasang manusia penuh drama cinta.Vera mendengkus, mengambil nafas sejenak."Hey, santai saja Radit, tidak perlu kau lakukan itu, hanya buang waktu dan tenagamu, aku tidak apa-apa, sungguh!"Vera berkata demikian sambil terus menatap perempuan itu, Alina, dalam batin Vera mengiyakan, bahwa Alina bukan sekedar cantik secara fisik, tapi memiliki aura layaknya dewi yang memikat.Radit cemas melihat Vera, ia yang selama ini mengerti perasaan Vera. Awalnya hanya timbul rasa kasihan terhadap Vera, istri yang tak dianggap, lama-lama Radit benar-benar jatuh ci
Part30#akuinginmenjagamuKita tertawa dan berlari bersama, saat kulihat ada dua buah mobil box yang parkir berjejer kutarik Alina untuk bersembunyi diantara ke dua mobil itu, di celahnya yang sempit."Hahaha... parah kamu Mas, makanya jangan asal peluk!" Alina masih tertawa puas meledekku, sumpah aku jadi malu, mau modus salah fokus!"Ssttsss jangan keras-keras!" Aku berkata demikian saat kulihat lelaki berpakaian mini itu berlari melintasi kami. Kami masih menahan tawa dan terengah-engah setelah berlari tadi."Lihat ini ice cream kita jatuh tadi baru makan sedikit." Omelnya lagi, aku memperhatikan wajahnya yang ayu dari dekat."Masih ada ice creamnya." Ucapku padanya."Mana? Abang tukang ice creamnya sudah pulang tadi!""Ini..." Aku mendekatkan wajah ke arahnya, di sudut bibirnya. Kulihat matanya membulat menatapku."Tidak!" Alina mencegahku dengan tangannya mendorong dadaku."Ingat janjimu Mas k
Part 29 Kulihat Alina terlihat bosan dan hanya mengaduk-aduk spaghettinya. "Hey, makanlah..." ucapku melihat tingkahnya yang hanya memainkan garpu. "Hmm..."jawabnya singkat. "Jangan ditekuk begitu wajahmu, bukankah tadi kau bilang terserah saat tadi aku menyuruhmu pesan makanan! Makanlah, kau tak lapar seharian?" Aku mulai meradang. "Aku sangat lapar...tapi..." "Tapi apa?" "Maaf, bukan aku tak menghargai apa yang kamu siapkan, hanya saja aku sedang ingin makan jagung bakar!" "Jagung bakar?! Dimana?" Aku bertanya heran, dimana aku harus memenuhi permintaannya, disini tak ada menu untuk jagung bakar. "Iya, jagung bakar di pinggir jalan sekitar alun-alun kota, sambil makan ice cream juga," ucap Alina dengan mata yang berbinar. "Ice cream? Memang ada jam segini? Aku belikan saja di mini market yang 24 jam nanti kita cari!" Meskipun permintaannya agak aneh tapi aku ingin agar bisa memenuhinya, supaya dia mau
Part28"Satu malam bersamaku! Itu syaratnya!" ucapku datar saat Alina bertanya apa syarat yang ku ajukan."Ap-apah?!" Wajah Alina terlihat kaget dan sangat tegang, hahaha rasanya aku ingin tertawa kencang melihat raut muka yang menggemaskan itu namun kutahan, aku masih mencoba datar dengan wajah dinginku."A-aku ti-tidak bisa! Maaf, aku..." ia terbata lagi dan menunduk, bisa kurasakan semangat yang tadi hadir luruh kembali."Aku tidak seperti yang kau kira Tuan Aryo Widjaja! Kau salah menilaiku!" Alina berkata demikian kemudian berbalik arah hendak pergi meninggalkanku, aku buru-buru menarik tangannya."Hey, kamu mikir apa sih?! Jangan berpikiran kotor!" Kataku seraya mengacak pucuk rambutnya."Hmm, lalu apa?" Alina mendelik sebal ke arahku."Ya, temani aku satu malam, dan kau harus menuruti semua perkataanku!" Ulangku. Ia terdiam, kemudian bicara lagi,"Kalimatmu itu adalah pisau yang tajam bagiku! Apa maksudmu harus men
#part45Pov AryoAku mengendarai mobil dengan kencang, suasana gelap, hujan deras diselingi petir yang menyambar.Ku harap Alina baik-baik saja.Ciiiiiiiiiitttttt..........Suara mobil mengerem mendadak,Saking terburu-buru saat hendak sampai rumah aku hampir saja menabrak seseorang,Alina!!aku turun dari mobil,Oh God...Hampir saja,******Tok...tok...tok...Seseorang mengetuk pintu ruang kerjaku,"Masuk," perintahku."Permisi tuan," Bi Rusti menampakkan diri,"Hmm...," aku berdiri menghadap keluar jendela, hujan mulai reda,
Part26Pov AlinaAku terduduk lemas di samping gedung rumah sakit, setelah tadi mendengar penuturan dokter bahwa sebaiknya operasi Kenzo segera dilaksanakan. Uang darimana?? Aku belum berhasil mendapatkannya, bahkan uang di atmku pun sudah berkurang untuk menebus obat-obatan khusus.Dibawah langit yang mendung, Alina hanya bisa meratapi nasibnya, apakah ia harus pasrah dan menyerah begitu saja? Pasrah akan nasib kenzo anak kesayangannya selanjutnya?"Tuhan!! Katakan Apa yang harus aku lakukan?!!"Tangis sudah tertumpah, bahkan otakpun rasanya mau pecah,Apa yang harus dilakukan...Aryo...Tiba-tiba ia ingat akan Aryo, Aryo yang mungkin bisa menolongnya, mungkin jalan satu-satunya.Ya, minta bantuan ke Aryo, tapi dengan jaminan apa??Tidak ada waktu lagi, Alina mengambil gawai lalu menghubungi seseorang."Halo, Ndi...ini aku... Alina..."Dengan suara parau Alina menghubun