"Apa ...."Mendengar pertanyaan ini, Stella tercengang sesaat. Kemudian, dia langsung menggeleng."Nggak mungkin! Tuan Joshua ... berstatus mulia, sedangkan saya hanya seorang pembantu. Saya tahu kalau status kami jauh berbeda, jadi saya nggak mungkin menyimpan perasaan yang nggak seharusnya terhadap Tuan ...."Stella mengucapkan kata-kata ini dengan sungguh-sungguh.Dia bukan hanya mengucapkannya untuk Nancy, tetapi sebenarnya juga untuk dirinya sendiri.Bagaimanapun, Joshua memang berstatus mulia, jadi pada dasarnya, mereka berada di dunia yang berbeda."Oh ya?"Nancy menyesap seteguk teh. Mendengar ucapan Stella, dia mengangkat tatapannya. Sesaat kemudian, dia baru berkata, "Jangan gugup. Aku hanya iseng. Bagaimanapun, jarang ada gadis di sekitar Joshua. Selama bertahun-tahun, hanya ada Nana di sisinya, jadi saat kamu tiba-tiba muncul, aku merasa penasaran ....""Nggak ...."Stella menggeleng. Setelah ragu-ragu sejenak, dia menatap Nancy dan berkata, "Saya nggak mungkin menjalin hub
Tanpa disadari, dia ingin langsung menepis tangan pria ini.Joshua tentu saja tidak mengetahui isi pikiran Stella. Dia hanya melihat Stella yang jelas-jelas tampak tidak nyaman. Dia pun memicingkan matanya dan bertanya, "Kenapa kamu menghindar?"Suaranya yang jernih bercampur dengan kekesalan yang sangat jelas."Saya nggak menghindar ..." jawab Stella dengan tegas sambil menunduk, tetapi dia sama sekali tidak melihat pria itu.Joshua menatapnya sambil tiba-tiba bertanya, "Kamu pergi ke rumah lama, ya?""Apa?"Stella sontak mengangkat kepalanya dan menatap mata tajam Joshua, yang seakan-akan bisa menembus pikirannya."Iya ... saya pergi ke rumah lama Keluarga Ford," kata Stella.Joshua mengernyit dan bertanya lagi, "Mereka membuatmu serbasalah, ya?""Nggak!" seru Stella.Stella bergegas menggeleng sambil berkata, "Saya hanya seorang pembantu rendahan. Mana mungkin orang penting seperti Tuan James dan Nyonya Nancy menyusahkan saya ...."Joshua tidak berbicara.Stella mengira bahwa Joshua
"Kamu ...."Napas Stella memelan, matanya juga terbelalak dengan ketidakpercayaan.Dia berusaha untuk melepaskan dirinya dari pelukan pria ini, tetapi pegangan pria ini makin kuat."Sakit ...."Tiba-tiba, bibir Stella terasa perih, sehingga Joshua melepaskannya."Kamu juga bisa sakit?" tanya Joshua.Joshua menatap matanya Stella lekat-lekat. Tangannya masih terus memegang dagu wanita ini.Tatapannya yang tajam seperti bisa menembus pikiran Stella.Mendengar ucapan ini, Stella mengerutkan bibirnya.Matanya memerah, tetapi dia menahan diri. Dia mengangkat kepalanya dan memelototi Joshua.Dia ingin menepis tangan pria ini.Kesedihan meluap dalam hatinya.Dia jelas-jelas memikirkan kebaikan pria ini, tetapi pria ini malah memperlakukannya seperti ini ....Jika dia tidak menjawab pertanyaan Nancy seperti itu, apa lagi yang bisa dia katakan?Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dia menyukai Joshua dan tidak senang jika Joshua menikahi wanita itu, bukan? Memangnya dia siapa? Selain itu, dia jug
Stella terkejut karena pria di hadapannya ini. Kemudian, dia tiba-tiba merasakan rasa sesak di dadanya, seakan-akan sesuatu menyumbat jantungnya. Untuk sesaat, dia merasa agak kesusahan untuk bernapas ...."Ada apa, Tuan? Ada masalah apa ...."Pada saat ini, Jamila yang mendengar keributan bergegas datang dan terkejut saat dia menyadari bahwa kedua orang ini sedang bertengkar ....Jamila bertanya dengan kaget, "Tuan, ada ... ada apa ini ....""Nggak apa-apa," jawab Joshua.Kemudian, dia berkata dengan nada dingin, "Ke depannya, biarkan Nona Stella bersih-bersih di tempat lain, nggak usah datang ke sini lagi."Mendengar ucapan ini, semua orang terkejut.Ekspresi Stella menjadi kaku.Saat dia menatap Joshua, dia melihat ekspresi pria ini sangat dingin."Emm ... kalau nggak bersih-bersih di sini, di mana ..." tanya Jamila dengan terbata-bata."Di mana pun boleh, sebaiknya jauh-jauh dariku," jawab Joshua.Kemudian, tanpa melihat Stella lagi, dia memutar kursi rodanya dan meninggalkan tempa
Di dalam kamarnya Joshua.Lantainya yang berantakan sudah dibersihkan oleh pembantu lainnya.Semua orang sudah mengetahui bahwa Joshua baru saja marah besar. Oleh karena itu, tidak ada yang berani berbicara. Setelah bersih-bersih, mereka diam-diam meninggalkan kamar ini.Joshua duduk di samping ranjang sambil mengernyit dan membalikkan sebuah dokumen. Dia sama sekali tidak fokus membaca dokumen di tangannya. Dia pun mengurut keningnya dengan pelan.Sambil membaca dokumen ini, Joshua merasa makin kesal. Dia pun melemparkan dokumen itu ke lantai.Pada saat ini, seseorang mengetuk pintu kamarnya.Kemudian, Shawn berjalan memasuki ruangan.Shawn memungut dokumen itu dari lantai dan meletakkannya di meja di satu sisi. Setelah ragu-ragu sebentar, dia bertanya, "Bos, makan siang Anda sudah dipersiapkan. Maukah Anda makan dulu?""Nggak," jawab Joshua tanpa mengangkat kepalanya."Bos, makanlah sedikit. Bagaimanapun, sekarang, Anda masih dalam proses pemulihan ..." kata Shawn."Berisik sekali, y
Tatapan pria ini berhenti di liontin itu, lalu bergerak ke bawah.Di bagian bawahnya, terukir nama seseorang.Tatapannya yang gelap tampak mendalam.Setelah sangat lama, dia baru meletakkan benda itu ke tempat asalnya....Setelah meninggalkan kamar itu, Shawn berjalan langsung ke halaman belakang.Saat dia berjalan mendekati halaman belakang, dia melihat sosoknya Stella.Pada saat ini, Jamila melihat Shawn yang sedang berdiri di depan pintu. Dia bergegas bertanya, "Tuan Shawn, apakah amarah Tuan Joshua sudah reda?"Shawn menggelengkan kepalanya.Jamila pun mengerti."Aih, ini pertama kalinya aku melihat Tuan semarah ini ..." kata Jamila.Jamila menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya dan mengikuti tatapan Shawn melihat ke halaman belakang. Saat dia melihat Stella yang sedang bersih-bersih di bawah terik matahari, dia berkata dengan ragu-ragu, "Apakah Tuan mengatakan apa yang harus dilakukan dengan Stella ....""Tuan nggak bilang apa-apa ...."Shawn menggeleng, dia hanya bisa meng
Pada saat ini, hujan turun sangat deras.Hujan ini datang dengan sangat cepat dan mendadak.Dalam waktu singkat, Stella sudah basah kuyup.Saat Shawn melihat Stella seperti ini, ekspresinya sontak berubah. Dia pun bergegas pergi menghampiri Stella.Stella sebenarnya tidak menyangka bahwa hujan akan tiba-tiba turun sederas ini. Dia juga bukan orang yang lemah.Saat dia hendak mencari tempat untuk berteduh, seseorang tiba-tiba membuka payung di atas kepalanya.Hatinya seketika menegang.Dia bergegas menoleh dan melihat Shawn.Entah mengapa, hatinya yang tegang seketika menjadi lebih tenang. Dia menahan kekecewaan dalam hatinya dan berkata, "Tuan Shawn, Anda ....""Nona Stella, hujannya sederas ini, kenapa kamu nggak berteduh? Jangan kerja lagi, masuk dulu ke rumah. Kalau kehujanan, kamu bisa sakit. Nanti, biarkan juru masak di dapur memasakkan sup jahe untukmu, supaya kamu bisa menghangatkan badanmu," kata Shawn.Namun, Stella langsung menolak untuk kembali ke dalam rumah."Nggak apa-apa
Dia kira-kira mendengar sedikit isi pertengkaran mereka.Mendengar ucapan Shawn, Joshua tidak mengucapkan apa pun.Hanya saja, ekspresinya tetap sangat masam.Shawn hanya bisa berkata lagi, "Angin di halaman belakang sangat kuat, bahkan saya pun nggak tahan, apalagi Nona Stella yang bajunya sudah basah kuyup. Kalau dia berlamaan di sana, nanti malam, dia pasti akan demam ...."Sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, dia merasakan tatapan Joshua.Tatapan ini sangat dingin, seakan-akan menusuk ke dalam tulang.Tatapan ini bahkan sedingin angin di luar, membuat Shawn seketika terdiam."Dia ada bilang dia mau masuk, nggak?" tanya Joshua."Nggak ..." jawab Shawn.Mendengar jawaban ini, ekspresi Joshua menjadi makin dingin."Kalau nggak, artinya dia senang kehujanan di sana! Biarkan saja!"Shawn tidak berani berbicara lagi.Dia hanya bisa berdoa agar hujan segera berhenti dan tidak lagi menyiksa mereka.Namun, doanya tidak terkabulkan. Hujannya bukan hanya tidak berhenti, tetapi malah maki