*** Brakkk !!! Pria tampan yang mengenakan pakaian hitam-hitam itu mengebrak meja dengan keras. Fania ... kita lihat sampai kapan keberuntungan akan ada dipihakmu! "Siapa yang menolongnya?" tanya pria tampan itu terlihat marah. "Ridel, bos." Prangg !!! Prangg !!! Pria itu melemparkan barang apa saja yang berada disisinya, sehingga membuat anak buahnya semakin ketakutan. “Kau ke sini!” perintah pria tampan itu kepada seorang gadis yang merupakan anak buahnya. Dengan gemetar gadis itu mendekat. Belum sempat bertanya, pria tampan itu sudah menarik kasar rambutnya dan merobek pakaian yang dikenakan sang gadis. “Sesuai perrintah kakakku, tangkap Fania dan perlakukan dia seperti ini!” geram pria tampan itu marah. Tangannya tidak berhenti sampai di situ, dia menggenggam bukit kembar gadis itu dan meremasnnya dengan ganas. Auw ... Gadia itu merintih kesakitan, “Bos, sakit.” “Buat dia menjerit seperti ini!” “Bos, sakit,” rintih gadis itu tapi takut untuk melawan.
Sang kakak menggunakan keahlian medisnya dalam mengobati seorang pria tua. Sebagai tanda terima kasihnya, pria tua itu mengabulkan permintaan dokter Albert. Itulah awal ke duanya mengganti identitas dan dibesarkan oleh seorang kakek kaya raya yang hidupnya diselamatkan oleh dokter Albert. Bukkk !!! Prangg !!! Kepalan tangan lelaki yang sedang marah itu mendarat tepat dilayar komputer yang ada di atas meja kerjanya. Ridel … siapa kau sebenarnya? Kenapa selalu kau yang menyelamatkan wanita brengsek itu? ***** Keesokkan harinya di Perusahaan RnB … Bukkk !!! Bukkk !!! Ridel jatuh terjerembab ke lantai perusahaan, ketika Alex Smith memukulnya secara bertubi-tubi, tapi Ridel sama sekali tidak membalas ataupun menghindar. Alex Smit menarik krah kemeja Ridel dan dengan amarah yang tidak bisa dikendalikan lagi, dia berteriak emosi, "Kamu gila, Ridel! Benar-benar gila! Sumpah ... Aku tidak tahu jalan pikiranmu, apa kamu sama sekali tidak memikirkan orangtuamu?" Ridel terdia
Ridel tak berkutik mendengar ancaman terakhir dari sang sahabat. Bagaimana ini? Kalau sampai Fania tahu, bukankah itu akan lebih sulit lagi? Bisa-bisa Fania melarikan diri dan menjauh dariku. Sedangkan aku? Aku tak bisa hidup tanpanya. Setelah berpikir panjang, akhirnya Ridel menyerah. Dia setuju Alex Smith ikut membantunya. "Tambah anak buah untuk mengawasi Fania! Berikan mobil dinas kepadanya dan aku adalah office boy merangkap supir pribadi untuknya!" ujar Ridel memberi perintah seenaknya. "Astaga, Ridel. Kalau sampai karyawan lainnya tahu, bukankah itu akan berdampak negatif pada karir Fania?" Alex Smith menatap Alex dengan kesal. "Aku lebih mengkhawatirkan keselamatan Fania, dari pada pandangan orang lain. Jadi urusan karyawan lainnya itu akan menjadi tugas kamu, agar sopir pribadi itu tidak sampai kepada ayahku, kau paham kan maksudku?" ujar Ridel sebelum meninggalkan ruangan. "Ridel sialan!" umpat Alex Smith kesal. Alex Smith melangkah memasuki lift kemudian menekan
*** Setelah puas mengutak-atik komputer, Ridel berdiri dan meregangkan sendi dan otot lehernya yang terasa kaku. Kemudian merangsek ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia membaringkan tubuhnya di tempat tidur dengan mata terpejam. Memikirkan cara untuk meyakinkan orangtuanya, jika suatu saat kebenaran berbicara. Lamunannya buyar, ketika ponsel jadulnya berbunyi. "Kenapa?" tanya Ridel dengan suara malas. "Cepat ke rumah kontrakan, Fania berada dalam bahaya!" Ridel tercengang, dia menatap sejenak ponselnya yang sambungannya sudah terputus. Dia langsung saja menyambar kunci motor dari nakas dan berlari keluar kamar, menuju lantai satu dengan panik. "Kau terlihat panik? Apa terjadi sesuatu, Ridel?" tanya sang ayah kebingungan. "Temanku masuk rumah sakit dan butuh pengobatan secepatnya. Namun, pihak rumah sakit mempersulitnya. Aku pergi dulu, Yah. Aku akan bertemu Alex di rumah sakit," bohong Ridel dan langsung berlari meninggalkan rumah. Bernard Liu dan sang istri
Tak mau salah mengambil keputusan dan membuat sang bos tambah murka, akhirnya mereka memilih melaporkan tentang menghilangnya Raditya. Pranggg !!! Pranggg !!! Dokter Albert marah besar mendengar laporan sang adik, kalau rencana mereka gagal total. Di rumah sakit. Fania langsung ditangani oleh dokter dibawah pengawasan Ridel. Ketakutannya berganti kelegaan, ketika Fania tidak mengalami luka serius. "Bagaimana kondisi Fania?" tanya Alex Smith ketika tiba di ruang perawatan. "Bagaimana? Apa kalian berhasil menangkap salah satu dari mereka?" tanya Ridel dengan geram. Dia tidak menggubris pertanyaan Alex. "Mereka sangat lihai dalam hal melarikan diri. Namun, sesuai perintah mu. Disaat semua sibuk berkelahi dan mengincar mu, maka kami menarik salah seorang dari mereka yang tidak sadarkan diri," ujar Alex Smith. "Bawa dia ke sini sekarang juga, sebelum Fania sadar dari pengaruh obat tidur." Alex Smith langsung saja menelepon. Tak butuh waktu lama, seorang perawat mema
*** Keesokan harinya. Fania membuka mata, menatap sekelilingnya. Dia hanya menemukan Ridel yang tertelungkup di samping kasur tempatnya terbaring. Kewaspadaan Ridel, membuatnya langsung menyadari adanya pergerakan dari Fania. Namun, ketakutannya berubah menjadi kebahagiaan ketika melihat Fania membuka mata dan tersenyum lirih kearahnya. "Bagaimana keadaanmu? Apakah masih sakit? Haruskah ku panggilkan dokter?" Ridel langsung menyerbu Fania dengan berbagai pertanyaan. "Apa kau yang menolong ku kemarin? Tapi bagaimana kau mengalahkan banyak orang yang jelas-jelas sangat ahli dalam beladiri?" tanya Fania curiga. "Saat melewati kontrakan mu, aku melihat adanya ketidak beresan. Jadi aku langsung menghubungi teman-teman ojek online ku dulu. Mereka langsung saja beramai-ramai datang ke kontrakan mu. Mungkin karena terkejut banyaknya motor-motor, mereka langsung kabur semua meninggalkan kau yang terbaring tanpa daya di lantai," jawab Ridel berbohong. Sama seperti sebelumnya,
"Bukankah itu Nadia?!" Ridel mematung, kekasih yang sudah dua tahun bersamanya tengah bersama laki-laki lain! Parahnya, ia melihat mereka tengah berada di butik gaun pengantin yang mewah! "Mau apa mereka di sana?!" Hari ini, Ridel berniat untuk melamar Nadia. Baginya, dua tahun cukup untuk mengenal Nadia dan sekarang dia yakin ingin menikahinya. Namun sayang, kini ia melihat pacarnya itu sedang bersama pria lain yang berpakaian mewah! "Heh gembel! Mau apa kamu masuk ke toko ini!" Dua orang petugas keamanan menghadang Ridel yang merangsek masuk untuk bertemu dengan Nadia. "Pak, biarkan aku masuk! Aku ingin bertemu dengan pacarku!" Mata salah satu petugas keamanan itu mendelik. "Pacar katamu?! Mana mungkin pacar seorang gembel sepertimu bisa masuk ke toko mewah ini!" Lalu, dengan gerakan kasar, petugas keamanan itu mendorong Ridel hingga terjatuh. Cincin yang Ridel beli sebagai kejutan pun jatuh dan membuat tempatnya yang terbuat dari kayu terbelah menjadi dua. "Brengsek! Kau
Bukannya melepaskan Ridel, satpam itu justru menertawakan lelaki yang baru saja datang. "Apa? Kau memanggil pria ini tuan muda? Hahaha!" ujar Satpam menatap rekan kerjanya sambil tertawa. Detik berikut wajahnya berpaling menatap lelaki asing itu, "Bangun woy ... ini bukan negeri dongeng yang akan mengubah seorang lelaki miskin sepertinya, menjadi tuan muda dalam hitungan detik!" sambung satpam itu dan langsung mendorong Ridel ke trotoar jalan. “Pergi kalian dari sini!” Lelaki misterius itu menatap kedua satpam itu dengan penuh amarah, “Berlututlah dan minta maaf kepada Tuan Muda kami sekarang juga! Kalau tidak ... aku akan membuat kalian kehilangan pekerjaan hanya dalam hitungan detik! Paham?”. Jangankan berlutut, meminta maaf pun tak dilakukan kedua satpam itu. Justru sebaliknya, mereka tambah meremehkan. “Oh ... aku takut, Tuan Muda. Hamba mohon, maafkan sikap lancang hamba.” Gelak tawa keduanya semakin jelas terdengar. Lelaki misterius yang kesal langsung merogoh ponsel da