Share

Bangkit

Author: Cleo Petra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Enjoy Reading.

***

GELAP.

Tempat ini sangat gelap. Aku sudah membuka mataku selebar mungkin, tetapi tetap tidak mampu menemukan setitik cahaya pun di tempat ini. Apa aku buta? Aku berusaha menggerakkan jari tanganku yang terasa kaku. Aku meraba wajah dan menyentuh kedua mataku. Aku tidak buta, aku yakin itu. Aku bernapas dengan pelan dan mempertajam pendengaranku. Tidak salah lagi, itu suara hujan.

Aku ada di mana? Apa aku masih di tempat penculikan? Jantungku langsung berdetak lima kali lebih cepat saat berusaha mengingat apa yang baru saja aku alami. Aku takut bukan karena kegelapan ini, aku takut dengan rasa sakit, aku tidak mau di siksa lagi.

Tapi siapa? Kenapa aku tidak ingat siapa yang menyiksaku? Aku juga tidak ingat di siksa seperti apa, yang pasti aku masih ingat aku menjerit kesakitan dan para penjahat itu malah tertawa senang. Seolah penderitaanku adalah hiburan bagi mereka.

Iya mereka. Walau samar tapi aku yakin mereka lebih dari dua. Aku berusaha mengingat semuanya. Rasa pisau yang menyayat tubuhku, warna merah darah yang menyelimuti tubuhku. Dan aku ingat ada racun yang dimasukkan ke dalam mulutku. Aku ingat semuanya, tapi kenapa aku tidak mengingat siapa mereka?

Aku memejamkan mataku berusaha menenangkan diri dan menghapus bayangan mengerikan yang baru aku alami. Aku membuka mataku lagi, dan sekarang aku sadar bahwa aku harus segara pergi dari tempat ini, agar bisa memberi tahu Daniel bahwa aku selamat dan baik-baik saja.

Aku memeriksa seluruh tubuhku aneh tidak ada rasa perih dan tidak ada bekas luka sedikit pun. Tubuhku lumayan kaku dan sudah tidak terikat sama sekali, aku bahkan memakai baju rapi khas pakaian ke pesta.

Aku berusaha duduk. Tapi saat baru setengah duduk aku merasakan kepalaku membentur sesuatu yang keras. Aku meraba setiap permukaan yang menjadi tempatku berbaring. Samping, atas, bawah semua aku periksa. Lalu aku menyadari, aku berada di tempat yang paling di takuti oleh seluruh umat manusia.

PETI MATI.

Jadi aku dikubur hidup- hidup? Bagus, apa sekarang keluargku mengira aku sudah mati? Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi, aku akan keluar dari sini dan menemui mereka.

Tanganku meraba-raba lagi, kali ini bermaksud mencari celah agar bisa keluar dari tempat ini, semua tertutup rapat, tapi aku mulai bisa merasakan air merembes masuk dari bawah dan atas peti mati ini. Aku harus cepat keluar atau aku akan tenggelam, kalau hujan tidak segera berhenti. Awalnya aku ingin langsung menggali ke atas, tapi aku yakin dengan tubuh sekecil ini, tanah akan langsung ambruk menimpaku. Jadi, jalan paling aman adalah menggali dari arah samping.

Aku meraba kalung pemberian Uncle Pete yang berbentuk pisau kecil dari leherku. Syukurlah masih ada. Awalnya aku sangsi bisa mencongkel kayu bagian samping peti mati ini, tapi aku ingat Daniel pernah mengatakan bahwa aku tidak boleh gampang menyerah dan harus percaya pada kemampuan diri sendiri.

Dengan keyakinan itulah aku membalikkan tubuh ke posisi tengkurap dan mulai mencongkel agar peti mati itu terbuka.

Aku terus berusaha sampai keringat membasahi tubuhku, dan akhirnya apa yang aku lakukan tidak sia-sia. Aku berhasil membuka jalan untuk diriku sendiri. Aku mulai menggali cepat pada awalnya, tapi berubah pelan dan hati-hati, khawatir tanah bagian atas yang aku gali akan menimpaku. Aku tidak tahu berapa lama sudah menggali karena tanganku sudah mati rasa.

Aku tidak memperdulikan tubuhku yang sudah basah kuyup campuran antara tanah, air dan keringat.

Entah kenapa aku tidak merasa dingin, aku juga tidak merasa lemas, justru aku bisa merasakan tubuhku semakin segar setiap air menyentuh pori-pori tubuhku. Aku seperti mendapat suplemen penyemangat. Aku juga tidak perduli bagaimana bisa aku tidak kehabisan oksigen dan masih terus bisa bernapas lancar. Anehnya aku juga tidak merasa haus atau pun lapar, yang aku tahu hanyalah aku ingin keluar secepatnya dari tempat ini.

Entah berapa lama aku menggali aku tidak tahu, mungkin hanya beberapa menit, mungkin juga beberapa jam atau bahkan beberapa hari aku tidak perduli. Aku bahkan sempat tertidur dan saat bangun mulai menggali lagi.

Hingga akhirnya setitik cahaya menembus ke dalam dan membuatku menutup mata karena silau.

Setelah mataku terbiasa dengan cahaya itu, aku dengan semangat menggali lagi agar bisa mengluarkan tubuh kecilku dari lubang ini.

Aku tertawa pelan saat berhasil menarik tubuhku dari dalam tanah. Aku melihat ke sekeliling dan mendapati aku berada di tengah hutan yang sama sekali tidak aku kenali.

Aku tahu ini mungkin dini hari, tapi hujan dan sambaran kilat memberiku cahaya penerangan. Dan tatapanku terpaku pada batu nisan yang terukir namaku.

Sialan!!!

Aku masih hidup tahu, gerutuku dalam hati.

Aku berusaha mencabut paksa nisan dengan bentuk salib tersebut dan langsung melemparnya masuk ke dalam bekas lubang galianku tadi.

Aku berdiri di bawah guyuran hujan dan menarik napas panjang.

"AKU HIDUPPPPPPPP!" teriakku semangat dan tertawa sambil meloncat bahagia.

Aku harus segera pulang dan menyombongkan keberhasilanku pada Daniel karena sudah selamat dari penculikku. Aku yakin setelah ini Daniel dan Uncle Pete tidak akan lagi mengejek kelemahanku. Karena sekarang aku lebih kuat dan hebat dari mereka.

Tapi sebelum itu aku harus keluar dari hutan ini. Jadi ke mana aku harus melangkah?

***

Jika beberapa hari yang lalu aku percaya akan segera keluar dari hutan dan menemui saudaraku Daniel, maka sekarang aku sangsi bisa terbebas dari hutan ini. Karena aku sangat yakin bahwa saat ini aku sedang tersesat.

Aku bahkan mulai meragukan kewarasanku sendiri, karena sekarang aku bisa melihat aura. Itu bagus, buat orang lain, tapi bagiku saat ini hal itu sangat mengganggu. Kenapa?

Karena saat kamu sendirian di dalam hutan dan ada aura lain yang berseliweran di dekatmu, percayalah itu bukan hal menyenangkan untuk dijadikan hiburan.

Aku bukan penakut. Tapi, aku juga tidak ada niat memiliki teman seorang makhluk astral. Jadi aku berusaha keras mengabaikan mereka, apa lagi saat malam tiba, mereka seolah-olah berlomba-lomba keluar dari habitat masing- masing.

Aku duduk di atas batu besar di pinggiran sungai. Heran, sudah 5 hari aku di hutan ini. Tapi, aku tidak merasa lapar, haus atau pun mengantuk. walau begitu, aku tetap berusaha memakan apa pun yang bisa dimakan. Walau sebenarnya aku bisa memakan apa saja karena tubuhku anti racun, tapi aku tetap memakan makanan yang menurutku wajar dan menarik.

Ini sudah sore, dan aku memutuskan mandi, karena tubuhku terasa seperti di tempeli kotoran dan sangat lengket. Aku tidak melepas bajuku karena bajuku sama kotornya denganku, sedang untuk mencucinya, aku tidak tahu caranya.

Setelah berendam cukup lama aku berniat melanjutkan perjalananku menaklukkan hutan ini. lalu kesadaran menghantamku. Kenapa aku harus repot kembali ke hutan, jika aku bisa mengikuti arus sungai ini, aku yakin akan menemukan manusia atau penduduk di sepanjang sungai ini, aku hanya perlu bersabar dan mengikutinya.

Kakiku sudah lelah, bajuku compang- camping layaknya gelandangan. tapi mataku langsung berbinar saat melihat cahaya di kejauhan, rumah penduduk dan suara ombak. Ternyata aku berada di tepi pantai.

Aku kembali berjalan dengan semangat, tidak memperdulikan hujan yang mulai mengguyur, hingga hampir satu jam kemudian, aku sudah berada di sebuah pemukiman

Aku basah kuyup, tapi aku tidak berani mengetuk pintu rumah mereka, karena saat ini sudah hampir fajar. Akhirnya aku berjalan ke arah sebuah rumah yang terlihat

memiliki halaman yang sederhana tapi bersih, aku duduk di bangku kayu yang lumayan panjang sehingga aku bisa merebahkan tubuhku yang lelah. Tidak terasa beberapa menit kemudian aku sudah tertidur.

***

TBC

Related chapters

  • Identity ( Indonesia )   Empat M

    Enjoy Reading.***2 BULAN SEBELUMNYA."Aku membunuh Jojo, aku membunuh Jojo, aku membunuhnya." Pete terus meracau memandang tangannya yang berlumuran darah dan memandang Jhonathan yang tergeletak di hadapannya.Pauline memandang Pete dengan wajah malas."Dia sudah meninggal Nona," ucap anak buahnya setelah memeriksa Jhonathan."Bagus, Pete ayo pergi."Pete menggeleng panik. "Tidak, jangan tinggalkan Jojo sendiri, kita harus membawanya ke rumah sakit."Plakkk.Pauline menampar lalu menjambak rambut Pete hingga wajahnya tepat di hadapannya."Adikku sayang, tenangkan dirimu, kamu tidak membunuh Jhonathan, kamu membunuh orang yang menyakiti Jhonathan." Pauline mengelus wajah Pete sayang dan menanamkan sugestinya."Sekarang tidurlah, kamu pasti lelah."Pete mengangguk patuh dan langsung berada di bawah pengaruh hipnotis hingga sepersekian detik setelahnya dia sudah tertidur.Pauline memandang anak

  • Identity ( Indonesia )   Suara

    Enjoy Reading.***Aku terbangun saat mendengar suara Pak Ridwan yang akan mulai menerjang ombak bersama kapal demi mencari ikan. Saat ini masih dini hari, dan seperti bisa Emak sudah membantu menyiapkan beberapa keperluan Pak Ridwan.Saat ini aku berada di Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lebih tepatnya di Pantai Ngrenehan dengan penduduk yang 75% berprofesi sebagai nelayan.Mereka akan berangkat melaut sebelum fajar, dan akan kembali saat tengah hari. Lalu hasil tangkapan biasanya akan langsung dibawa ke TPI (Tempat pelelangan ikan). Ada yang langsung dijual ke penadah untuk dibawa ke luar kota,a juga yang dijual eceran atau pengunjung yang berdatangan. Selain itu ada yang dijual matang. seperti Emak Rina.Emak memiliki warung makan di bibir Pantai Ngrengehan, biasanya hasil tangkapan Pak Ridwan, terutama ikan bawal akan dijual di warung Emak. Sedang sisanya dibawa ke TPI. Karena menu andalan di s

  • Identity ( Indonesia )   Ups ....

    Enjoy Reading.***"Marco kamu bantu Emak cari Adek- adekmu ya, ini udah lewat makan siang, tapi adekmu masih main dan belum pulang."Aku mengangguk sambil mengikuti Emak ke arah pantai, tempat 4 M izin bermain tadi.Emak masih sibuk nanya nelayan di sekitar tentang keberadaan Marcell, Micell, Miko dan Millo saat aku merasa melihat mereka sejenak.Aku berjalan, dan memang benar itu 4 M. Tapi mereka tidak sendirian, ada 3 orang lain yang lebih besar. Sepertinya mereka seumuran denganku, dan aku mengenali salah satunya adalah anak dari Bos Kapal. Sedang dua lainnya teman sekelasnya.Kapal di sini memang sebagian besar adalah kapal sewaan, tapi ada juga nelayan yang memiliki kapal sendiri, dan syukurlah Bapak dan Emak salah satu yang memiliki kapal sendiri.Aku sering mendengar para nelayan mengeluh karena berpenghasilan rendah, kadang bahkan merugi karena hasil tangkapan tidak sesuai prediksi. Padahal mereka harus membayar sewa kapal da

  • Identity ( Indonesia )   Firasat

    Enjoy Reading.***"Marco."Aku mengernyit bingung, ini ngapain cecurut Eko dateng ke rumahku."Apaan?"Aku melihatnya berdiri gelisah dan meremas tangannya gugup. "Em ... bisa bicara berdua?"Aku melihat Marcel yang memandangku was- was.Aku tersenyum menenangkan."Mas keluar bentar ya Dek, jaga yang lain." Aku menepuk pundak Marcell dan keluar dari halaman menuju pohon dekat rumah."Ada apaan?""Em ... aku mau minta maaf."Alisku terangkat sebelah, habis keselek apa ini kodok, tiba- tiba datang minta maaf."Kata orang pinter, aku ada salah sama orang, makanya sudah seminggu ini aku sial terus. Katanya aku dikutuk dan harus minta maaf sama orang yang aku jahatin biar tidak sial lagi."Wowww dukun? Kutukan? Hahhaaa, aku pengen ketawa ngakak. Aku yang ngerjain dia kali. Malah di kira kutukan. Biarlah, aku diam saja, aku memandangnya dengan wajah datar yang s

  • Identity ( Indonesia )   Duka

    Enjoy Reading.***Takdir kehidupan. Siapa yang tahu. Semua boleh berharap. Semua boleh bermimpi. Tapi....Jika sang takdir sudah datang. Doa sekhusuk apa pun.Usaha sekeras apa pun.Tidak akan bisa menghalanginya.Takdir sudah berkata, dan aku harus bisa menerimaya.Walau itu pahit.mWalau itu sakit.Tiada pilihan yang diberikan, kami harus rela mengikhlaskannya.***Aku memandang rumah yang biasa ramai kini terlihat legang.10 hari yang lalu aku masih bercengkerama denganBapak, bercanda, belajar dan berebut remote saat menonton tv.Sekarang rumah ini hanya berisi duka. Emak mengurung diri di kamar, Marcell dan Miscell hanya terdiam sedih, sedang Miko dan Millo masih terlalu kecil untuk paham dengan apa yang terjadi.10 har

  • Identity ( Indonesia )   Sunat

    Enjoy Reading.***3 BULAN KEMUDIAN."Marcel, Misel, Miko, Millo, Bangunnnnnn."Aku melihat Adik- adikku masih menggeliat malas. "Bentar lagi Mas," rengek Marcel."5 menit saja." Misel menguap lebar. Sedang Miko dan Millo tidak berkutik sama sekali.Baiklah. Cara A tidak berhasil, sekarang gunakan cara B. Aku mengambil sandal jepitku yang ber- merk swallow dan memukulnya di atas meja berkali- kali dengan keras.Plakk! Plaakkk!"Bangunnnn woyy bangun, bangunnn. Gempa, gempaaa."Misell, Miko dan Millo langsung gelagapan dan meloncat dari ranjang, sedang Marcell malah mengambil bantal dan menutup telinganya, dasar bocah bandel."Marcel, aku hitung sampai 3, kalau tidak bangun, aku siram nih."Marcel mengintip sebentar lalu bergumam tentang aku yang tidak membawa ember, dan lagi- lagi menyungsupkan wajahnya ke balik bantal."Marcel 1, 2, 3. Oke, itu pilihanmu." Aku menarik bantal yang

  • Identity ( Indonesia )   Pindah

    Enjoy Reading.***Aku seorang Pangeran Cavendish. Aku seorang Abdul Rachim, dan di sinilah aku, berada di tempat yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.Aku sudah biasa jadi pusat perhatian, aku sudah biasa dipamerkan. Tapi lihatlah sekarang, aku di arak keliling kampung menggunakan Kerbau. Iyups Kerbau, binatang besar, hitam dan bau.Aku menunduk menyembunyikan wajahku yang memerah karena malu. Ini semua perbuatan si kodok ngorek itu. Apanya yang tidak dibayarin? Apanya yang bukan belas kasihan. Ini lebih parah dari itu, ini pembully-an.Kita memang sunat bersama, kita merayakan juga bersama. Tapi dia di sunat dengan laser, aku di sunat manual.Dia di arak dengan kuda dan iringan Reog Ponerogo, aku di arak dengan kerbau dan beberapa kambing yang sudah dihias. Ini penistaan. Dan aku pasti akan membalasnya.Jika mutilasi di khalalkan, aku pasti sudah memutilasinya. Kalau perlu dagingnya aku jadikan tumpeng selamatan khitana

  • Identity ( Indonesia )   Pertemuan

    Enjoy Reading.***Jakarta, Ibu Kota Indonesia. Tempat ribuan orang menggantungkan nasibnya, tempat orang menggapai cita- citanya sekaligus tempat orang kehilangan harapannya.Jakarta, di sinilah aku tinggal sekarang, bersama dengan ke- empat adikku dan Emak. 6 orang dalam satu kontrakan dengan 3 ruangan, satu ruang untuk tidur, satu ruang untuk dapur dan satu lagi kamar mandi.Sempit, memang sempit, tapi hanya segitu rumah kontrakan yang mampu dibayar Emak. Yaitu 600 ribu sebulan, tidak termasuk listrik dan pam. Jadi, satu bulan Emak bisa mengeluarkan 800-1 juta rupiah setiap bulan untuk tempat tinggal.Emak bekerja sebagi asisten rumah tangga di apartemen- apartemen elite tidak jauh dari lokasi kontrakan kami. Beliau bebersih, tapi kadang nyuci dan nyetrika juga. Tergantung permintaan pemilik apartemen.Saat ini Emak menangani 4 apartemen, jadi Emak biasa berangkat pukul 4 pagi sampai jam 2 sore. Kadang kalau sedang banyak kerjaan, bisa sa

Latest chapter

  • Identity ( Indonesia )   See You Ya Bro

    Enjoy Reading.***Aku memandang kamera cctv di depanku dengan jengkel, sudah 3 Tahun berlalu, dan aku belum bisa masuk ke Cavendish. Uncle Paul benar- benar menjaga kerajaan itu dengan ketat.Aku kangen sama Mom dan Daddy, dan aku bahkan belum melihat makam Kakek, orang yang paling menyayangiku selama ini.Aku memandang ke atas, di mana kerajaan Cavendish berada. Ya, secara resmi aku belum bisa memasuki kerajaan itu, tapi secara ilegal aku sudah di sini dari 2 Tahun yang lalu. Tentu saja sebagai Red 01. Aku membangun ruang bawah tanah di mana bekas laboratorium milik Kakek dulu pernah diberikan padaku.Sesuai dugaanku, laboratorium ini terbengkalai tidak di gunakan lagi. Karena memang Mommy-ku tidak mengetahui keberadaannya. Dan Kakek hanya mewariskannya padaku.Aku melihat ruangan yang masih banyak kosong itu, aku sudah 2 Tahun mengotak- atik penelitian dan belajar otodidak tentang dunia farmasi, tapi semua masih gagal. Ada sih yang berhasil, ta

  • Identity ( Indonesia )   01 VS 50

    Enjoy Reading.***Aku membuka mataku dan seperti biasa, wajah dingin Daniel sudah menyambutku, bosku itu kenapa jadi macam kulkas begitu, perasaan dulu waktu kecil manis banget deh."Marco!""Hmm." Karena malas melihat Daniel mode introgasi aku memilih memejamkan mataku, jangan sampai kena hipnotisnya, kan bahaya."Jangan pura- pura tidur.""Nggak bos, tapi aku emang masih ngantuk," jawabku masih dengan memejamkan mata.Aku mendengar Daniel menggeser duduknya lebih "Kenapa kamu nyuri data pribadiku dan menyusul ke Bali?""Karena ada yang janggal dengan misimu." "Bagaimana kamu tahu kalau ada yang janggal." "Tahu saja, sudah nggak usah di bahas, yang penting kan bos selamat.""Tapi kamu hampir nggak selamat." Aku membuka mataku dan melihat Daniel memandangku sendu."Bos khawatir padaku?" "Hmm.""Beneran?" Aku langsung duduk tegak dan meringis saat merasakan nyeri di punggungku."Bodoh, kenap

  • Identity ( Indonesia )   Ini Sakit

    Enjoy Reading.***Aku sedang melakukan pemanasan di ruang latihan khusus yang disediakan di rumah milik Daniel.Sudah seminggu sejak aku melihat Daniel bersama Joe, dan setelahnya aku tidak bisa menemuinya lagi. Padahal aku masih kangen padanya, berharap mengobrol sedikit atau sekadar menyapa saja, tapi saying, sepertinya Daniel sudah dimonopoli oleh Joe, makanya dia tidak pulang. Dia bahkan mengabaikan latihan."Pukul yang benar, seperti ini," ucap si codet dan mempraktikkan pukulan dan tendangannya ke arah samsak, ekspresinya terlihat kesal saat melihatku latihan dengan setengah hati."Kamu harus latihan keras agar tidak mengecewakan Tuan Jack, aku tidak mau dianggap tidak becus melatihmu."Aku mendesah dan mengambil ancang- ancang, tapi baru aku akan mempraktikkan apa yang diajarkan si codet, saat itulah Daniel masuk dan lagi- lagi dengan Joe."Sudah cukup pemanasannya."Si codet mengangguk dan langsung menyingkir dar

  • Identity ( Indonesia )   Berubah

    Enjoy Reading.***Aku memandang Daniel bingung, kenapa dia menatapku seolah aku ini orang asing?"Kamu ngomong apaan sih?" tanyaku heran saat dia akan beranjak pergi, seolah keberadaanku tidaklah penting sama sekali.Daniel berbalik lagi dan menatapku datar. "Sepertinya lukanya lumayan parah, makanya dia jadi bodoh. Jelaskan padanya siapa aku dan posisinya sekarang, aku harus pergi menjemput Joe."Joe? Aku Jhonathan adikmu. Masa nggak kenal sih?Lagipula sejak kapan Jojo jadi Joe?Aku menoleh pada satu orang lagi yang ada di ruangan ini, dia berwajah seram dengan bekas luka di wajahnya, cocok banget jadi mafia."Daniel tunggu," panggilku kesal, dia benar- benar mengacuhkanku. Heran deh, nggak kangen apa sama aku?Aku melihat tubuhnya menegang sebentar lalu memandangku dengan raut sedikit terkejut."Dari mana kamu tahu namaku? Aku ingat aku tidak menyebut nama Daniel di hadapanmu."Hell, kok dia semakin aneh, ya

  • Identity ( Indonesia )   Pertemuan Tak Terduga

    Enjoy Reading***Jakarta, Ibu Kota Indonesia. Tempat ribuan orang menggantungkan nasibnya, tempat orang menggapai cita- citanya sekaligus tempat orang kehilangan harapannya.Jakarta, di sinilah aku tinggal sekarang, bersama dengan ke- empat adikku dan Emak. 6 orang dalam satu kontrakan dengan 3 ruangan, satu ruang untuk tidur, satu ruang untuk dapur dan satu lagi kamar mandi.Sempit, memang sempit, tapi hanya segitu rumah kontrakan yang mampu dibayar Emak. Yaitu 600 ribu sebulan, tidak termasuk listrik dan pam. Jadi, satu bulan Emak bisa mengeluarkan 800-1 juta rupiah setiap bulan untuk tempat tinggal.Emak bekerja sebagi asisten rumah tangga di apartemen- apartemen elite tidak jauh dari lokasi kontrakan kami. Beliau bebersih, tapi kadang nyuci dan nyetrika juga. Tergantung permintaan pemilik apartemen.Saat ini Emak menangani 4 apartemen, jadi Emak biasa berangkat pukul 4 pagi sampai jam 2 sore. Kadang kalau sedang banyak kerjaan, bisa sam

  • Identity ( Indonesia )   Pertemuan

    Enjoy Reading.***Jakarta, Ibu Kota Indonesia. Tempat ribuan orang menggantungkan nasibnya, tempat orang menggapai cita- citanya sekaligus tempat orang kehilangan harapannya.Jakarta, di sinilah aku tinggal sekarang, bersama dengan ke- empat adikku dan Emak. 6 orang dalam satu kontrakan dengan 3 ruangan, satu ruang untuk tidur, satu ruang untuk dapur dan satu lagi kamar mandi.Sempit, memang sempit, tapi hanya segitu rumah kontrakan yang mampu dibayar Emak. Yaitu 600 ribu sebulan, tidak termasuk listrik dan pam. Jadi, satu bulan Emak bisa mengeluarkan 800-1 juta rupiah setiap bulan untuk tempat tinggal.Emak bekerja sebagi asisten rumah tangga di apartemen- apartemen elite tidak jauh dari lokasi kontrakan kami. Beliau bebersih, tapi kadang nyuci dan nyetrika juga. Tergantung permintaan pemilik apartemen.Saat ini Emak menangani 4 apartemen, jadi Emak biasa berangkat pukul 4 pagi sampai jam 2 sore. Kadang kalau sedang banyak kerjaan, bisa sa

  • Identity ( Indonesia )   Pindah

    Enjoy Reading.***Aku seorang Pangeran Cavendish. Aku seorang Abdul Rachim, dan di sinilah aku, berada di tempat yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.Aku sudah biasa jadi pusat perhatian, aku sudah biasa dipamerkan. Tapi lihatlah sekarang, aku di arak keliling kampung menggunakan Kerbau. Iyups Kerbau, binatang besar, hitam dan bau.Aku menunduk menyembunyikan wajahku yang memerah karena malu. Ini semua perbuatan si kodok ngorek itu. Apanya yang tidak dibayarin? Apanya yang bukan belas kasihan. Ini lebih parah dari itu, ini pembully-an.Kita memang sunat bersama, kita merayakan juga bersama. Tapi dia di sunat dengan laser, aku di sunat manual.Dia di arak dengan kuda dan iringan Reog Ponerogo, aku di arak dengan kerbau dan beberapa kambing yang sudah dihias. Ini penistaan. Dan aku pasti akan membalasnya.Jika mutilasi di khalalkan, aku pasti sudah memutilasinya. Kalau perlu dagingnya aku jadikan tumpeng selamatan khitana

  • Identity ( Indonesia )   Sunat

    Enjoy Reading.***3 BULAN KEMUDIAN."Marcel, Misel, Miko, Millo, Bangunnnnnn."Aku melihat Adik- adikku masih menggeliat malas. "Bentar lagi Mas," rengek Marcel."5 menit saja." Misel menguap lebar. Sedang Miko dan Millo tidak berkutik sama sekali.Baiklah. Cara A tidak berhasil, sekarang gunakan cara B. Aku mengambil sandal jepitku yang ber- merk swallow dan memukulnya di atas meja berkali- kali dengan keras.Plakk! Plaakkk!"Bangunnnn woyy bangun, bangunnn. Gempa, gempaaa."Misell, Miko dan Millo langsung gelagapan dan meloncat dari ranjang, sedang Marcell malah mengambil bantal dan menutup telinganya, dasar bocah bandel."Marcel, aku hitung sampai 3, kalau tidak bangun, aku siram nih."Marcel mengintip sebentar lalu bergumam tentang aku yang tidak membawa ember, dan lagi- lagi menyungsupkan wajahnya ke balik bantal."Marcel 1, 2, 3. Oke, itu pilihanmu." Aku menarik bantal yang

  • Identity ( Indonesia )   Duka

    Enjoy Reading.***Takdir kehidupan. Siapa yang tahu. Semua boleh berharap. Semua boleh bermimpi. Tapi....Jika sang takdir sudah datang. Doa sekhusuk apa pun.Usaha sekeras apa pun.Tidak akan bisa menghalanginya.Takdir sudah berkata, dan aku harus bisa menerimaya.Walau itu pahit.mWalau itu sakit.Tiada pilihan yang diberikan, kami harus rela mengikhlaskannya.***Aku memandang rumah yang biasa ramai kini terlihat legang.10 hari yang lalu aku masih bercengkerama denganBapak, bercanda, belajar dan berebut remote saat menonton tv.Sekarang rumah ini hanya berisi duka. Emak mengurung diri di kamar, Marcell dan Miscell hanya terdiam sedih, sedang Miko dan Millo masih terlalu kecil untuk paham dengan apa yang terjadi.10 har

DMCA.com Protection Status