Nada bicara yang jelas-jelas menyanjung ini membuat Joshua memicingkan matanya."Hehe."Dia tertawa dengan sinis, lalu berkata, "Aku majikannya Stella, Stella lagi nggak ada di sini."Mendengar ucapan Joshua, anak kecil itu tercengang.Namun, dia seketika merasa jauh lebih tenang."Ternyata begitu, ya ...."Joshua melihat jam, lalu bertanya, "Kenapa kamu menelepon jam segini? Ada apa kamu mencari Stella?"Anak kecil itu terdiam sejenak, sebelum menjawab, "Aih ... aku merasa cemas."Cemas?Anak ini masih kecil, tetapi banyak sekali dramanya.Joshua mendengus dengan dingin, lalu mendengar anak kecil itu berkata lagi, "Aih, guru TK kami membiarkan kami main permainan, tapi semua anak perempuan ingin satu grup denganku, sehingga aku nggak bisa bermain dengan baik lagi."Sudut bibir Joshua seketika berkedut. "Cepat pergi main!""Nggak mau, Paman. Kapan Nona Stella bisa pulang ... aku mau tanya hasil kencan butanya," kata Brian."Hasil apa yang kamu inginkan?" tanya Joshua."Tentu saja apaka
Joshua terkejut.Kemudian, dia mendengar wanita itu berkata dengan canggung, "Aku baik-baik saja ... sepertinya karena tadi siang nggak makan, jadi aku agak kelaparan ...."Joshua tidak mengatakan apa pun.Sedangkan Stella malah merasa sangat malu. Dengan wajahnya yang merah, dia menunduk dan tidak berani melihat ekspresi Joshua.Suasana di sekitar pun menjadi hening ....Joshua hanya pergi ke luar, lalu menyuruh Shawn untuk pergi membeli makanan. Kemudian, dia berjalan kembali ke dalam ruangan dan duduk di kursi di samping ranjang.Shawn pun bergegas melakukan sesuai perintah.Stella merasakan jantungnya berdebar sangat kencang. Dia mengangkat kepalanya dan menatap kedua mata pria ini. Dia pun bergegas mengalihkan tatapannya.Pria ini sedang menatapnya!Melihat Stella mengalihkan tatapannya, Joshua mengangkat alisnya dan tiba-tiba bertanya, "Kalian sudah pacaran, ya?"Suaranya agak dingin, tetapi tidak menunjukkan emosi apa pun."Siapa?" tanya Stella dengan kebingungan.Mendengar ucap
Jantung Stella seketika seperti diremas.Saat pria ini hendak melanjutkan ucapannya, pintu ruangan tiba-tiba dibuka seseorang ...."Nona Stella, aku sudah membeli makanan ...."Melihat kedua orang yang berada dalam posisi ambigu di ranjang rawat itu, Shawn seketika membungkam ....Dia menoleh dan melihat bosnya yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sangat dingin.Shawn seketika tercengang.Dia melihat Joshua melepaskan Stella, lalu menatap dirinya dengan tatapan tajam dan bertanya, "Kamu nggak bisa ketuk pintu, ya?""Bi ... bisa ..." jawab Shawn dengan terbata-bata, dia merasa sangat frustrasi.Jika dia tahu bahwa suasana di dalam ruangan seperti ini, dia juga tidak akan berani memasuki ruangan ini ....Wajah Stella sudah benar-benar merah, dia sama sekali tidak berani melihat Shawn lagi."Sini."Joshua-lah yang memecahkan keheningan ini.Shawn seketika membuang napas dengan lega dan bergegas menyodorkan makanan yang dia beli pada Joshua, lalu berkata, "Tuan, hasil pemeriksaan Non
Situasi ini benar-benar canggung.Stella pun memalingkan wajahnya tanpa mengucapkan apa pun.Melihatnya seperti ini, Joshua mengambil teh susu itu untuk Stella, lalu pergi berbicara dengan Shawn lagi ....Pada saat ini, Joshua sudah kembali terlihat bermartabat dan penuh kendali seperti biasanya, dia tetap merupakan tuan muda Keluarga Ford yang superior.Dia benar-benar seperti orang yang berbeda dari orang yang tadinya menginterogasi Stella dengan dingin ....Entah mengapa, Stella merasa sedih....Karena Stella tidak terluka parah, setelah lukanya diperban dengan sederhana, dia sudah bisa keluar dari rumah sakit.Mobilnya Joshua masih terparkir di depan pintu rumah sakit.Stella berjalan keluar di belakang Joshua.Sepanjang perjalanan, Joshua tidak mengucapkan apa pun, jadi Stella juga tidak berinisiatif untuk mengucapkan apa pun.Dia hanya terus mengikuti pria ini dari belakang.Saat mereka sudah tiba di dekat mobil, dia baru terdiam sejenak karena dia tiba-tiba merasa malu ....Dia
Saat Stella sedang memikirkan hal ini, mobil sudah melaju memasuki kompleks perumahannya. Saat mobil sudah berhenti dengan baik, dia turun dari mobil, layaknya sedang melarikan diri. Wajahnya juga entah mengapa memerah."Terima kasih Tuan Joshua, sudah mengantarkan saya pulang," kata Stella.Namun, pria itu tiba-tiba berkata, "Sebentar."Stella pun menghentikan langkahnya.Stella menoleh dan melihat Joshua menyodorkan teh susu dan kue yang dari tadi dia pegang di tangannya pada Stella. Stella pun terkejut, dia bergegas berkata, "Nggak usah, Tuan. Permennya sudah cukup ...."Sebelum Stella bisa menyelesaikan ucapannya, pria ini mengernyit dan menyela, "Untuk anakmu."Stella benar-benar tercengang. Kemudian, pria itu berkata lagi dengan santai, "Saat kamu masih belum bangun, dia menghubungimu, katanya dia mau minum teh susu."Stella seketika tidak bisa berkata-kata.Dibandingkan dengan kegugupan wanita ini, Joshua terlihat sangat tenang. Melihatnya seperti ini, Stella ragu-ragu sejenak,
Seusai berbicara, Jamila mengamati ekspresi Joshua.Pria itu mengangkat kepalanya. Dengan ekspresi yang tidak jelas artinya, dia bertanya, "Ada urusan apa?""Nona Rena nggak bilang, mungkin Nona Rena merasa malu untuk langsung mencari Anda. Gadis ini agak pemalu ... jadi Anda harus lebih aktif," kata Jamila.Mendengar ucapan Jamila, Joshua pun mengangkat alisnya."Lebih aktif?"Jamila menjawab, "Benar, jadi bagaimana kalau Tuan berinisiatif untuk mengajak Nona Rena keluar ....""Ajak Rena keluar?"Awalnya, Joshua masih memikirkan hal lainnya. Saat dia mendengar nama Rena, dia seketika mengernyit. Jamila pun terdiam.Apakah dia sudah salah bicara?Tatapan Joshua menjadi lebih cuek. "Kenapa aku mau mengajak Rena keluar?""Emm ...."Jamila seketika kehabisan kata-kata, bagaimana dia harus menjawab pertanyaan ini?Bagaimanapun, ini masalah anak muda. Saat Jamila sedang ragu-ragu, Joshua sudah mengalihkan tatapannya dan berkata dengan cuek, "Aku nggak punya waktu untuk mengajaknya keluar. D
"Apa?"Annie benar-benar tidak bisa memercayai telinganya.Apakah orang ini masih Stella Norris yang sebelumnya masih merasa sangat senang karena dia mendapatkan pekerjaan ini?"Aku ... mungkin kurang cocok ...."Stella mengucapkan alasannya dengan ambigu, tetapi Annie langsung menyadari bahwa ada yang tidak benar. Dia mengernyit dan bertanya, "Ada apa? Jangan-jangan ... terjadi masalah, ya?"Stella tidak langsung menjawab pertanyaan ini. Sesaat kemudian, dia baru menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Annie, apakah kamu nggak merasa bahwa penampilan Brian sangat spesial?"Annie mengangguk.Penampilan Brian memang sangat spesial, anak itu benar-benar tampan!Annie bahkan merasa cemburu!Stella berkata lagi, "Majikanku ... mirip sekali ... dengan Brian ...."Annie seketika tersentak.Setelah sangat lama, dia baru berkata, "Nggak mungkin, deh ....""Mungkin aku yang sudah berpikir terlalu jauh. Tapi, Annie ... kalau ada satu kemungkinan kecil, aku nggak ingin mengambil risiko itu. Brian
Stella menunduk sambil terus memikirkan bagaimana dia harus mengundurkan diri. Apakah dia harus mengatakan bahwa gajinya terlalu rendah atau pekerjaannya terlalu melelahkan? Dia tidak mungkin mengatakan bahwa alasannya adalah karena dia merasa bahwa bosnya sepertinya adalah ayah dari anaknya ....Hal ini benar-benar membingungkan ....Saat Stella sedang ragu-ragu, dia mendengar suara gerakan yang pelan dan melihat pria itu berdiri.Dia pun mengangkat kepalanya dan menatap Joshua. Pria itu juga menatap dirinya dengan tatapan gelap dan berkata, "Dasi.""Oh, baiklah ...."Stella menyembunyikan kepanikannya dan bergegas menyodorkan dasi yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu untuk pria ini.Joshua hanya meliriknya sekilas dengan cuek, lalu melanjutkan pembicaraan tentang pekerjaan dengan Shawn.Tangan Stella sudah mulai pegal, tetapi pria ini sama sekali tidak bermaksud untuk menerima dasinya.Stella pun mengernyit. Apa maksudnya ....Saat Joshua tidak merasakan dasinya, dia menatap Stell