Share

Chapter 14

Author: Your Grace
last update Huling Na-update: 2025-03-13 12:37:18

Dirga tiba di depan apartemen dengan langkah berat. Amarah yang tadi ia tahan selama di kantor kini mendidih di dadanya. Namun, sebelum sempat memasukkan angka-angka kode apartemennya, pintu itu terbuka sendiri.

Di ambang pintu, Bima—adik laki-lakinya—berdiri dengan senyum lebar, kedua tangannya penuh dengan berbagai macam boneka unicorn berwarna-warni.

"Halo, Lila! Uncle datang lagi nih bawa unicorn kesukaan Lila!" serunya riang, meskipun gadis kecil itu belum terlihat.

Dirga mengernyit, menatap adiknya dengan tajam. "Apa yang lo lakukan di sini?"

Bima mengangkat bahu santai. "Jelas-jelas mengunjungi keponakan kesayangan gue! Gue dengar dari pengasuhnya kalau dia sedang murung, jadi gue beli ini untuk menghiburnya."

Dirga pun menghela napas dan mulai masuk bersama. Bima langsung berjalan ke ruang tengah, meletakkan boneka-boneka unicorn di sofa, sementara Lila yang baru saja bangun dari tidurnya perlahan menghampiri mereka dengan mata berbinar.

"Lila, lihat! Uncle bawa banyak unicorn
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 15

    Dokter yang memeriksa Lila menatap Dirga dengan tenang sebelum akhirnya berbicara, "Tuan Dirga, putri Anda hanya mengalami demam biasa. Ini wajar terjadi pada anak-anak. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan."Mata Dirga menyala marah mendengar kata-kata itu. Rahangnya mengeras, dan tanpa sadar, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Hanya, kau bilang? Hanya?! Anak saya panas tinggi, napasnya tersengal, dan kau bilang ini hanya demam biasa?" suaranya meninggi, nada tajamnya memenuhi ruangan.Dokter itu tetap tersenyum tenang, sudah terbiasa menghadapi pasien atau keluarga pasien yang panik. Terlebih lagi, pria yang berdiri di hadapannya ini bukan orang sembarangan. Arjuna Dirga Wiratama, seorang pebisnis besar yang dikenal dingin dan arogan."Saya mengerti kekhawatiran Anda, Tuan Dirga," ujar dokter itu dengan nada lembut namun tegas. "Namun, percayalah, kami sudah menangani banyak kasus seperti ini. Putri Anda hanya butuh istirahat yang cukup, hidrasi yang baik, dan per

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 16

    Begitu pintu tertutup dan langkah kaki Dirga menghilang di lorong rumah sakit, Naura menghembuskan napas berat. Tangannya masih menggenggam sendok yang baru saja ia gunakan untuk menyuapi Lila. Namun, sebelum ia bisa benar-benar menenangkan pikirannya, ponselnya tiba-tiba berdering.Naura menatap layar sekilas, nama yang tertera membuatnya sedikit lega—Raffa.Tanpa ragu, ia segera mengangkat panggilan itu. "Halo, Raff?"“Nau gue di depan rumah lo nih. Ayo berangkat bareng gue, biar gue anter lo ke butik”Naura menghela napas pelan, lalu lirih menjawab, "Sorry, Raff, gue lagi nggak di rumah."Raffa terdengar bingung. "Hah? Terus lo di mana?""Ehmm... gue di rumah sakit," jawab Naura.Raffa bertanya dengan nada panik, "Lo sakit, Nau?""Bukan, bukan gue, tapi Lila," jelas Naura.Raffa semakin kaget. "Apa? Lila sakit? Sekarang di rumah sakit mana kalian? Biar gue ke situ."Naura pun memberi alamat rumah sakitnya kepada Raffa.Tak lama kemudian, suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdeng

    Huling Na-update : 2025-03-15
  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 17

    Keesokan paginya, suasana kamar inap Lila terasa lebih hangat. Gadis kecil itu sudah terlihat jauh lebih baik, pipinya yang kemarin pucat kini mulai bersemu kembali. Tawa kecilnya terdengar memenuhi ruangan, terutama karena kehadiran Raffa yang duduk di lantai bermain bersamanya.Sebelumnya, Dirga sempat menolak membiarkan Raffa masuk. Namun, Lila bersikeras ingin bertemu dengan pria itu, dan pada akhirnya, Dirga tak punya pilihan lain selain mengizinkannya masuk dengan ekspresi yang tetap penuh kewaspadaan."Tadaaa! Lihat apa yang Daddy bawa ini buat Lila!" seru Raffa sambil mengeluarkan beberapa boneka kesayangan Lila yang ia bawa dari rumah Naura.Mata Lila berbinar senang. Ia langsung meraih boneka kesayangannya dan memeluknya erat. "Thank you, Uncle!" ucapnya dengan polos.Raffa yang awalnya tersenyum lebar, tiba-tiba mengernyitkan dahinya, merasa ada sesuatu yang aneh. "Uncle?" ulangnya dengan bingung. Biasanya, Lila selalu memanggilnya Daddy Yaffa.Lila mengangguk kecil lalu me

    Huling Na-update : 2025-03-16
  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 18

    Chapter 18Di dalam mobil yang mulai melaju menjauh dari rumah Naura, Anthony melirik sekilas ke arah Dirga yang tampak diam dan termenung. Pria itu tersenyum kecil sebelum akhirnya membuka mulut, mencoba mencairkan suasana."Sepertinya Tuan sedang berpikir keras," ujar Anthony santai. "Tidak biasanya Tuan seserius ini setelah bertemu dengan Lila."Dirga menghela napas pelan, namun tetap menatap lurus ke depan. "Biasa saja," jawabnya singkat.Anthony tertawa kecil, lalu melanjutkan, "Hmm… tadi suasananya seperti keluarga bahagia ya? Apalagi panggilannya juga sangat cocok, 'Mommy' dan 'Daddy'." Nada suaranya sedikit menggoda, meski tetap terdengar sopan.Mendengar itu, rahang Dirga mengeras. Ia menoleh sekilas, menatap Anthony dengan tatapan tajam, tapi asisten pribadinya itu hanya tersenyum penuh arti."Tuan sadar, kan? Lila selalu memanggil Raffa dengan sebutan 'Daddy', sementara Tuan tetap 'Papa'." Anthony melanjutkan dengan nada tenang, namun ada sedikit penekanan di ujung kalimatn

    Huling Na-update : 2025-03-17
  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 19

    "Selama ini kamu tinggal di mana, sayang? Apa kamu kesulitan?" suara Mila Rose bergetar, penuh penyesalan. Matanya kembali berkaca-kaca, menatap putri yang telah ia tinggalkan bertahun-tahun lamanya. "Maafkan Mama dan Papa, ya? Kamu pulang saja ke rumah."Naura menunduk, meremas tangannya sendiri di bawah meja. Keinginannya untuk memperbaiki hubungan dengan orang tuanya memang besar, tetapi kembali ke rumah yang penuh dengan kenangan menyakitkan? Ia tidak yakin sudah siap untuk itu."Ma, aku baik-baik saja," jawab Naura dengan suara lembut namun tegas. "Selama ini aku tinggal di London. Aku juga bekerja di sebuah butik. Memang tidak besar, tapi gajinya cukup untuk aku dan Lila. Aku... aku sudah memaafkan Mama dan Papa. Tapi untuk kembali ke rumah, biarkan aku tetap seperti ini dulu, ya?"Ethan Prasetya Lark yang sejak tadi diam, menghela napas panjang. Pria itu terlihat jauh lebih tua dibanding lima tahun lalu, dengan kerutan di wajah yang semakin dalam. Ia menatap putrinya dengan sor

    Huling Na-update : 2025-03-18
  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 20

    Setelah puas memandangi Lila, Dirga pun berniat pulang. Namun, saat menoleh ke arah sofa, ia melihat Naura sudah tertidur pulas di sana. Rasa bersalah menyelusup di hatinya. Ia tahu perempuan itu pasti sangat lelah. Dengan langkah pelan, ia mendekati sofa dan menatap Naura yang tidur dengan begitu damai.Walaupun Naura mengenakan piyama panjang, tetap saja ada sesuatu yang menggoda dalam ketenangan wajahnya. Dirga mengumpat dalam hati, mencoba menepis pikiran yang mulai berkelebat di kepalanya.Tanpa berpikir panjang, ia membungkuk dan mengangkat Naura dalam gendongan bridal style. Perempuan itu menggeliat kecil, tetapi tetap terlelap. Dengan hati-hati, Dirga membawanya ke tempat tidur dan membaringkannya di samping Lila.Saat diperhatikan, gaya tidur ibu dan anak itu terlihat begitu mirip. Dirga tersenyum kecil, merasa ada kehangatan yang menjalar dalam dirinya. Tanpa sadar, ia mengeluarkan ponselnya dan memotret mereka berdua.Dirga menatap layar ponselnya, melihat hasil foto yang b

    Huling Na-update : 2025-03-19
  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 21

    Selama di perjalanan, Dirga bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal di benak ibunya. Sari Dewi terus saja melirik ke arahnya, sesekali seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi menahannya. Rasa penasaran mulai mengusik pikirannya."Ma, kenapa terus menatap Dirga? Ada yang mau Mama tanyakan?" akhirnya Dirga bertanya, mencoba memecah keheningan.Sari Dewi terdiam sejenak, ragu apakah ia harus mengungkapkan pertanyaannya. Namun, dorongan hatinya terlalu kuat untuk diabaikan. Dengan nada setengah bercanda, ia bertanya, "Mas, kamu nggak punya anak di luar sana, kan?"Dirga yang baru saja akan menginjak pedal gas mendadak menghentikan mobilnya dengan kasar. Jantungnya berdegup kencang, tangan yang masih memegang kemudi terasa sedikit berkeringat. Napasnya tercekat, dan pikirannya langsung berkelana ke berbagai kemungkinan."Apa Mama tahu? Dari mana Mama bisa berpikir seperti itu? Apa mungkin Bima yang memberitahu?" pikirnya panik.Sari Dewi memperhatikan reaksi putranya dengan seksama. Me

    Huling Na-update : 2025-03-20
  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 22

    Suasana di meja terasa canggung. Naura dan Bima duduk berhadapan, masing-masing berusaha mengatur napas mereka yang tiba-tiba terasa berat. Tidak ada kata-kata yang keluar, hanya tatapan yang sesekali saling bertemu sebelum buru-buru dialihkan.Namun, di tengah ketegangan itu, satu suara kecil terus mengisi keheningan."Mommy! Bulgelnya enak banget!" seru Lila riang, menggoyangkan kakinya dengan semangat. "Uncle, you should tly it too!"Bima, yang sedari tadi diam, tersenyum kecil melihat antusiasme bocah itu. "Oh ya? Seenak itu?" tanyanya lembut.Lila mengangguk cepat, pipinya menggelembung karena penuh makanan. "Yes! This is my favolite!" Ia lalu menyodorkan sepotong burgernya ke arah Bima. "Tly it, Uncle!"Naura merasa jantungnya berdetak semakin cepat. Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin Lila mengenal Bima? Dan yang lebih mengejutkan, kenapa Bima juga tampak seolah sudah pernah bertemu dengan putrinya?"Lila sayang, kapan kamu bertemu Uncle Bima?" tanya Naura dengan suara setenang m

    Huling Na-update : 2025-03-21

Pinakabagong kabanata

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 38

    Hari berjalan seperti biasa. Dirga mengantar Lila ke sekolah, lalu kembali ke rutinitas kantornya. Tapi kali ini, semua terasa… lain. Ia tak bisa sepenuhnya fokus. Wajah Naura terus terbayang, begitu juga nama itu—Bima.Selama ini, ia pikir semua sudah selesai. Ia percaya, masa lalu Naura hanyalah bagian dari cerita yang tak perlu disentuh lagi. Tapi kenyataan semalam mengguncang keyakinan itu.Ia mencoba menahan diri untuk tidak menghubungi Naura. Janji mereka sudah jelas: nanti malam. Tapi rasa penasaran, cemas, dan… cemburu, terus menggerogoti.Ketika malam akhirnya datang, Dirga muncul kembali di depan pintu rumah Naura. Kali ini tanpa Lila, yang sudah tertidur lelap di dalam kamar.Naura membukakan pintu, wajahnya lelah tapi tenang. Ia membiarkan Dirga masuk tanpa kata.Mereka duduk di ruang tengah, lampu temaram menyinari ruangan. Di antara mereka, ada jarak yang biasanya tak pernah ada.“Aku nggak suka caramu diem-diem ketemu Bima di apartemenku,” kata Dirga membuka percakapan,

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 37

    Tengah malam, Dirga terbangun perlahan. Tenggorokannya terasa kering, dan tubuhnya masih berat karena efek obat. Ia mengerjap pelan, mencoba membiasakan mata pada gelap yang hanya diterangi cahaya redup dari lampu tidur di pojok ruangan.Refleks, tangannya meraba sisi ranjang. Kosong.Ia menoleh. Tak ada Lila, tak ada Naura. Hanya selimut yang sedikit berantakan dan boneka kelinci yang tergeletak sendirian, seperti kehilangan pemiliknya. Dirga mendadak sepenuhnya sadar. Ia bangkit duduk, menahan pusing yang masih berdenyut pelan di pelipisnya.“Naura…?” panggilnya lirih, berharap sosok itu muncul dari kamar mandi atau dapur. Tapi tak ada jawaban. Hening.Ia segera bangkit dari ranjang, meski lututnya masih terasa lemas. Langkahnya membawanya ke ruang tengah. Tak ada siapa pun. Sepatu kecil dan sepatu perempuan yang tadi sempat tertata rapi di depan pintu juga sudah tak ada. Meja masih sama, kursi masih di tempatnya, hanya udara yang terasa… berbeda. Kosong.Dirga menoleh ke meja kerja

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 36

    Setelah makan dan minum obat, Dirga mulai tertidur dengan lebih tenang. Napasnya sudah tak seberat tadi, meski sesekali masih terdengar batuk kecil. Lila ikut berbaring di sisi Dirga, memeluk boneka kelincinya dan sesekali menatap wajah ayah yang baru beberapa bulan lalu ia kenal, tapi sudah langsung ia peluk seperti dunia kecil miliknya.Naura duduk di kursi dekat ranjang, tangannya menyentuh lututnya sendiri—bingung harus menatap ke mana. Ia belum terbiasa dengan suasana ini. Satu ruangan dengan laki-laki yang bukan siapa-siapanya, tapi entah bagaimana, perlahan terasa... familiar. Hangat. Aneh.Pandangan matanya melayang ke sekeliling ruangan. Rapi, minimalis, dan sangat sunyi. Tak ada tanda-tanda kehadiran perempuan lain, bahkan tak ada hiasan yang menunjukkan kehidupan sosial. Hanya... kesepian.Di meja kerja, sebuah bingkai foto menarik perhatiannya. Ia bangkit, melangkah pelan ke sana dan meraihnya. Terlihat Lila tertawa lepas, memeluk boneka kelincinya sambil berdiri di depan

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 35

    Naura menatap Lila yang masih berbicara di telepon dengan semangat, meskipun sesekali terdengar nada cemberut kecil dari suaranya. Ia tahu, betapapun Lila marah karena tak dijemput, rindu tetap lebih besar dari kecewa. Setelah beberapa menit, Lila akhirnya mengembalikan ponsel itu, wajahnya sedikit lebih tenang."Sudah, Mom. Daddy bilang nanti kalau udah sehat, dia jemput lagi," ujar Lila sambil mengelus boneka kelincinya, seolah boneka itu pun perlu diyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.Naura tersenyum kecil, lalu melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir terlambat."Ayo, Sayang. Kita harus berangkat sekarang," ucapnya lembut sambil menggandeng tangan putrinya.Lila mengernyit. "Pakai mobil siapa, Mom? Mobil kita kan di bengkel."Naura menarik napas, matanya memandang keluar jendela ke jalanan yang mulai ramai. "Kita naik taksi, Sayang. Mommy udah pesan tadi."Beberapa hari yang lalu, mobil mereka tiba-tiba mogok di tengah perjalanan pulang, dan sejak itu masih belum s

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 34

    Sesampainya di kebun binatang, Lila langsung melompat kegirangan. Matanya berbinar melihat berbagai spanduk dan patung hewan yang menyambut pengunjung di pintu masuk. Ia menggenggam tangan Dirga dan Naura erat, menarik mereka berdua dengan penuh semangat."Daddy, Mommy, ayo cepat! Aku mau lihat jilaft dulu!" serunya dengan penuh antusias.Dirga dan Naura hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah putri kecil mereka. Mereka pun berjalan mengikuti Lila yang setengah berlari menuju kandang jerapah. Begitu sampai, Lila langsung menempel di pagar pembatas, menatap kagum ke arah jerapah yang tengah mengunyah dedaunan."Daddy, Daddy! Itu jilaft, kan?" tanyanya dengan penuh semangat, sembari mengangkat kamera kecilnya untuk mengambil foto.Dirga mengangguk. "Iya, sayang. Itu jerapah. Jerapah punya leher panjang supaya bisa mengambil daun di pohon yang tinggi."Lila manggut-manggut sambil mengarahkan kameranya. "Aku halus foto!" katanya, lalu mengabadikan momen itu dengan lensa kecilnya. Setelah

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 33

    Setelah sarapan bersama yang disiapkan oleh Dirga, suasana mulai mencair. Meski masih ada ketegangan di antara mereka, setidaknya mereka bisa menikmati momen kecil sebagai keluarga. Dirga dengan sigap membantu Lila memakai sepatu, sementara Naura merapikan tas kecil putrinya."Kita siap berangkat?" tanya Dirga sambil tersenyum."Siap!" seru Lila dengan semangat.Mereka bertiga pun berangkat ke sekolah Lila. Selama di perjalanan, Lila bercerita dengan antusias tentang tugas sekolahnya. "Mommy, Daddy, di sekolah aku ada tugas! Aku halus foto sama binatang!" katanya dengan mata berbinar.Dirga melirik Naura sekilas sebelum menatap putri kecilnya dengan penuh kasih. "Bagaimana kalau kita pergi ke kebun binatang?" usulnya santai.Lila langsung menoleh dengan wajah penuh kegembiraan. "Leally, Daddy?" tanyanya dengan mata berbinar.Dirga terkekeh dan mengusap rambut putrinya dengan lembut. "Of course, honey. Kita bisa pergi setelah sekolah. Gimana, Mommy?" Kini tatapannya tertuju pada Naura,

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 32

    Setelah Bima pergi, keheningan kembali menyelimuti ruang tamu. Naura duduk memeluk dirinya sendiri, menatap kosong ke arah jendela yang memantulkan bayangan dirinya—wajah yang dulu penuh harapan, kini hanya menyisakan lelah dan luka.Hatinya terasa kosong. Semua yang ia pendam selama bertahun-tahun akhirnya terucap, namun mengapa rasanya masih seberat ini? Apakah karena kenyataan tak pernah benar-benar bisa menghapus masa lalu? Ataukah karena bayang-bayang itu akan selalu mengikutinya, kemanapun ia pergi?Naura menarik napas panjang, mencoba meredakan gemuruh dalam dadanya. Lila sedang tidur di kamar, tidak tahu apa yang baru saja terjadi antara ibunya dan pria yang dulu ia cintai. Dan kini, Naura harus memikirkan langkah selanjutnya.Pikirannya melayang ke London—tempat yang dulu memberinya pelarian, tempat di mana ia sempat merasakan kebebasan, jauh dari bayang-bayang Bima, Dirga, dan semua kenangan pahit yang menyesakkan. Ia bisa kembali ke sana, memulai dari awal sekali lagi. Lond

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 31

    Setelah semua tenang—setelah isak Naura perlahan mereda dan Bima duduk terpaku di lantai, masih dengan dada yang sesak dan wajah tertunduk dalam diam—Naura akhirnya mengambil napas panjang. Ia berdiri perlahan, menarik piyamanya yang terbuka, lalu mengancingkannya satu per satu dengan tangan yang sedikit gemetar. Tak ada kemarahan di wajahnya, hanya kelelahan dan luka yang baru saja bertambah satu.Dengan suara pelan, nyaris seperti bisikan, Naura berkata, “Kita ke ruang tamu, ya.”Bima hanya mengangguk, tak mampu menatap mata Naura. Ia mengikuti langkah perempuan itu, duduk di ujung sofa yang sempit, sementara Naura duduk tak jauh darinya, menyisakan jarak di antara mereka—jarak yang terasa lebih lebar dari sekadar satu dudukan kursi.Beberapa detik hening. Hanya detak jam dinding yang terdengar. Lalu Naura bicara, pelan dan hati-hati.“Ada yang mau kamu bicarakan, Bim?” tanyanya pelan, tanpa menoleh.Bima terdiam sejenak. Hatinya masih berdegup kencang, bukan karena amarah, tapi kar

  • Ibu dari Anak Kakaknya Mantan   Chapter 30

    Saat ini, di kediaman keluarga Wiratama, suasana jauh dari kata tenang. Raden Wijaya Kusuma Wiratama, sang kepala keluarga, berdiri di tengah ruang tamu dengan napas berat dan rahang mengeras. Sorot matanya tajam, menyimpan bara yang sudah lama terpendam, kini disulut oleh kenyataan pahit yang baru saja ia dengar—dari mulut anak keduanya, Bima.“Jadi maksudmu, selama ini Dirga menyembunyikan semuanya dari kita?” suaranya berat, tapi tetap berwibawa. “Dan kamu tahu… tapi baru bilang sekarang?”Bima menunduk sedikit, menyadari ketegangan yang ia picu. “Bima gak tahu semua detailnya, Pah. Tapi itu benar… itu anaknya Mas Dirga. Bima udah pastikan sendiri, langsung nanya ke Mas Dirga.”Dalam hati, Bima berharap dengan membuka semuanya seperti ini, Dirga akan menjauh dari Naura. Ia tahu betul watak sang ayah—Raden Wijaya Kusuma Wiratama—lelaki yang menjunjung tinggi martabat dan kehormatan keluarga. Seseorang seperti Ayahnya pasti tidak akan bisa menerima cucu yang lahir dari hubungan di lu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status