"Nyonya ...."Setelah berjalan keluar dari kamar di lantai dua, setiap pelayan yang berpapasan dengannya selalu memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Tanpa perlu ditanyakan pun, Meghan tahu siapa yang mengatur hal ini. Namun, tidak mungkin Meghan memarahi para pelayan ini.Meghan berdiri di dapur sambil membayangkan telur yang berada di penggorengannya itu adalah Danzel."Dasar orang gila.""Kenapa? Kamu kecewa karena aku hanya memelukmu tidur semalam?"Tiba-tiba, terdengar sebuah suara dari belakangnya, membuat Meghan terkejut dan hampir saja menjatuhkan penggorengan tersebut."Hei, jangan tiba-tiba berdiri di belakang orang, dong!" Meghan berbalik menatap Danzel dengan kesal.Pada awalnya, kedua belah pihak menyetujui perceraian ini. Namun, orang yang memberikan usulan ini malah tiba-tiba tidak mau menandatangani surat perceraian dan bahkan bersikap aneh."Kalau begitu, aku mau bertanya pada Nyonya Lewis. Lebih buruk mana, berdiri di belakang orang atau membicarakan keburukan oran
Setelah melarikan diri, Meghan kembali ke kamar tamu dan duduk di atas tempat tidur yang baru disusun, dengan napas terengah-engah. Setelah beberapa saat, seolah-olah tiba-tiba teringat sesuatu, dia berlari masuk ke kamar mandi.Meghan melepas pakaian rumahnya dan menghidupkan pancuran air. Hanya dengan memikirkan bahwa dia dipeluk oleh pria itu semalaman membuatnya merasa tidak nyaman. Ditambah lagi dengan dagu yang baru saja dicengkeram oleh pria itu.Belasan menit kemudian, Meghan keluar dari kamar mandi dengan dagunya yang merah. Ini cukup menunjukkan betapa dia membenci sentuhan pria itu.Untung saja, mandi bisa membantu meredakan emosinya. Sambil mengambil beberapa barang dari koper dan merapikannya, Meghan mengambil ponselnya dan menelepon Wesley.Meskipun merasa enggan, jika Meghan harus tinggal selama tiga bulan lagi, dia harus membereskan beberapa hal. Di sisi lain, suara Wesley telah terdengar dari ujung telepon."Bos, ada instruksi apa?""Sebelumnya ada kompetisi piano inte
Meghan memutar bola matanya karena tidak bisa bersabar menghadapi pertanyaan Danzel yang bertubi-tubi. Sepertinya pria ini kurang waras, ya? Sayangnya, Meghan tidak punya empati sebesar itu sampai harus meladeni orang ini ketika penyakit gilanya kambuh."Ternyata Tuan Danzel suka mendengar cerita ya. Sayangnya aku mengantuk dan tidak punya suasana hati untuk bercerita."Tanpa menunggu Danzel membalas perkataannya, Meghan langsung memberikan sebuah senyuman palsu. Kemudian, dia menurunkan kursinya dan langsung berbaring.Situasi ini membuat Danzel kesal. Dia tidak pernah berinisiatif ingin mendengar cerita orang lain, apalagi ditolak setelah mengajak seseorang mengobrol.Melihat Meghan memejamkan mata, bulu matanya yang lentik sedikit bergetar. Pemandangan ini membuat hati Danzel tergerak. Baru saja Danzel ingin melanjutkan pembicaraan, tiba-tiba ponselnya berdering.Danzel mengernyitkan kening dan mengambil ponselnya. Setelah melihat nama yang tertera di layar, dia melirik wajah Meghan
Mungkin, hal yang tak pernah didapatkan adalah yang paling menarik.Danzel mengatupkan bibirnya, lalu mengulurkan jari dan menyentuh sisi wajah Meghan dengan lembut. Rasa hangat ini adalah perasaan yang paling disukainya.Sejak kali terakhir, ketika dia melihat bekas luka di pinggang Meghan di rumah sakit, hidupnya telah menjadi kacau. Dia sengaja melakukan penyelidikan tentang perbedaan antara luka bakar dan luka siraman air panas. Bukan karena dia tidak percaya pada Meghan, tetapi karena kebenaran itu begitu penting.Mungkin karena tidur yang tidak nyaman, Meghan mengerutkan kening dan meraih tangan yang menyentuhnya. Sentuhan ini membuat mata Danzel tiba-tiba menjadi gelap. Dia memicingkan mata dengan lembut dan menyembunyikan emosinya dengan sangat dalam.Sejak wanita ini menandatangani perjanjian perceraian, dia benar-benar berubah. Sepenuhnya berubah."Berapa banyak hal yang masih kamu sembunyikan dariku?"Danzel perlahan melepaskan tangan dari genggaman Meghan, lalu merapikan ra
Meghan menoleh dengan perlahan, melihat dagu Danzel yang tegas itu sedang menyunggingkan sebuah senyuman tipis. Selain itu, sepertinya ada sebuah jejak lembap di kemeja pria ini ....Mengingat posisi tidurnya tadi yang bersandar di bahu Danzel, ingin sekali rasanya Meghan melompat dari pesawat sekarang juga."Kenapa? Tidurmu kurang nyenyak? Sepertinya tidak begitu ...," ujar Danzel dengan nada yang agak mengejek. Sebelum Danzel menyelesaikan ucapannya, Meghan sudah beranjak dari tempat duduknya hendak kabur.Namun, kecepatan langkahnya tidak bisa menandingi kecepatan tangan Danzel. Tangannya dengan kuat menahan pergelangan tangan Meghan."Selain melarikan diri, kamu masih punya cara lain nggak?""Bukan urusanmu! Apa kamu nggak pernah dengar ungkapan 'kualitas lebih penting dari kuantitas'? Nggak perlu banyak cara, yang penting caranya efektif saja!" ujar Meghan sambil menatap Danzel dengan menggertakkan giginya.Meghan berusaha mengibas lengannya, mencoba melepaskan diri dari genggaman
Keesokan harinya, di lokasi kompetisi piano. Monica sedang melakukan persiapan di belakang panggung. Lebih tepatnya, dia sedang menikmati perhatian dari para pria yang mendekatinya.Dengan penampilan dan latar belakang Monica, sulit untuk tidak menjadi pusat perhatian para pria. Meskipun dia tidak menyukai para pria itu, tetap saja Monica menikmati perasaan dikelilingi oleh pria-pria ini.Setelah selesai berdandan, Monica melihat sebuah sosok yang tidak asing dari sudut matanya. Dia langsung menyingkirkan pria di sisinya dan berjalan dengan langkah mantap sambil berkata, "Kak Danzel, kamu benar-benar datang."Menurut sepengetahuan Monica, Danzel sangat jarang menghadiri acara seperti ini. Jelas sekali, kali ini pria itu datang demi dirinya. Memikirkan hal ini, Monica menjadi kegirangan. Hal ini tidak hanya menandakan bahwa dia menempati posisi yang istimewa di hati Danzel. Dengan kehadiran pria ini, Monica juga sangat yakin bahwa dia pasti akan menang dalam kompetisi kali ini.Kompetis
Monica melihat Meghan sedang duduk di tengah-tengah kursi juri dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Sementara itu, Danzel yang duduk di kursi tamu undangan, sama terkejutnya dengan Monica.Dalam tiga tahun pernikahan mereka, Danzel sama sekali tidak ingat Meghan pernah berlatih piano."Selanjutnya, mari kita sambut peserta berikutnya, Monica Oswald."Mendengar perkataan pembawa acara, Monica merasa gemetar di hatinya. Sambil menggertakkan giginya, Monica melihat tatapan Meghan yang seolah-olah sedang berkobar. Atas dasar apa wanita ini bisa lebih hebat darinya!Namun, karena melihat Danzel duduk di kursi tamu undangan, Monica berusaha berjalan ke panggung utama dengan tegar. Dia harus mendapatkan perhatian Danzel kali ini.Mendengar tepuk tangan dari penonton, senyum Monica terasa kaku. Bahkan, wajahnya terlihat lebih mirip dengan menangis daripada tersenyum. Melihat adegan ini, Meghan yang duduk di kursi juri langsung tertawa terbahak-bahak.Entah mengapa, sepanjang permainan pianon
Gadis yang menolongnya saat itu adalah ... Meghan? Kalau begitu, bukankah selama ini dia membalas budi pada orang yang salah?Setelah mengakhiri panggilan itu, Danzel kembali ke lokasi acara dengan perasaan yang rumit. Bertepatan dengan selesainya sebuah lagu dimainkan, ujung jari Meghan meluncur dari tuts piano. Meskipun awalnya dia tidak ingin naik panggung, Meghan sangat menikmati setiap detik yang dia habiskan dengan bermain musik.Mendengar tepuk tangan yang riuh di bawah panggung, Meghan tersenyum dan membungkuk 90 derajat ke arah penonton. Begitu melihat Danzel yang duduk di kursi tamu, senyum Meghan langsung berubah. Dia mengangkat alisnya menatap Danzel, seakan sedang menantang pria itu."Sekarang, mari kita kembalikan panggung ini kepada para peserta," kata Meghan. Melihat pembawa acara yang mengangguk setuju, Meghan tersenyum tipis dan berjalan turun dari sana tanpa menghiraukan Monica.Dua jam kemudian, hasil kompetisi diumumkan dan Monica kalah. Sebenarnya, kekalahan ini a