Di dalam mobil, suasana hati Leona benar-benar tidak karuan. Dia memegang ponselnya dengan erat untuk menutupi kegelisahannya. Ponselnya sudah diatur menjadi mode hening sehingga dia hanya bisa terus menunduk memeriksa ponselnya.Saat ini, Leona menerima balasan dari Hamish. Cahaya terang membuatnya menutup layar ponsel dengan terburu-buru. Karena terlalu panik, sikunya sampai menyenggol kaca jendela, membuat sopir terkejut dan bertanya dengan hati-hati karena takut membuat kesalahan, "Nona Leona, kamu baik-baik saja?""Aku nggak apa-apa," sahut Leona seraya melambaikan tangan kepada sopir dan tersenyum terpaksa. Kemudian, dia baru membuka pesan tersebut.Ketika melihat Hamish mengatakan dia akan menanggung semuanya sendirian, Leona akhirnya lega. Dengan begini, dirinya tidak akan terlibat meskipun pihak kepolisian menangkap Hamish.Di sisi lain, Ryan membawa Meghan dan Winda meninggalkan pelabuhan perikanan. Setelah mobil melaju selama 1 jam, Meghan baru menyadari bahwa ini bukan rute
"Lupakan saja, jangan pikirkan masalah ini saat makan." Ketika melihat Meghan yang termenung, Ryan langsung mengalihkan perhatiannya. Kemudian, dia berdiri untuk menuangkan anggur dan mengambilkan lauk untuk Meghan. Semua ini dilakukan sendiri sehingga para pelayan di sekitar tidak berkesempatan melayani mereka.Winda yang duduk di sisi lain hanya menikmati makanannya sendiri. Dia tidak mengatakan apa pun, tetapi juga tidak terlihat canggung.Sebenarnya, para pelayan juga bisa menilai sendiri. Ketika Ryan menyuruh mereka menyiapkan makan malam yang mewah, ditambah dengan melihat Meghan yang berjalan masuk, mereka sudah bisa memahami situasi yang ada.Ryan baru kembali ke negaranya sehingga para pelayan belum mengenalnya dengan baik. Namun, mereka tahu bahwa Meghan adalah wanita pertama yang dibawa Ryan ke kediaman, bahkan dilayani dengan begitu baik.Para pelayan itu pun bertatapan dengan sorot mata mengerti. Meskipun Ryan melayani Meghan sendiri, mereka tetap bersiap siaga karena taku
"Dari mana datangnya laptop ini?" tanya Meghan. Dia sangat terobsesi dengan dunia peretas, jadi matanya langsung berbinar-binar saat melihat laptop tersebut.Ryan pun bersemangat saat melihatnya. Dia menyerahkan laptop itu kepada Meghan sembari berkata, "Periksa saja sekarang. Kalau orang itu cukup cerdas dengan memainkan tipu muslihat di internet, kita yang akan repot nanti.""Kalau dia memang cerdas, mana mungkin namanya bisa ketahuan," sahut Meghan yang mengangkat alisnya. Kemudian, dia membuka laptop tersebut.Meghan membuka situs resmi lelang hari ini, lalu menggunakan program platform untuk memeriksa daftar seluruh peserta. Hal seperti ini tidak akan menyulitkannya. Terlihat pula nama Hamish Leigh di daftar tersebut."Sepertinya, yang kamu katakan benar. Orang ini memang nggak cerdas," ucap Ryan seraya bersandar di kursinya. Meghan pun mengangkat kepalanya, lalu keduanya bertatapan dan tersenyum.Setelah menyusurinya, Meghan berhasil memperoleh informasi keluarga Hamish dalam wak
"Kamu menungguku?" tanya Meghan sambil meletakkan jaketnya di atas sofa. Siapa pun pasti akan merasa lelah jika menghadapi situasi seperti ini. Bukan hanya fisik yang lelah, tetapi juga mental.Meghan sudah ingin kembali ke kamarnya, lalu mandi air panas dan berbaring di ranjang. Akan tetapi, Danzel sepertinya ingin mengatakan sesuatu, dia merasa tidak enak hati kalau pergi begitu saja. Selain itu, Danzel sudah berusaha mencarinya hari ini. Meghan tentu merasa berterima kasih padanya."Gimana kondisimu? Situasi agak kacau di pelabuhan perikanan, aku belum sempat memastikan kamu memang baik-baik saja," tanya Danzel sembari menghampiri Meghan dan mengamatinya. Bisa terlihat perhatian pada sorot matanya."Aku baik-baik saja. Paling-paling luka sedikit, hanya perlu ditempel plester," jawab Meghan dengan nada santai sambil mengedikkan bahunya.Sebaliknya, Meghan justru merasa penasaran bagaimana Danzel bisa menemukannya dan apa yang dirasakan olehnya pada saat itu. Namun, dia tidak menanyak
"Edmund, apa yang terjadi? Ada apa dengan Alisa? Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Meghan. Saat ini, Danzel sudah mengambil jaket mereka dan berpesan kepada pelayan untuk menyiapkan mobil."Sekarang masih belum bisa dipastikan. Alisa lagi di ruang operasi," sahut Edmund.Meghan merasa pandangannya menjadi gelap saat mendengar kata "operasi". Untung saja, Danzel bergerak cepat dan segera meraih bahu Meghan. Kemudian, Danzel membawa Meghan keluar."Kenapa? Kenapa dia ada di ruang operasi? Apa dia kecelakaan?" tanya Meghan. Dia benar-benar ingin memukul kepala Edmund.Biasanya, Edmund sangat pandai menggombal ketika menggoda wanita. Sekarang, dia malah bicara terbata-bata pada saat-saat genting seperti ini.Edmund menjelaskan, "Bukan kecelakaan. Kepala Alisa bocor karena dihantam dan mengalami pendarahan. Selain itu, aku yang menyebabkan masalah ini terjadi ...."Danzel yang menyetir sendiri karena tahu bahwa Meghan sangat panik. Perjalanan sekitar 40 menit langsung dipersingkat menja
Dokter menjelaskan, "Begini, kondisi pasien sebenarnya tidak terlalu parah. Tapi, dia kehilangan banyak darah karena dahinya terluka."Meghan yang merasa pusing pun mengangguk. Meghan tidak mempunyai banyak teman dan Alisa adalah teman yang sangat penting baginya. Sekarang, Alisa malah terluka sampai harus dioperasi karena sebuah kesalahpahaman yang konyol.Dokter melanjutkan, "Saat ini, luka pasien sudah selesai dijahit. Setelah dirawat, seharusnya tidak ada masalah lagi."Mungkin karena terlalu gugup, Meghan merasa pusing setelah mendengar ucapan dokter. Danzel segera meraih bahu Meghan saat melihat tubuhnya yang sedikit goyah."Kalau begitu, apa sekarang kami boleh melihatnya?" tanya Danzel. Dokter melirik Danzel sekilas, lalu mengangguk sembari tersenyum.Dokter menambahkan, "Tapi, sebaiknya jangan terlalu lama karena bagian kepalanya terluka. Biarkan pasien istirahat dengan baik.""Dokter, terima kasih," ujar Danzel seraya mengangguk pada dokter. Dia merangkul pinggang Meghan dan
Mereka bertiga tidak menyangka Danzel akan berkata seperti ini, terutama Meghan. Saat ini, Meghan tersenyum sambil mengamati wajah Danzel dari samping. Pria ini cukup bijaksana pada saat-saat penting begini.Sementara itu, Edmund yang awalnya ingin bicara pun mengurungkan niatnya. Sebenarnya, dia tidak ingin menghindar. Hanya saja, dia ingin langsung meminta maaf kepada Alisa. Jika bukan karena dirinya, semua ini tidak akan terjadi.Edmund menunduk dan mempertimbangkannya untuk sesaat. Kemudian, dia melewati Danzel dan menghampiri Alisa. Saat ini, Alisa agak bimbang saat memandang Edmund. Dia tidak tahu bagaimana caranya menghadapi Edmund.Saat merasa bimbang, cara terbaik adalah tidak berbicara. Alisa sama seperti Meghan. Dia juga tidak terlalu peduli dengan penampilan sendiri sehingga jarang berdandan.Namun, dibandingkan wajah Alisa yang tampak berseri-seri pada hari biasa, kini wajahnya sangat pucat. Ditambah dengan perban di dahinya, kondisi Alisa terlihat sangat rapuh.Edmund men
Keesokan paginya, Meghan dan Alisa yang baru bangun mendengar suara pintu diketuk. Saat ini, Meghan sedang mencuci muka. Dia segera keluar begitu mendengar suara ketukan pintu.Setelah membuka pintu, Meghan melihat Edmund berdiri di depan pintu dan di belakangnya ada seorang wanita. Tidak perlu dipastikan lagi, wanita ini adalah orang yang membuat Alisa terluka.Edmund mengangguk kepada Meghan begitu melihatnya. Kemudian, dia menarik lengan kekasihnya dan berjalan masuk.Bagaimanapun, dahi Alisa terluka. Jadi, dia merasa pusing ketika baru bangun. Alhasil, Alisa pun terkejut saat melihat Edmund tiba-tiba muncul di hadapannya. Alisa baru saja ingin mengeluh, tetapi ekspresinya menjadi muram sewaktu melihat wanita di belakang Edmund."Alisa ...," ucap Edmund. Dia mengernyit, lalu melihat kekasihnya dan berkata, "Mengenai masalah semalam, kita sudah sepakat. Minta maaf kepada Alisa."Meghan menutup pintu, lalu bersandar di dinding sambil melipat kedua tangannya di dada. Dia mengamati situ