Share

3. "High"

Author: Lalunaxx
last update Last Updated: 2021-08-13 12:12:32

Di antara derasnya rintik hujan di luar rumah, suara derak kuku yang berbenturan dengan permukaan meja menjadi satu-satunya pemecah keheningan di dalam ruangan kecil di bawah tangga. Obsidian hitam Yuhwa bergerak resah dari kiri ke kanan, memandangi ponsel di atas meja, atau pintu kamar yang menjadi batas amannya. Ia benar-benar resah, hingga pakaiannya yang sudah dikotori debu harus lebih kotor lagi setelah keringat dinginnya bercucuran tanpa jeda.

Konyol! Berhasil lari dari sindikat penjual organ manusia, Yuhwa kini berakhir terkurung di dalam rumah seorang pengguna narkoba.

LSD, ingatnya kembali.

Yuhwa pernah mendengar obat terlarang jenis itu. Setidaknya, ia tahu bahwa LSD adalah sebuah cairan yang biasa orang sebut dengan Acid. Yang umumnya diteteskan pada kertas kecil berbentuk menyerupai perangko, dan akan ditaruh di atas permukaan lidah untuk penggunaannya. Setahu Yuhwa juga, sang pengguna akan mengalami halusinasi berat yang tak jarang sampai ke titik di mana hal tersebut dapat sangat membahayakan pengguna maupun orang di sekitarnya.

Yang Yuhwa jelas tidak ketahui adalah; Bagaimana bisa seorang public figure yang namanya dielu-elukan masyarakat ini merupakan seorang pengguna narkoba dan bahkan tak tertangkap oleh pihak berwajib? Apakah efeknya setersembunyi itu? Apa mungkin Manajer Kim tahu? Bagaimana kalau sebenarnya tidak?

Lebih buruknya lagi, bagaimana jika suatu saat Yuhwa tertangkap polisi karena dianggap terlibat dengan penggunaan serta penyelundupan barang terlarang tersebut?

Tidak! Terlalu gila bahkan untuk sekedar Yuhwa bayangkan.

Lantas apa rencana Yuhwa untuk kedepannya? Bukankah situasi ini memiliki risiko yang sama buruknya dengan jalan kehidupan jika ia berakhir di tangan para sindikat penjual organ manusia? Terlebih untuk yang satu ini kartu identitas milik Yuhwa sudah disimpan baik-baik oleh Hans. Pasti untuk suatu jaminan agar ia tak macam-macam, kan?

Tapi jika Yuhwa pikir-pikir kembali dan merubah sedikit perspektif pada pola pikirnya, ia justru mendapat sebuah keuntungan dengan mengetahui fakta soal LSD tersebut. Bagaimana Yuhwa bisa tidak sadar? Bukankah dengan mengetahui satu atau lebih rahasia Hans ia dapat memanfaatkannya untuk sesuati yang lebih menguntungkan? Bagaimanapun juga, karier pria itu dapat hancur kapanpun informasi yang Yuhwa pegang tersebar.

Bukan menjadikan keburukan Hans sebagai kartu As. Apalagi bersikap seperti pihak yang merugikan. Disini Yuhwa hanya menyusun rencana supaya ia tidak dianggap lemah dan mudah dihancurkan. Anggap saja pemikirannya tadi hanya sebagai insting normal untuk mempertahankan hidup.

BRAKK!!!

Seiring dengan bunyi nyaring yang berasal dari luar ruangan, pencahayaan di ruang tamu pun menyala. Dapat Yuhwa lihat jelas dari sela-sela pintu kamarnya yang menghadap langsung ke ruangan itu. Padahal, Yuhwa sudah yakin mematikan lampu di setiap ruangan kecuali lampu-lampu yang menerangi halaman luar rumah. Lantas suara bising apa yang tadi didengar kedua telinganya? Apakah suara pintu? Apa Hans dan Manajer Kim sudah pulang? Bagaimana jika bukan mereka?

Tapi sejujurnya, jika itu Hans pun Yuhwa tetap akan ketakutan setengah mati. Ia benar-benar belum siap berpura-pura tidak tahu-menahu perihal LSD. Yuhwa juga masih takut jika Hans ternyata adalah orang gila yang dapat menyakitinya dengan mudah.

"Sial! Siapa yang mematikan lampu rumahku?! KELUAR KAU!!" bentak seseorang di luar yang berhasil membuat Yuhwa melonjak kaget di tempatnya.

Yuhwa menggigit bibir bawahnya sendiri, sedikit yakin bahwa suara tersebut adalah milik Hans, meski terlalu samar untuk ia pastikan seratus persen. Tapi apa alasan pria itu meninggikan nada bicaranya? Apa yang membuat Hans semarah itu? Kenapa terdengar sangat menakutkan? Apa Yuhwa perlu keluar dari tempat persembunyiannya sesuai dengan perintah Hans, atau justru akan lebih baik jika ia diam di tempat dan berpura-pura tidak tahu mengenai apapun?

Opsi kedua tentu lebih baik dan dapat menyelamatkan nyawanya. Tapi jika Hans semarah itu...

"Siapapun itu- keluar kau sekarang juga!! Kau pikir aku takut?! Aish!"

Eh? Kenapa Hans terdengar seperti sedang meracau tidak jelas?

Meneguk liur gugup, gadis bersurai hitam mengkilat itu perlahan bangun dari duduknya di atas kursi. Ia melangkah perlahan, berusaha sebaik mungkin untuk tidak menimbulkan bising sedang ujung-ujung jarinya meraih kenop pintu dengan gerakan bimbang.

Mencoba menongolkan kepalanya ke luar ruangan, hal pertama yang ditangkap netra Yuhwa berhasil membuat sang gadis menjerit, "KYAA!! LEE HANSS! KENAPA KAU KENCING DISITUU?!??"

Saat itulah Yuhwa tahu, bahwa Hans sedang kehilangan setengah kesadarannya. Entah karena narkoba, minuman keras, atau hal lain yang Yuhwa tak mau repot-repot tahu pasti.

Yang jelas, kenapa bisa Hans buang air kecil di dalam guci mewah hiasan rumahnya sendiri?!

"Berhenti! Hans! Hans, jangan gilaa!" seru Yuhwa mencoba mendekat, pun tangan kanannya yang tak mau lepas dari depan matanya sendiri. Karena jika tidak begitu, ia bisa-bisa tak sengaja melihat kejantanan Hans. Dan hal tersebut terlalu gila untuk dapat diterima akal sehatnya.

Hans menengok, menarik ke atas ritsleting celananya, kemudian berseri-seri. "Oh? Sejak kapan aku pelihara anak anjing di rumah?"

"Anak anjing?!" jerit Yuhwa terkejut, "kau yang buang air kecil sembarangan dan kau menyebutku anak anjing?!"

"Wah anak anjing ini bisa berbicara! Hey, apa kau teman Rapunzel? Siapa namamu? Apa Kak Jihun yang membawamu kemari?"

Jari Yuhwa terangkat memijit batang hidung, berharap dengan itu ia bisa sedikit mengurangi rasa pening yang tiba-tiba saja menerjang. Ia juga menerka-nerka, kenapa Hans bisa pulang sendiri tanpa didampingi oleh Manajer Kim padahal pria itu melakukan hal-hal kelewat gila untuk bahkan Yuhwa terima sebagai orang asing.

Menjamah sisi tubuh Hans, Yuhwa berkata, "Akan lebih baik jika kau ke kamarmu sebelum semakin membuat kekacauan yang lebih gila dari ini, ya?"

Sang gadis mendesah kesal, mengingat pekerjaan yang dilakukannya seharian penuh berakhir sia-sia karena sang pemilik rumah datang dan mengacaukannya kembali. Kini Yuhwa tahu, kenapa rumah Hans tidak jauh beda dengan kandang babi padahal ia sudah membayar mahal seseorang untuk melakukan pembersihan rutinitas. Pada dasarnya, sang idola banyak wanita ini memang tak sebersih kelihatannya.

Lupakan kulit putih Hans yang semulus porselen, semua itu pasti adalah hasil kerja keras Manajer Kim atau siapapun yang bertanggung jawab soal penampilan di agensi.

"Aku punya kamar? Keren! Kau memang luar biasa Hans!" puji Hans pada dirinya sendiri.

"Eh tunggu!," sela Yuhwa, "jangan lupa mencuci tangan! Oh Tuhan.."

Terlepas dari penampakannnya yang gagah dan sedikit menyeramkan, faktanya Hans memiliki tubuh kurus yang kurang sebanding dengan tinggi badannya yang menjulang tinggi. Hal tersebut Yuhwa sadari saat ia memapah pria itu pada pundaknya. Yuhwa pikir, mungkin proporsi tubuh itu juga adalah sebuah tuntutan dari pekerjaan Hans.

Ia pernah dengar, bahwa menjadi public figure di Korea terbilang sulit. Perlu diiringi dengan segelintir pelatihan serta kekuatan mental menghadapi komentar-komentar pedas yang dibuat oleh jari warganet. Terutama standar masyarakat terhadap penampilan yang terkadang terlalu berlebihan menurut Yuhwa. Meski sebetulnya, Yuhwa juga bukan orang yang pantas untuk prihatin dengan keadaan pria itu.

"Howeekk!! Howekk!!"

"Hans?!" Memekik tertahan, Yuhwa bahkan tak dapat berkata-kata ketika melihat tubuhnya dan tubuh pria di sebelahnya dipenuhi oleh isi perut Hans. Seiring dengan itu, aroma alkohol serta bau busuk lainnya pun berhasil membuat Yuhwa mual.

Baiklah, Yuhwa sudah nyaris menyentuh ambang batas kesabarannya.

***

Disamping kicau burung, dinginnya udara pagi hari juga berhasil membangunkan Yuhwa dari tidur kurang nyenyaknya semalam. Ia terduduk, kemudian merutuk gemas ketika melihat kaus kedodoran menggantikan pakaian kotor yang terkena muntah Hans semalam. Kaus putih tersebut Yuhwa ambil asal dari dalam lemari Hans, anggap saja sebagai ganti rugi serta kompensasi akan tingkah gila pria itu disamping fakta bahwa Hans bahkan mengatainya sebagai 'anak anjing'.

Sampai saat ini, Yuhwa masih berharap akan kepulangan Manajer Kim, supaya ia dapat mengadukan tindakan Hans tersebut. Yuhwa tidak banyak mau. Baginya, setidaknya permintaan maaf dari mulut Hans langsung pasti sudah dapat melapangkan dadanya. Ia juga menimbang-nimbang, apakah perlu baginya untuk mengungkapkan penemuan LSD di kamar Hans pada Manajer Kim? Tapi, bagaimana jika Manajer Kim tidak tahu apapun dan ia justru merusak karier Hans?

Akan lebih baik jika Yuhwa pura-pura tidak tahu, kan? Dengan begitu ia bisa bertahan di rumah Hans sedikit lebih lama. Sebetulnya bukan karena rumah mewah serta fasilitas lengkapnya. Kalau soal itu, Yuhwa harus mengingat kerepotan yang harus ia hadapi perihal sikap-sikap sang tuan ramah. Tapi yang menjadi pertimbangan Yuhwa adalah; fakta bahwa rumah rahasia seorang artis papan atas akan menjadi suatu tempat yang paling aman baginya untuk bersembunyi dari sang paman.

Setelah menenggak segelas air yang sempat ia taruh di sebelah kasurnya, Yuhwa segera bangun dan menegaskan langkah menuju kamar Hans. Sekedar mengecek keadaan pria tersebut, atau membangunkan si pembuat onar kalau memang perlu. Meski sejujurnya, akan lebih baik jika Hans tetap terlelap, kan? Setidaknya Yuhwa bisa menghabiskan pagi harinya dengan tenang.

"AAAAAA!!!" Jerit dari dalam kamar Hans mengejutkan Yuhwa, ia lantas mempercepat gerakan kakinya yang baru saja menyentuh anak tangga terakhir.

"Ada apa, Hans?" tanya Yuhwa langsung begitu sampai di ruangan.

Pria itu keluar dari toilet di sudut kamar, kemudian berkata murka, "Kenapa Guci ini terguling di lantai toilet?!"

Guci di lantai toilet.

Melihat itu, Yuhwa membalas, "Kau yang melakukannya."

Tentu benda indah tersebut tidak akan berakhir di situ jika Hans tidak mengencinginya kemarin, kan? Yuhwa salah apa? Ia hanya membersihkan sisa-sisa kegilaan Hans saat mabuk kemarin malam.

"Aku?! Mana mungkin?! Kau tahu berapa harganya?! Tiga juta won! Guci ini adalah benda peninggalan Dinasti Ming! Dan sekarang berakhir di—Argh!!"

Mencengkeram erat akar-akar rambutnya, Hans kemudian menatap Yuhwa dengan penuh api amarah. Bulu kuduk sang gadis berdiri, meski Yuhwa sendiri masih yakin bahwa kejadian ini adalah sepenuhnya kesalahan Hans. Tapi jujur, siapa yang tidak takut jika dilempari sorot kejam dari mata yang memicing tajam itu?

"Tapi Hans, kau—"

"Tunggu," potong Hans, "kenapa kau memakai bajuku dan aku.. Telanjang?! AAAA!! KELUAR KAU! DASAR CABUL!"

Tangan Hans meraih benda di sekitarnya, untuk kemudian ia lemparkan pada Yuhwa meski sebagian besar meleset tidak tepat sasaran. Tapi menurut Hans, setidaknya gerakan tersebut berhasil menggiring sang gadis keluar ruangan. Ternyata pendapat Yuhwa benar, akan lebih baik jika pria itu masih terlelap dan tidak merusak pagi damainya seperti ini.

"Setelah anak anjing kau bahkan menyebutku cabul?! Hans—"

"Ada apa in—Hey, Hans!! Apa yang kau lakukan?! Dasar sinting!" Sahutan Manajer Kim berhasil menghentikan keagresifan Hans. Dan Yuhwa berharap, kehadiran Manajer Kim juga dapat membuat pria itu kembali pada kewarasannya.

Atau sebetulnya, Hans memang tidak waras?

***

"Cepat minta maaf," timpal Manajer Kim sembari menyenggol lengan pria di sebelahnya.

Mencebikkan bibir bawah, Hans berujar, "Maaf. Sebetulnya aku tidak segila itu, hanya saja.. kau tahu kan.."

Meskipun terdengar setengah hati dan tidak bersungguh-sungguh, tapi hal tersebut justru sukses membuat Yuhwa tersenyum gemas. Ia lega, setidaknya Hans menyadari bahwa dirinya gila. Ada sedikit rasa gemas juga begitu melihat telinga Hans memerah malu. Tentu, seorang idola memang seharusnya malu setelah bersikap seperti itu.

"Lagipula, bagaimana bisa kau buang air kecil—"

"Aish, Kak! Sudah jangan dibahas lagi!!" sergah Hans.

Baik Yuhwa dan Manajer Kim, keduanya lantas tertawa puas begitu melihat Hans menyembunyikan wajahnya di balik bantal kecil sofa. Kalau dilihat seperti ini, jujur Yuhwa hanya menganggap pria itu sebagai pria biasa yang banyak tingkah dan cukup menggemaskan. Lantas, apa alasan Hans menggunakan obat-obatan terlarang semacam LSD? Apakah beban hidupnya sebagai seorang idola seberat itu? Tapi, kenapa harus narkoba?

Tingtong! Tingtong!

"HANSS! BUKA PINTUNYA! INI AKU!!"

Mendengar suara bel yang ditekan berulang serta gedoran tak henti dari pintu masuk utama, Yuhwa pun mengangkat alis keheranan. Terutama fakta bahwa suara seorang wanita di luar sana terdengar sangat nyaring dan tidak sabaran. Yuhwa lantas melempar pandangan penuh tanya pada Manajer Kim maupun Hans sendiri, tapi juga tak segera menemukan jawabannya.

"Gawat, Hans!" seru Manajer Kim yang semakin membuat Yuhwa bertanya-tanya.

Pria yang disebut namanya pun beranjak, sedikit menengok ke arah pintu kemudian bertanya, "Siapa itu? Kelly? Ia belum menggugurkan kandungannya? Ish! Sial!"

Kelly?

Nama tersebut mengingatkan Yuhwa pada seorang gadis Korea setengah Amerika yang sempat populer setelah menjadi peran utama di salah satu film Cina. Dan ketika ia mengingat status Hans yang juga seorang artis, mulut Yuhwa pun menganga lebar-lebar sadar akan dugaannya yang tepat sasaran.

Menggugurkan kandungan? Hans menghamili si cantik ratunya layar lebar itu?!

Oke, mari lupakan saja pendapat Yuhwa soal pria biasa yang menggemaskan. Nyatanya, seorang Lee Hans memanglah pria berengsek.

Related chapters

  • Idol's Secret Housemate   4. (Girl)friend

    "Tunggu apa lagi? Cepat temui Kelly! Yuhwa biar aku yang urus," perintah Manajer Kim kepada Hans.Yuhwa tebak, pasti agensi menemui banyak kesulitan demi mempertahankan nama baik seorang Lee Hans. Buktinya, belum ada dua hari Yuhwa kemari, ia sudah bertemu dengan berbagai fakta buruk soal pria itu. Mulai dari narkoba, tingkah gilanya saat mabuk, dan kini bahkan perkara kisah cintanya dengan wanita. Entah, sudah berapa banyak wanita yang pria itu hamili. Hingga begitu mudahnya pula kata 'aborsi' meluncur dari bibir laknat itu.Hebat sekali orang-orang di luaran sana yang mengaku sebagai penggemar Hans. Apakah mereka tahu bahwa idolanya bertingkah bejat di balik kamera? Kalau itu Yuhwa, pasti sangat merasa terkhianati.Memang benar kata orang, bahwa pria tampan biasanya bersikap seenaknya.Lengan Yuhwa ditarik, karena kini tugasnya adalah bersembunyi. Tapi begitu sang gadis mulai mengekori langkah Manajer Kim, Hans berseru, "Sebentar! Aku puny

    Last Updated : 2021-08-19
  • Idol's Secret Housemate   5. MINE

    "Kalian itu terlalu sombong, sampai lupa ada banyak orang di luaran sana yang tidak mengenali kalian." Sementara dalam hati menyetujui, Yuhwa hanya dapat bungkam dan berdiri kaku menghadap ke arah kelima pria yang tengah menaruh atensi padanya. Dinilai dari sopan santun serta tutur kata yang terlontar, Yuhwa berpendapat bahwa seseorang yang pantas untuk menjadi pemimpin grup MINE adalah si pria berambut hitam yang baru saja hadir beberapa saat lalu. Yuhwa tidak paham mengenai aspek lain. Tapi baginya, Hans terlalu kasar dan arogan. Pria itu mengulurkan tangan, kembali mengembangkan senyum manisnya lalu berkata, "Aku Kang Taehee, anggota termuda MINE. Kau bisa menyebutku Taehee atau apapun senyamanmu." Tanpa buang waktu, Yuhwa pun menyambut uluran tangan ramah Taehee. Tak lupa dengan senyum termanis yang ia simpan sejak kedatangannya ke Korea. Menyimpan senyumnya lama-lama, tak rugi jika ia membagikannya pada pria selemah lembut Taehee.

    Last Updated : 2021-08-21
  • Idol's Secret Housemate   6. Barter

    Minggu pertama bulan Juni, tepatnya di tanggal lima. Mencondongkan tubuh dengan kaki rapat, Yuhwa memicing sipit sembari menilik kalendar meja yang berdiri tepat di bawah lukisan cat minyak bernuansa biru. Gadis itu mengusap dagu, mengerucutkan bibir ragu sebelum kembali memasukan untaian tali-temali di tangannya ke dalam saku. Kuno, jelek, dan murahan. Hans tidak akan menyukainya, menurut Yuhwa. Maka ia urungkan kembali niatnya untuk memberi hadiah kecil pada si pria yang tengah bertambah usia hari itu. Pandangannya kemudian berselancar, secepat angin berhembus dan jatuh pada pintu kayu oak yang tanpa suara berteriak 'tolong jangan ganggu aku', meminta Yuhwa untuk segera berlalu dan mengabaikan eksistensi seseorang di balik itu. Semenjak siaran langsung bersama para member MINE tadi, Hans berada dalam suasana hati yang buruk. Tak ada satu orangpun yang berani mengusik ketenangannya, terlebih Yuhwa. Bahkan pria itu belum keluar ruangan relaksas

    Last Updated : 2021-08-26
  • Idol's Secret Housemate   7. The Riot

    Yuhwa sudah melewati malam itu dengan mata terbuka lebar. Entah pukul berapa tepatnya, tapi dari sorot lampu yang menelisik lewat tirai jendela, pasti di luar sana masih gelap dan belum ada sinar matahari sama sekali. Dengan udara dingin yang menyapa pundak menggigil, Yuhwa pun menyerah. Beranjak dari baringnya, membuka lemari pakaian di sudut kamar, dan mengambil sebuah jaket hitam dari sana. Terimakasih pada Manajer Kim, kini ia memiliki setumpuk pakaian di dalam lemari. Bahkan tak lupa dengan pakaian dalamnya. Hebat! Darimana Manajer Kim tahu soal ukuran dan sebagainya? Oh mari lupakan soal itu sejenak. Sebelum keluar dari kamar dengan niatan berjoggingdi ruang tamu yang luasnya mendekati ukuran lapangan voli itu, Yuhwa melemparkan pandangannya ke atas nakas, mempertimbangkan diri untuk membawa ponsel yang Hans berikan padanya tiga hari yang lalu. Ponsel bercita rasa kopi yang telah ia keringkan dengan pengering rambut selama

    Last Updated : 2021-08-29
  • Idol's Secret Housemate   8. Mr. Cunning

    Kepala Yuhwa pening, seperti dijatuhi ribuan batu pualam yang turun dari langit dan menghantam langsung tepat di utara tubuhnya. Mungkin karena rasa lelah yang tak terbendung, atau kantuk yang menyelimuti seperti langit mendung. Hari itu terasa abu-abu bagi sang gadis kewarganegaraan Cina ini. Mulai dari menanti kesadaran Hans untuk kembali, menyiapkan sarapan yang pantas untuk si pria sakau, bahkan menjemur bantal dan selimut Hans yang basah kuyup akibat tragedi semalam.Yuhwa pikir ia akan segera kaya raya bilasaja pekerjaannya di rumah Hans mendapat upah yang sesuai. Sayang, dirinya hanyalah seseorang yang harus bekerja secara sukarela. Wajib dan harus. Keputusan yang mutlak kalau memang ia tidak ingin kembali mengancam nyawa di bawah kaki para sindikat perdagangan organ manusia."Astaga.. mereka ini selalu membuat masalah," keluh Manajer Kim selesai bicara melalui ponselnya.Omong-omong soal Manajer Kim, demi keamanan dan keselamatan nyawa Hans

    Last Updated : 2021-09-01
  • Idol's Secret Housemate   9. Weakness

    "Di mana Kak Jihun?" Kalimat tersebut menjadi pemecah keheningan yang telah mengudara sejak tigapuluh menit lalu. Saat itu Hans tengah sedikit demi sedikit menghabiskan teh calendula sembari menonton drama yang ia bintangi sendiri, sementara Yuhwa mengambil bagian untuk mempercantik rumah Hans dengan sapu dan kain lap di tangan. Meski berada dalam satu ruangan yang sama, keduanya tidak mau repot-repot buka suara untuk sekedar basa-basi atau berbincang santai selayaknya teman serumah. Kelewat canggung bahkan untuk sekedar bertemu pandang, dalam waktu sepersekian detik salah satu atau keduanya akan segera memalingkan wajah ogah-ogahan. "Ah, aku lupa! Aku seharusnya memberi tahumu lebih awal. Jason diterpa isu plagiarisme," jawab Yuhwa sembari menepuk kening. Hans nampak membolakan matanya terkejut, hingga detik kemudian ia mendesis singkat dan mengeluh, "Anak itu lagi." Dari ucapan Hans, Yuhwa jelas akan menebak-nebak, apakah ini

    Last Updated : 2021-09-04
  • Idol's Secret Housemate   10. Dream

    Semuanya menjadi titik tolak di malam itu. Bagaimana kegelapan menyelimuti suasana rumah, dilengkapi dengan kisah ironis Hans yang sempat Yuhwa dengar dari Manajer Kim beberapa saat lalu melalui sambungan telepon. Kepala sang gadis menengok, mempertemukan raut prihatinnya dengan wajah mengkhawatirkan Hans yang kini memangku kepala di atas lipatan lutut. Keduanya membisu, tapi Yuhwa seolah tahu berbagai pikiran yang mungkin menjadi misteri di dalam kepala Hans. Sebuah misteri yang sama sekali tidak pernah terungkap di hadapan siapapun, bahkan orang terdekat Hans sekalipun. Trauma masa kecil. Yuhwa tidak perlu penasaran soal apa yang terjadi, apa yang membuat Hans sangat-sangat ketakutan, atau bahkan mengapa tidak ada yang mencoba untuk mengobati kekhawatirannya itu. Sebab ia lebih peduli soal bagaimana dirinya dapat menjadi seseorang yang dapat Hans andalkan di tengah badai ribut yang menghantui mental si arogan berkulit pucat, Hans.

    Last Updated : 2021-09-11
  • Idol's Secret Housemate   1. Meeting a Top Star

    "Ada tambahan lain? Perlu kantung plastik?" Setelah meneguk liur, Yuhwa lantas menggelengkan kepala singkat menanggapi pertanyaan dari sang petugas kasir berkulit putih cerah di hadapannya. Netra gadis itu bergerak resah, mencuri lirik ke luar bangunan minimarket dan mencari-cari keberadaan pria berjaket hitam yang sedari tadi berjaga di sana. Begitu pandangan Yuhwa tidak mendapati sosok yang dicarinya, segera pula sang gadis menyambar kantung belanja yang sudah di bayar, secepat kilat berlalu keluar bangunan dengan langkah tergesa. Entah ia atau sepatu kets putih di bawah kakinya, keduanya tak tahu apapun soal arah dan tujuan. Tapi menurutnya, sekarang adalah waktu yang tepat bagi Yuhwa untuk menyelamatkan diri. Lari atau tidak sama sekali. Dua minggu sudah ia dikurung di dalam ruangan berukuran tiga kali tiga meter. Pengap, minim penerangan, ditambah ancaman berbahaya yang harus Yuhwa terima setiap kali ia mencoba untuk kabur. Meringk

    Last Updated : 2021-08-12

Latest chapter

  • Idol's Secret Housemate   10. Dream

    Semuanya menjadi titik tolak di malam itu. Bagaimana kegelapan menyelimuti suasana rumah, dilengkapi dengan kisah ironis Hans yang sempat Yuhwa dengar dari Manajer Kim beberapa saat lalu melalui sambungan telepon. Kepala sang gadis menengok, mempertemukan raut prihatinnya dengan wajah mengkhawatirkan Hans yang kini memangku kepala di atas lipatan lutut. Keduanya membisu, tapi Yuhwa seolah tahu berbagai pikiran yang mungkin menjadi misteri di dalam kepala Hans. Sebuah misteri yang sama sekali tidak pernah terungkap di hadapan siapapun, bahkan orang terdekat Hans sekalipun. Trauma masa kecil. Yuhwa tidak perlu penasaran soal apa yang terjadi, apa yang membuat Hans sangat-sangat ketakutan, atau bahkan mengapa tidak ada yang mencoba untuk mengobati kekhawatirannya itu. Sebab ia lebih peduli soal bagaimana dirinya dapat menjadi seseorang yang dapat Hans andalkan di tengah badai ribut yang menghantui mental si arogan berkulit pucat, Hans.

  • Idol's Secret Housemate   9. Weakness

    "Di mana Kak Jihun?" Kalimat tersebut menjadi pemecah keheningan yang telah mengudara sejak tigapuluh menit lalu. Saat itu Hans tengah sedikit demi sedikit menghabiskan teh calendula sembari menonton drama yang ia bintangi sendiri, sementara Yuhwa mengambil bagian untuk mempercantik rumah Hans dengan sapu dan kain lap di tangan. Meski berada dalam satu ruangan yang sama, keduanya tidak mau repot-repot buka suara untuk sekedar basa-basi atau berbincang santai selayaknya teman serumah. Kelewat canggung bahkan untuk sekedar bertemu pandang, dalam waktu sepersekian detik salah satu atau keduanya akan segera memalingkan wajah ogah-ogahan. "Ah, aku lupa! Aku seharusnya memberi tahumu lebih awal. Jason diterpa isu plagiarisme," jawab Yuhwa sembari menepuk kening. Hans nampak membolakan matanya terkejut, hingga detik kemudian ia mendesis singkat dan mengeluh, "Anak itu lagi." Dari ucapan Hans, Yuhwa jelas akan menebak-nebak, apakah ini

  • Idol's Secret Housemate   8. Mr. Cunning

    Kepala Yuhwa pening, seperti dijatuhi ribuan batu pualam yang turun dari langit dan menghantam langsung tepat di utara tubuhnya. Mungkin karena rasa lelah yang tak terbendung, atau kantuk yang menyelimuti seperti langit mendung. Hari itu terasa abu-abu bagi sang gadis kewarganegaraan Cina ini. Mulai dari menanti kesadaran Hans untuk kembali, menyiapkan sarapan yang pantas untuk si pria sakau, bahkan menjemur bantal dan selimut Hans yang basah kuyup akibat tragedi semalam.Yuhwa pikir ia akan segera kaya raya bilasaja pekerjaannya di rumah Hans mendapat upah yang sesuai. Sayang, dirinya hanyalah seseorang yang harus bekerja secara sukarela. Wajib dan harus. Keputusan yang mutlak kalau memang ia tidak ingin kembali mengancam nyawa di bawah kaki para sindikat perdagangan organ manusia."Astaga.. mereka ini selalu membuat masalah," keluh Manajer Kim selesai bicara melalui ponselnya.Omong-omong soal Manajer Kim, demi keamanan dan keselamatan nyawa Hans

  • Idol's Secret Housemate   7. The Riot

    Yuhwa sudah melewati malam itu dengan mata terbuka lebar. Entah pukul berapa tepatnya, tapi dari sorot lampu yang menelisik lewat tirai jendela, pasti di luar sana masih gelap dan belum ada sinar matahari sama sekali. Dengan udara dingin yang menyapa pundak menggigil, Yuhwa pun menyerah. Beranjak dari baringnya, membuka lemari pakaian di sudut kamar, dan mengambil sebuah jaket hitam dari sana. Terimakasih pada Manajer Kim, kini ia memiliki setumpuk pakaian di dalam lemari. Bahkan tak lupa dengan pakaian dalamnya. Hebat! Darimana Manajer Kim tahu soal ukuran dan sebagainya? Oh mari lupakan soal itu sejenak. Sebelum keluar dari kamar dengan niatan berjoggingdi ruang tamu yang luasnya mendekati ukuran lapangan voli itu, Yuhwa melemparkan pandangannya ke atas nakas, mempertimbangkan diri untuk membawa ponsel yang Hans berikan padanya tiga hari yang lalu. Ponsel bercita rasa kopi yang telah ia keringkan dengan pengering rambut selama

  • Idol's Secret Housemate   6. Barter

    Minggu pertama bulan Juni, tepatnya di tanggal lima. Mencondongkan tubuh dengan kaki rapat, Yuhwa memicing sipit sembari menilik kalendar meja yang berdiri tepat di bawah lukisan cat minyak bernuansa biru. Gadis itu mengusap dagu, mengerucutkan bibir ragu sebelum kembali memasukan untaian tali-temali di tangannya ke dalam saku. Kuno, jelek, dan murahan. Hans tidak akan menyukainya, menurut Yuhwa. Maka ia urungkan kembali niatnya untuk memberi hadiah kecil pada si pria yang tengah bertambah usia hari itu. Pandangannya kemudian berselancar, secepat angin berhembus dan jatuh pada pintu kayu oak yang tanpa suara berteriak 'tolong jangan ganggu aku', meminta Yuhwa untuk segera berlalu dan mengabaikan eksistensi seseorang di balik itu. Semenjak siaran langsung bersama para member MINE tadi, Hans berada dalam suasana hati yang buruk. Tak ada satu orangpun yang berani mengusik ketenangannya, terlebih Yuhwa. Bahkan pria itu belum keluar ruangan relaksas

  • Idol's Secret Housemate   5. MINE

    "Kalian itu terlalu sombong, sampai lupa ada banyak orang di luaran sana yang tidak mengenali kalian." Sementara dalam hati menyetujui, Yuhwa hanya dapat bungkam dan berdiri kaku menghadap ke arah kelima pria yang tengah menaruh atensi padanya. Dinilai dari sopan santun serta tutur kata yang terlontar, Yuhwa berpendapat bahwa seseorang yang pantas untuk menjadi pemimpin grup MINE adalah si pria berambut hitam yang baru saja hadir beberapa saat lalu. Yuhwa tidak paham mengenai aspek lain. Tapi baginya, Hans terlalu kasar dan arogan. Pria itu mengulurkan tangan, kembali mengembangkan senyum manisnya lalu berkata, "Aku Kang Taehee, anggota termuda MINE. Kau bisa menyebutku Taehee atau apapun senyamanmu." Tanpa buang waktu, Yuhwa pun menyambut uluran tangan ramah Taehee. Tak lupa dengan senyum termanis yang ia simpan sejak kedatangannya ke Korea. Menyimpan senyumnya lama-lama, tak rugi jika ia membagikannya pada pria selemah lembut Taehee.

  • Idol's Secret Housemate   4. (Girl)friend

    "Tunggu apa lagi? Cepat temui Kelly! Yuhwa biar aku yang urus," perintah Manajer Kim kepada Hans.Yuhwa tebak, pasti agensi menemui banyak kesulitan demi mempertahankan nama baik seorang Lee Hans. Buktinya, belum ada dua hari Yuhwa kemari, ia sudah bertemu dengan berbagai fakta buruk soal pria itu. Mulai dari narkoba, tingkah gilanya saat mabuk, dan kini bahkan perkara kisah cintanya dengan wanita. Entah, sudah berapa banyak wanita yang pria itu hamili. Hingga begitu mudahnya pula kata 'aborsi' meluncur dari bibir laknat itu.Hebat sekali orang-orang di luaran sana yang mengaku sebagai penggemar Hans. Apakah mereka tahu bahwa idolanya bertingkah bejat di balik kamera? Kalau itu Yuhwa, pasti sangat merasa terkhianati.Memang benar kata orang, bahwa pria tampan biasanya bersikap seenaknya.Lengan Yuhwa ditarik, karena kini tugasnya adalah bersembunyi. Tapi begitu sang gadis mulai mengekori langkah Manajer Kim, Hans berseru, "Sebentar! Aku puny

  • Idol's Secret Housemate   3. "High"

    Di antara derasnya rintik hujan di luar rumah, suara derak kuku yang berbenturan dengan permukaan meja menjadi satu-satunya pemecah keheningan di dalam ruangan kecil di bawah tangga. Obsidian hitam Yuhwa bergerak resah dari kiri ke kanan, memandangi ponsel di atas meja, atau pintu kamar yang menjadi batas amannya. Ia benar-benar resah, hingga pakaiannya yang sudah dikotori debu harus lebih kotor lagi setelah keringat dinginnya bercucuran tanpa jeda. Konyol! Berhasil lari dari sindikat penjual organ manusia, Yuhwa kini berakhir terkurung di dalam rumah seorang pengguna narkoba. LSD, ingatnya kembali. Yuhwa pernah mendengar obat terlarang jenis itu. Setidaknya, ia tahu bahwa LSD adalah sebuah cairan yang biasa orang sebut denganAcid. Yang umumnya diteteskan pada kertas kecil berbentuk menyerupai perangko, dan akan ditaruh di atas permukaan lidah untuk penggunaannya. Setahu Yuhwa juga, sang pengguna akan mengalami halusinasi berat yang tak j

  • Idol's Secret Housemate   2. New Sojourn, New Journey

    "Kau bisa tidur di sini untuk sementara waktu. Aku dan Hans jarang sekali berkunjung, mungkin hanya di akhir minggu atau dua sampai tiga kali sebulan jika grupnya sedang melakukan comeback," jelas manajer Kim sembari menunjukkan sebuah kamar sederhana di bawah tangga.Ruangan itu berinterior putih, dengan satu kasur ukuran medium serta sebuah meja kerja yang dilapisi oleh debu tipis. Yuhwa tebak, ruangan tersebut memang dibiarkan kosong untuk beberapa waktu kebelakang. Sang gadis mengambil langkah masuk, kemudian menyadari bahwa ruangan tersebut tidak terlalu gelap untuk ukuran ruangan kecil yang biasa berada di bawah tangga. Mungkin, karena tangga rumah mewah tersebut juga terbilang lebar dibandingkan tangga pada umumnya."Toilet ada di sana kalau kau perlu man–," menggantung bicara, manajer Kim terlihat menilik Yuhwa sembari mengangkat kedua alis. "Ohh, kau tidak ada pakaian ganti, ya?"Yuhwa berpaling canggung. Toh, tidak ada yang dapat di

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status