Setelah kata-kata itu dilontarkan, baik Meghan maupun Austin terdiam beberapa saat. Austin sedang menunggu jawaban Meghan, sementara Meghan tengah memikirkan masalah lain.Mengapa Austin bicara dengan begitu yakin? Informasi apa yang didapatkannya? Mungkinkah dia mengetahui kelemahan orang tertentu? Konyol jika mengatakan bahwa Meghan memercayai Austin. Namun, harus diakui kata-kata pria itu membangkitkan minatnya.Teringat ancaman Leona barusan, Meghan tak kuasa menahan geli. Penguasaan diri Leona terlalu dangkal, tutur kata dan tingkahnya terlalu meledak-ledak. Namun, ada satu hal yang ditangkap Meghan, Grup Oswald juga terlibat dalam masalah Austin. Jika tidak, kedua orang itu tidak akan berusaha keras mengatur agar Leona menjadi pemegang saham Grup Oswald.Meghan mengetuk sandaran tangan kursi dengan jari-jarinya yang ramping. Setelah mempertimbangkannya sebentar, dia berkata, "Kalau begitu, aku berterima kasih atas bantuan Tuan Austin."Mendengar ini, Austin menghela napas lega da
"Kenapa? Tuan Austin nggak bisa menjawab pertanyaanku? Kalau gitu, gimana aku bisa percaya padamu?" desak Meghan lagi.Melihat Austin menghindari tatapannya, Meghan memicingkan matanya dan terus memandang pria itu dengan penuh selidik. Jika Austin bahkan tidak bisa mengarang alasan untuk menjawab pertanyaannya, bagaimana dia bisa melawan Meghan di masa depan?Dalam suasana hening itu, pelayan mendadak datang membawakan dua cangkir teh hangat. Mereka berdua pun menyesap teh masing-masing.Saat Meghan hendak bicara lagi, nada dering ponselnya tiba-tiba menginterupsi. Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, lalu mengernyit heran saat melihat peneleponnya adalah Danzel. Keduanya memang jarang saling mengontak selama jam kerja.Begitu panggilan diangkat, terdengar suara Danzel berkata dengan nada yang agak memerintah, "Meghan, cepat pergi dari tempatmu sekarang!""Hah? Maksudmu?" balas Meghan. Ucapan Danzel membuatnya keheranan.Meghan ingin bicara lagi, tetapi Danzel mendahuluinya, "Kamu lag
Leona tersenyum saat melihat kondisi Meghan yang dibawa pergi dengan kasar tampak menyedihkan. Bagi Leona, rasanya sangat memuaskan. Akhirnya, Leona bisa tidur dengan tenang.Tiba-tiba, lamunan Leona dibuyarkan oleh suara pintu yang dibuka. Leona terkejut dan berbalik. Wajahnya langsung menjadi pucat. Leona berucap, "Danzel ...."Leona merasa tampang Danzel saat ini sungguh mengerikan. Tatapan Danzel sangat dingin dan matanya memerah. Danzel terlihat seperti ingin membunuh Leona.Danzel berujar dengan dingin, "Aku hanya bertanya satu kali, di mana Meghan?"Leona menyahut, "Aku ... aku nggak mengerti maksudmu ...."Leona mengira dirinya sudah sangat mengenal Danzel, tetapi saat ini dia baru menyadari bahwa dirinya salah. Kala ini, jarak di antara Leona dan Danzel tidak begitu jauh, tetapi Leona merasa seperti tidak mengenal Danzel. Aura Danzel yang dingin membuat Leona ketakutan. Leona bahkan tidak tahu bagaimana merespons.Sementara itu, ekspresi Danzel tidak berubah sedikit pun sesuda
Kemudian, Danzel menggendong Meghan dan menempelkan dagunya di wajah Meghan. Gerak-gerik Danzel ini seperti berusaha menghibur Meghan. Saat hendak pergi, Austin berusaha bangkit dari lantai dengan wajah yang membengkak. Austin berujar, "Tuan Danzel, akhirnya kita bertemu juga."Austin tentu merasa tidak rela karena hampir mendapatkan Meghan. Jadi, dia mengeluarkan ponsel untuk menelepon bawahannya. Danzel mencibir ketika melihat tindakan Austin, dia merasa Austin sangat konyol. Kalau bukan karena sedang menggendong Meghan, Danzel pasti akan menghajar Austin sampai babak belur.Tiba-tiba, Meghan mengerang, "Ugh ...." Wajahnya juga makin memerah.Danzel merasa gugup, dia juga tidak ingin berbasa-basi lagi dengan Austin, lalu langsung mengancam, "Austin, kalau kamu tidak mau tempat persembunyianmu di Provinsi Narnila dihancurkan oleh kreditur, cepat pergi."Danzel tidak sempat lagi memperhatikan ekspresi Austin yang terkejut, dia langsung membawa Meghan pergi meninggalkan hotel. Setelah D
Danzel yang tiba-tiba dibentak Meghan tertegun sejenak. Kemudian, Danzel tersenyum saat melihat wajah Meghan yang memerah dan bekas di bahunya. Danzel berucap, "Sepertinya, tenagamu sudah pulih. Aku tidak perlu khawatir lagi."Begitu Danzel selesai bicara, Meghan melempar bantal ke arahnya. Danzel yang gesit berhasil menghindar dan senyum di wajahnya makin lebar.Danzel sangat memahami Meghan. Jika Meghan terdiam, itu berarti dia marah. Namun, jika Meghan marah-marah seperti ini, berarti dia hanya merasa malu.Hanya saja, sekalipun merasa senang, sebenarnya Danzel tetap agak khawatir. Tenaga Meghan pasti terkuras setelah memakan obat itu. Jadi, pertengkaran ini harus diabaikan untuk sementara waktu dan Meghan harus makan terlebih dahulu. Kalau Meghan sakit, bukankah Danzel sendiri yang akan merasa tidak tega?Setelah itu, Danzel memungut bantal yang dilempar Meghan dan meletakkannya lagi di belakang pinggang Meghan. Kemudian, Danzel mengangkat mangkuk bubur dan berkata, "Nyonya Lewis,
Jelas bahwa Meghan yang berteriak secara tiba-tiba membuat tangan Danzel gemetar sejenak. Kadang kala, istrinya ini bisa sangat menakutkan ketika sedang marah. Kedudukan mereka di masa depan sudah jelas terlihat sekarang.Untungnya, Danzel segera bangkit ketika Meghan mencoba untuk meraih mangkuknya. Akibatnya, tangan Meghan tidak meraih apa pun dan sosoknya jatuh ke ranjang. Seiring dengan pergerakannya itu, punggung mulus wanita itu pun terpampang di udara. Kulit putihnya memiliki beberapa bekas merah. Jelas itu merupakan bukti dari kegairahan semalam.Danzel langsung menutup matanya. Dia tidak mampu menahan diri atas hal-hal seperti ini. Sementara itu, Meghan bisa merasakan sensasi dingin di punggungnya dan segera duduk tegak. Dia segera mengambil kemeja di atas ranjang dan mengenakannya. Namun, setelah itu dia baru menyadari bahwa itu adalah pakaian Danzel.Pikirannya lagi-lagi menjadi kacau, tetapi ini lebih baik daripada tidak mengenakan pakaian sama sekali. Apa yang tidak diketa
Tendangan Meghan sangat kuat, tetapi tenaganya tidak cukup untuk menjatuhkan Danzel. Sebab, dia sendiri juga merasa sedikit tidak tega. Selain itu, tubuhnya juga belum pulih sepenuhnya setelah melalui malam yang melelahkan.Faktanya, Danzel sengaja menjatuhkan dirinya ke bawah ranjang untuk menyenangkan hati Meghan yang sedang marah. Segalanya terjadi begitu tiba-tiba. Danzel merasa tidak nyaman, juga merasa bersalah kepada Meghan.Tidak perlu membahas soal obat, tindakannya ini bukanlah memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, melainkan upaya penyelamatan. Secara teori memang benar seperti itu, tetapi karena perasaan suka dan peduli, ada ketegangan di dalam hati masing-masing.Itu sebabnya, pertanyaan barusan sengaja dilontarkan oleh Danzel supaya mereka bisa meluruskan segalanya dan membuka hati satu sama lain. Hanya saja, dia tidak menyangka bahwa ketika jatuh dari ranjang, Meghan yang duduk di atas malah menunjukkan tatapan penuh kasih sayang. Di momen itu, segala sesuatu terasa s
Austin sedang duduk di atas sofa sembari menghela napas lega karena tidak langsung diusir oleh Danzel. Bisa dikatakan bahwa dirinya sudah diterima. Hanya saja, Austin merasa sikap seperti ini sangat canggung. Dia tidak tahu bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh Danzel dan Meghan."Tuan Austin, saat itu bagaimana kamu bisa mengenal ibu dari istriku?" tanya Danzel. Mendengar Danzel menyebut Meghan sebagai istrinya, tatapan Austin sedikit berbinar sejenak. Dia meletakkan sikunya di atas lutut sambil melipat kedua telapak tangannya. Setelah ragu untuk beberapa saat, dia tampak sedang bernostalgia, lalu menjawab, "Sebenarnya aku memang seharusnya kenal. Lagi pula, aku memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga ibunya."Melihat ekspresi Austin yang sedikit khawatir, Meghan duduk di sebelah dengan tenang, tetapi hatinya merasa gelisah. Meskipun sudah jelas, semua ini mungkin adalah tipuan Austin. Di sisi lain, masalah ini berhubungan dengan ibunya, jadi bagaimanapun juga Meghan tidak bis