Situasi ini benar-benar canggung.Stella pun memalingkan wajahnya tanpa mengucapkan apa pun.Melihatnya seperti ini, Joshua mengambil teh susu itu untuk Stella, lalu pergi berbicara dengan Shawn lagi ....Pada saat ini, Joshua sudah kembali terlihat bermartabat dan penuh kendali seperti biasanya, dia tetap merupakan tuan muda Keluarga Ford yang superior.Dia benar-benar seperti orang yang berbeda dari orang yang tadinya menginterogasi Stella dengan dingin ....Entah mengapa, Stella merasa sedih....Karena Stella tidak terluka parah, setelah lukanya diperban dengan sederhana, dia sudah bisa keluar dari rumah sakit.Mobilnya Joshua masih terparkir di depan pintu rumah sakit.Stella berjalan keluar di belakang Joshua.Sepanjang perjalanan, Joshua tidak mengucapkan apa pun, jadi Stella juga tidak berinisiatif untuk mengucapkan apa pun.Dia hanya terus mengikuti pria ini dari belakang.Saat mereka sudah tiba di dekat mobil, dia baru terdiam sejenak karena dia tiba-tiba merasa malu ....Dia
Saat Stella sedang memikirkan hal ini, mobil sudah melaju memasuki kompleks perumahannya. Saat mobil sudah berhenti dengan baik, dia turun dari mobil, layaknya sedang melarikan diri. Wajahnya juga entah mengapa memerah."Terima kasih Tuan Joshua, sudah mengantarkan saya pulang," kata Stella.Namun, pria itu tiba-tiba berkata, "Sebentar."Stella pun menghentikan langkahnya.Stella menoleh dan melihat Joshua menyodorkan teh susu dan kue yang dari tadi dia pegang di tangannya pada Stella. Stella pun terkejut, dia bergegas berkata, "Nggak usah, Tuan. Permennya sudah cukup ...."Sebelum Stella bisa menyelesaikan ucapannya, pria ini mengernyit dan menyela, "Untuk anakmu."Stella benar-benar tercengang. Kemudian, pria itu berkata lagi dengan santai, "Saat kamu masih belum bangun, dia menghubungimu, katanya dia mau minum teh susu."Stella seketika tidak bisa berkata-kata.Dibandingkan dengan kegugupan wanita ini, Joshua terlihat sangat tenang. Melihatnya seperti ini, Stella ragu-ragu sejenak,
Seusai berbicara, Jamila mengamati ekspresi Joshua.Pria itu mengangkat kepalanya. Dengan ekspresi yang tidak jelas artinya, dia bertanya, "Ada urusan apa?""Nona Rena nggak bilang, mungkin Nona Rena merasa malu untuk langsung mencari Anda. Gadis ini agak pemalu ... jadi Anda harus lebih aktif," kata Jamila.Mendengar ucapan Jamila, Joshua pun mengangkat alisnya."Lebih aktif?"Jamila menjawab, "Benar, jadi bagaimana kalau Tuan berinisiatif untuk mengajak Nona Rena keluar ....""Ajak Rena keluar?"Awalnya, Joshua masih memikirkan hal lainnya. Saat dia mendengar nama Rena, dia seketika mengernyit. Jamila pun terdiam.Apakah dia sudah salah bicara?Tatapan Joshua menjadi lebih cuek. "Kenapa aku mau mengajak Rena keluar?""Emm ...."Jamila seketika kehabisan kata-kata, bagaimana dia harus menjawab pertanyaan ini?Bagaimanapun, ini masalah anak muda. Saat Jamila sedang ragu-ragu, Joshua sudah mengalihkan tatapannya dan berkata dengan cuek, "Aku nggak punya waktu untuk mengajaknya keluar. D
"Apa?"Annie benar-benar tidak bisa memercayai telinganya.Apakah orang ini masih Stella Norris yang sebelumnya masih merasa sangat senang karena dia mendapatkan pekerjaan ini?"Aku ... mungkin kurang cocok ...."Stella mengucapkan alasannya dengan ambigu, tetapi Annie langsung menyadari bahwa ada yang tidak benar. Dia mengernyit dan bertanya, "Ada apa? Jangan-jangan ... terjadi masalah, ya?"Stella tidak langsung menjawab pertanyaan ini. Sesaat kemudian, dia baru menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Annie, apakah kamu nggak merasa bahwa penampilan Brian sangat spesial?"Annie mengangguk.Penampilan Brian memang sangat spesial, anak itu benar-benar tampan!Annie bahkan merasa cemburu!Stella berkata lagi, "Majikanku ... mirip sekali ... dengan Brian ...."Annie seketika tersentak.Setelah sangat lama, dia baru berkata, "Nggak mungkin, deh ....""Mungkin aku yang sudah berpikir terlalu jauh. Tapi, Annie ... kalau ada satu kemungkinan kecil, aku nggak ingin mengambil risiko itu. Brian
Stella menunduk sambil terus memikirkan bagaimana dia harus mengundurkan diri. Apakah dia harus mengatakan bahwa gajinya terlalu rendah atau pekerjaannya terlalu melelahkan? Dia tidak mungkin mengatakan bahwa alasannya adalah karena dia merasa bahwa bosnya sepertinya adalah ayah dari anaknya ....Hal ini benar-benar membingungkan ....Saat Stella sedang ragu-ragu, dia mendengar suara gerakan yang pelan dan melihat pria itu berdiri.Dia pun mengangkat kepalanya dan menatap Joshua. Pria itu juga menatap dirinya dengan tatapan gelap dan berkata, "Dasi.""Oh, baiklah ...."Stella menyembunyikan kepanikannya dan bergegas menyodorkan dasi yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu untuk pria ini.Joshua hanya meliriknya sekilas dengan cuek, lalu melanjutkan pembicaraan tentang pekerjaan dengan Shawn.Tangan Stella sudah mulai pegal, tetapi pria ini sama sekali tidak bermaksud untuk menerima dasinya.Stella pun mengernyit. Apa maksudnya ....Saat Joshua tidak merasakan dasinya, dia menatap Stell
Sambil mengucapkan kata-kata ini, Stella merasa agak gelisah.Dia juga tidak berani menatap mata Joshua secara langsung.Dia tidak tahu ekspresi seperti apa yang ditunjukkan Joshua, tetapi dia jelas-jelas tidak mendengar suara pria ini.Terutama saat dia menyelesaikan ucapannya, suasananya seketika menjadi hening.Dalam sekejap, tatapan Joshua yang gelap seperti berombak.Tangannya yang memegang surat itu tiba-tiba menjadi tegang.Ini pertama kalinya Shawn melihat ekspresi seperti ini di wajah bosnya. Ekspresi ini seperti menunjukkan tanda-tanda badai akan datang .......Stella mengangkat kepalanya dan menatap sepasang mata Joshua yang sangat dingin.Dia pun seketika tercengang.Entah mengapa, dia merasa sangat gugup.Dia tidak menyangka bahwa Joshua akan bereaksi seperti ini. Keluarga Ford yang sangat kaya memiliki karyawan dalam jumlah yang sangat besar. Dia hanyalah seorang pembantu yang rendahan dan benar-benar bukan orang penting bagi mereka.Sambil memikirkan hal ini, Stella rag
Jantung Stella seketika seperti berhenti berdetak.Dia ingin mundur, tetapi pria ini masih memegang dagunya dengan sangat kuat.Dia langsung merasa kesakitan, hingga dia tidak berani asal gerak."Bukan begitu ...."Sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, Joshua memelototinya sambil berkata, "Aku nggak peduli. Stella, kamu sendiri yang memilih untuk masuk ke tempat ini. Kalau aku nggak mengusirmu, nggak usah harap kamu bisa ganti pekerjaan!""Tuan ...."Stella langsung terdiam.Dia masih ingin mengucapkan sesuatu, tetapi Joshua sudah tidak memberinya kesempatan untuk bersuara.Pria ini melepaskan dagunya, lalu langsung pergi.Melihat hal ini, Stella terdiam sangat lama di tempatnya. Hingga saat dia mendengar deru mobil yang menjauh dari vila, dia masih belum tersadar ....Pria ini tidak mengizinkannya untuk mengundurkan diri ....Apa yang sebenarnya dia inginkan?Sejujurnya, Stella sama sekali tidak merasa bahwa pekerjaan ini tidak cocok untuknya. Sebaliknya, sekarang, pekerjaan ini p
Stella melihat ke arah pintu utama dan melihat pria itu turun dari mobil. Seperti yang diduga, Joshua sudah pulang. Stella pun tiba-tiba merasa gugup.Dia bergegas pergi ke koridor. Sesaat kemudian, dia mendengar suara langkah kaki dari lantai bawah, sepertinya itu Joshua.Pada saat ini, Stella makin gugup.Dia berdiri di depan tangga dan merasakan jantungnya berdebar sangat kencang. Melihat pria itu naik tangga, Stella berkata, "Tuan, Anda sudah pulang, ya. Saya ...."Namun, Joshua seperti tidak melihatnya dan langsung berjalan ke ruang baca tanpa menoleh sama sekali.Kata-kata yang ingin Stella ucapkan pun terpaksa dia telan kembali.Dia benar-benar terkejut. Dia menoleh dan hanya bisa melihat sosok pria itu pergi.Kekecewaan pun meluap dalam hatinya.Saat Stella sedang ragu-ragu apakah dia harus mengejar pria itu dan meminta maaf atau tidak, dia melihat Shawn. Saat Shawn melihat ekspresinya, Shawn langsung mengetahui isi pikirannya."Apakah Tuan ... masih marah pada saya?" tanya Ste