Share

Bab 2

Penulis: Diyanti
Aku dengan mata berkaca memohonnya.

"Enggak, dulu saat aku hamil ASI nya sudah banyak. Sekarang anakku sudah tidak ada, ASI nya tidak juga berkurang, pasti cukup diminum."

"Iya kah?"

Pemburu mengernyutkan alisnya yang tebal hitam, setengah percaya, setengah meragukan.

Dia ragu dan menggunakan tangannya memegang, kakiku lemas, tetapi hanya bisa kutahan. Kemudian, dia menunduk, membuat aku merasa merinding.

"Jangan......"

Ini tenaganya lebih kuat dari anak bayi.

Dia dengan tidak jelas berkata, "Harus coba baru bisa tahu."

ASI yang tidak habis untuk anak bayi, sangat cepat sudah habis.

Aku jatuh lemas tanpa tenaga di dalam pelukannya, sebenarnya harus merasa malu, tetapi tubuhku malah ada rasa yang aneh.

Aku menjepit kedua kakiku, takut dia menyadari sesuatu.

Pertama kali ASI bahkan setetes pun nggak ada, tetapi orang tersebut masih tidak puas, mengangkat kepala dan menjilat bibirnya.

"ASI yang hanya begini saja, beraninya bilang banyak."

Dia menamparku.

"Plak!"

Tenaganya tidak kuat, tetapi seperti pukul di wajahku. Rasa yang sakit dan gatal, dalam hatiku ingin lebih banyak lagi.

Rose Rose, kenapa kamu jadi begini?

Apakah karena kesepian terlalu lama?

Dalam hatiku merasa sedih, tetapi aku mengiggit bibirku dan tidak berani bicara.

Karena tidak pernah banding dengan orang lain, aku juga tidak pasti apakah ini benaran hanya sedikit?

Karena kelakuannya, aku hanya bisa menerimanya.

Menghabiskan 4 juta membeli ibu susu yang ASI nya tidak banyak, memberi makan ke satu orang lagi, bukan hal yang tidak bisa diterima.

Untungnya pemburu tidak melakukan apa-apa lagi, aku menghela nafas, berpikir sejenak dan tidak menggunakan pakaian dalam.

Setelah membereskan pakaian, pemburu pergi memasak.

Aku dengan hati-hati melihat di samping, mencium bau daging di dalam panci, perutku mulai bersuara.

Aku malu sekali.

Semenjak menikah sama suami, aku hanya bisa mencium sedikit bau minyak yang dimasak untuk ibu mertua dan adik ipar saat tahun baru.

Kondisi tubuhnya tidak baik, tidak bisa pergi berladang, apalagi berburu di gunung.

Di rumah semuanya serba kekurangan, dan tidak ada yang bisa dilakukan.

Pemburu itu tertawa sedikit, "Pergi ke sana duduk, tunggu makan."

Apa maksudnya ini...

Apakah aku juga ada bagiannya?

Aku gelisah, tidak pernah ada pengalaman melihat orang lain memasak. Tetapi dia sendiri melakukannya dengan teratur, aku sama sekali tidak tahu harus membantu di mana.

"Aku masak biasa saja, cobalah untuk dimakan."

Dia menyajikan nasi, lalu mendorong daging dan sayuran di dalam mangkuk ke arahku.

Akhirnya aku bisa yakin bahwa itu untukku, perlahan menelan air liur, sesekali memerhatikan gerak-geriknya dan mulai makan.

Meskipun dia bisa memukulku sampai mati, setidaknya sebelum mati aku harus merasakan dagingnya.

Benar-benar daging, gerakanku saat mengambilnya semakin cepat tanpa sadar, rasanya seperti yang pernah kucoba sebelum menikah.

Setelah menghabiskan nasi, aku baru sadar seberapa besar nafsu makanku. Dengan marah aku ingin memukul mulutku sendiri, tapi aku tidak bisa menipu perutku yang kenyang dan nyaman.

"Makan gini saja?" Pemburu mengernyutkan alisnya, "Tidak makan lebih banyak yang minyak, bagaimana kamu bisa ada ASI?"

Yang dia tahu juga sangat banyak.

Suaraku kecil seperti nyamuk, "Aku sudah makan banyak."

Dia tidak percaya, dalam beberapa suapan, nasi ketiganya habis. Memegang aku dan memasukkan tangannya ke dalam bajuku, aku terkejut dan takut, lalu aku baru sadar dia sedang memegang perutku.

Dia dengan terpaksa mengangguk kepala, "Lumayan."

Tangannya masih belum pergi, dengan tidak rela melihat apakah payudara mengeluarkan ASI baru mengeluarkan tangannya.

Aku melihat dia mencium tangannya.

"Wanita itu memang wangi." Dia tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang putih seperti gading. "Terutama janda muda."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 3

    Dia membawa alat-alat berburu dan keluar untuk berburu, sementara aku ditinggalkan di rumah.Selain pintu tempat anak, semua tempat di rumah ini tidak terkunci. Barang-barang berharga dan berbagai daging yang belum diproses dibiarkan begitu saja di lantai, tampak seolah-olah mudah untuk aku ambil.Jika aku ingin melarikan diri, ini adalah kesempatan yang baik.Tapi aku ragu, aku ini seorang janda muda yang lemah, seberapa jauh bisa aku lari?Belum lagi, jika orang-orang di desa punya niat jahat, aku tidak akan punya jalan hidup.Sedangkan pemburu itu meskipun sering melakukan hal-hal yang kasar, tetap memperlakukanku seperti manusia.Aku menghela napas, lalu mulai merapikan barang-barang yang berserakan di seluruh rumah.Setelah sibuk sepanjang hari, hingga matahari hampir terbenam, pemburu itu baru kembali membawa dua ayam hutan.Begitu masuk, dia terkejut, "Ini... ini semua kamu yang lakukan? Rasanya bukan rumahku lagi."Aku memijat pinggang, memang, tempat tinggal pria lajang memang

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 4

    Anak itu terbangun.Aku segera menggendongnya dan menenangkan, pemburu itu hanya bisa melihat anak itu dengan pasrah, lalu mengganti popoknya.Dia sendiri merawat anak itu dengan sangat baik, seolah-olah aku tidak banyak berguna, terutama aku masih belum ada ASI.Aku sangat takut menjadi orang yang tidak berguna, dan akhirnya dijual ke tempat yang lebih jauh. Jadi, meskipun otakku sedikit lebih jernih, aku tidak ingin memikirkan pelancaran ASI tadi.Setelah meletakkan anak itu kembali, tengah malamnya tidur dengan tenang. Dia menjadi lebih tenang, dan aku pun pertama kali tidur dengan nyaman.Ketika aku bangun, dia sudah tidak ada.Di luar, matahari sudah tinggi, aku belum pernah tidur sampai jam segini. Aku merasa malu dan bersalah, ingin melakukan sesuatu, tapi ternyata ada nasi yang dimasak di atas kompor.Dia bahkan sudah memasak sup ayam.Aku agak ragu untuk meminumnya, teringat bahwa dia selalu tidak puas dengan ASI ku yang sedikit. Dengan nekat, aku minum dua mangkok, lalu pergi

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 5

    "Benaran jadi lebih besar." Dia memulai gerakannya dan tersenyum, "Janda muda, aku sudah bilang kalau ini berguna."Aku dengan wajah yang merah menjawabnya iya.Sebenarnya......ini juga lumayan nyaman.Hanya saja bagian itu yang memalukan, tiap kali harus menjepit dengan keras kedua kaki, takut dia menyadari.Hari-hari berlalu begitu tenang tanpa gangguan, hanya dalam beberapa hari, aku sudah tidak memikirkan lagi hal-hal yang terjadi sebelumnya.Daging tersedia setiap hari, sayur ada di setiap hidangan, dan beras serta tepung halus sudah pasti ada.Keberanianku semakin besar karena dia, begitu juga dengan nafsu makanku. Tubuhku tidak terlalu gemuk, tetapi lemaknya menumpuk di tempat yang tepat.Mungkin ini manfaat dari menyusui.Makan makanan enak tanpa perlu terlalu banyak kerja keras, kulitku cepat menjadi putih dan kemerahan. Seolah-olah jika ditekan sedikit, bisa mengeluarkan cairan.ASI ku memang semakin banyak.Tapi tentu saja tidak akan terbuang, pemburu itu tidak akan mengeluh

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 6

    Aku tidak tahu harus berkata apa, ada perasaan aneh di dalam hatiku.Belum pernah ada yang begitu khawatir samaku.Dengan ragu, aku memeluknya, "Aku tidak lari."Dia melepas pelukannya, "Kamu sudah dijual kepadaku, sekarang kamu milikku. Jika ada yang kamu inginkan, bilang saja, semuanya akan aku berikan, tidak boleh lari, dengar?"Aku akhirnya menjawab, "Dengar."Kemana lagi aku bisa pergi?Dia membawa ember dengan satu tangan dan memegangku dengan tangan satunya lagi, lalu kami pulang ke rumah."Pakaian bisa aku cuci nanti, kamu tidak perlu mencuci. Air di tepi sungai terkadang deras, bisa-bisa terbawa arus dan itu akan bahaya."Di lantai rumah terdapat gula dan garam yang tersebar, sepertinya begitu dia pulang dan melihat aku tidak ada, dia melemparkan barang-barang itu dan langsung pergi mencariku.Aku merasa sedikit tersentuh, juga sedikit manis.Dia menyimpan makanan yang masih bisa dimakan, "Lain kali akan pergi lagi."Katanya akan pergi lain kali, tapi keesokan harinya, begitu

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 7

    Bagaimana dia bisa begini?Memalukan sekali, aku sampai masuk ke dalam selimut terus, tetapi dia memegang pergelangan kakiku tidak membiarkanku pergi.Akhirnya karena anak bangun dan menangis baru aku dilepaskan.Setelah dia menenangkan anak, melihat aku yang di atas kasur, tersenyum dan pergi.Hidup kembali seperti biasa. Keluarga pemburu memang tinggal jauh dari desa, biasanya tidak ada orang yang datang. Kadang-kadang aku keluar untuk memetik sayur, tidak lagi pergi ke tepi sungai, dan tidak pernah bertemu dengan siapa pun. Namun, hari ini, ada orang yang datang. Aku pikir itu mungkin seseorang yang lewat dan meminta si pemburu untuk membantu, namun ternyata langkahnya langsung menuju ke dalam. Suara kerasnya terdengar, "Rose, Rose, ibu datang untuk melihatmu."Ibu sudah lama meninggal, suara keras seperti itu pasti berasal dari ibu mertua. Dia masuk, melihat bahwa si pemburu tidak ada di rumah, matanya langsung bersinar. Lalu dia melihat banyak barang berharga di rumah, tanpa r

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 8

    Pemburu langsung menendangnya.Melihat penampilanku yang memalukan, matanya terlihat sangat marah, mengangkat pisaunya mau memotong kepala wanita tua itu."Jangan!"Aku buruan menghalanginya.Wanita tua itu sudah susah bernapas, aku tentu saja tidak kasihan padanya, tapi takut pemburu akan ditangkap dan dimasukkan ke penjara.Dia baru menahan emosinya dan melempar wanita tua itu keluar.Kembali ke rumah dan mengobati aku, aku merasa tidak enakan, karena obat yang ditangannya kelihatan sangat mahal."Hanya ada beberapa cakaran saja, tidak perlu menggunakan ini."Wajahnya masih sangat kejam, seperti ingin membunuh orang."Kalau sampai ada bekas luka, tidak berguna juga membunuhnya."Aku tidak berani berbicara lagi, kenapa dia kejam sekali? Setiap kata-katanya mau membunuh orang, cara dia mengangkat pisau juga sangat mahir.Apa jangan-jangan dia pernah membunuh orang?Muncul pikiran ini, awalnya aku sedikit takut. Tetapi melihat dia sedang serius mengoles obat, menjadi tidak takut lagi.K

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 9

    Aku merasa senang untuknya, namun juga sedih untuk diriku sendiri. Mataku tanpa sadar terasa basah, dan aku pun bertanya hal yang seharusnya tidak kutanyakan. "Kalau begitu, apakah nanti kamu masih akan kembali menemuiku?" "Kamu tidak mau ikut denganku?" Dia terkejut, lalu terlihat marah dan cemas. "Kamu sudah nyaman tinggal di sini? Kalau begitu aku tidak akan pergi, kita terus hidup seperti ini." Dia berkata begitu sambil menatap wajahku. Aku belum sempat merespons, dia sudah tiba-tiba berubah ekspresi menjadi serius. "Atau kamu tidak mau ikut dengan aku, lebih memilih untuk menjaga dirimu demi suamimu yang sudah mati?" "Tidak." Aku sudah lama melupakan suamiku, hanya saja aku tidak menyangka pemburu ingin membawaku pergi ke ibu kota untuk hidup enak. Bahkan lebih tidak kusangka lagi, dia bersedia tinggal di desa kecil ini demi aku.Di saat aku terdiam, dia sudah membawaku ke atas kasur.Kelihatannya masih tidak percaya, "Untuk apa menjaga dirimu demi dia lagi?"Aku buruan me

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 1

    Setelah suami mati, anak di dalam perutku juga tidak selamat. Belum sempat merasakan kesedihan selama beberapa hari, adik iparku yang cemas mengajak ibu mertua untuk menjualku.Di saat rumah sedang ribut, pemburu yang penyendiri di desa kebetulan lewat, melihat payudaraku yang bengkak, langsung membeliku.Aku diam-diam menangis dan ikut pemburu itu pulang, dan sudah nekat mau gantung diri."Janda muda, kamu nangis apa?"Pemburu mengernyutkan dahinya, wajahnya tampak semakin seram.Dia adalah orang luar yang masuk desa beberapa tahun yang lalu, dan biasanya tinggal sangat jauh. Aku bahkan tidak tahu namanya."Mm!"Tangannya yang kasar dengan tanpa rasa sungkan memegang payudaraku. Payudara yang penuh dengan ASI tidak tahan dengan rangsangan ini, seketika baju bagian tersebut langsung basah.Aku seketika tidak kuat berdiri, dia dengan cepat memegang pinggangku dan dengan puas mencium aroma baju yang basah."ASI begitu cukup, tidak salah membeli orang juga."Aku di dalam pelukannya sangat

Bab terbaru

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 9

    Aku merasa senang untuknya, namun juga sedih untuk diriku sendiri. Mataku tanpa sadar terasa basah, dan aku pun bertanya hal yang seharusnya tidak kutanyakan. "Kalau begitu, apakah nanti kamu masih akan kembali menemuiku?" "Kamu tidak mau ikut denganku?" Dia terkejut, lalu terlihat marah dan cemas. "Kamu sudah nyaman tinggal di sini? Kalau begitu aku tidak akan pergi, kita terus hidup seperti ini." Dia berkata begitu sambil menatap wajahku. Aku belum sempat merespons, dia sudah tiba-tiba berubah ekspresi menjadi serius. "Atau kamu tidak mau ikut dengan aku, lebih memilih untuk menjaga dirimu demi suamimu yang sudah mati?" "Tidak." Aku sudah lama melupakan suamiku, hanya saja aku tidak menyangka pemburu ingin membawaku pergi ke ibu kota untuk hidup enak. Bahkan lebih tidak kusangka lagi, dia bersedia tinggal di desa kecil ini demi aku.Di saat aku terdiam, dia sudah membawaku ke atas kasur.Kelihatannya masih tidak percaya, "Untuk apa menjaga dirimu demi dia lagi?"Aku buruan me

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 8

    Pemburu langsung menendangnya.Melihat penampilanku yang memalukan, matanya terlihat sangat marah, mengangkat pisaunya mau memotong kepala wanita tua itu."Jangan!"Aku buruan menghalanginya.Wanita tua itu sudah susah bernapas, aku tentu saja tidak kasihan padanya, tapi takut pemburu akan ditangkap dan dimasukkan ke penjara.Dia baru menahan emosinya dan melempar wanita tua itu keluar.Kembali ke rumah dan mengobati aku, aku merasa tidak enakan, karena obat yang ditangannya kelihatan sangat mahal."Hanya ada beberapa cakaran saja, tidak perlu menggunakan ini."Wajahnya masih sangat kejam, seperti ingin membunuh orang."Kalau sampai ada bekas luka, tidak berguna juga membunuhnya."Aku tidak berani berbicara lagi, kenapa dia kejam sekali? Setiap kata-katanya mau membunuh orang, cara dia mengangkat pisau juga sangat mahir.Apa jangan-jangan dia pernah membunuh orang?Muncul pikiran ini, awalnya aku sedikit takut. Tetapi melihat dia sedang serius mengoles obat, menjadi tidak takut lagi.K

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 7

    Bagaimana dia bisa begini?Memalukan sekali, aku sampai masuk ke dalam selimut terus, tetapi dia memegang pergelangan kakiku tidak membiarkanku pergi.Akhirnya karena anak bangun dan menangis baru aku dilepaskan.Setelah dia menenangkan anak, melihat aku yang di atas kasur, tersenyum dan pergi.Hidup kembali seperti biasa. Keluarga pemburu memang tinggal jauh dari desa, biasanya tidak ada orang yang datang. Kadang-kadang aku keluar untuk memetik sayur, tidak lagi pergi ke tepi sungai, dan tidak pernah bertemu dengan siapa pun. Namun, hari ini, ada orang yang datang. Aku pikir itu mungkin seseorang yang lewat dan meminta si pemburu untuk membantu, namun ternyata langkahnya langsung menuju ke dalam. Suara kerasnya terdengar, "Rose, Rose, ibu datang untuk melihatmu."Ibu sudah lama meninggal, suara keras seperti itu pasti berasal dari ibu mertua. Dia masuk, melihat bahwa si pemburu tidak ada di rumah, matanya langsung bersinar. Lalu dia melihat banyak barang berharga di rumah, tanpa r

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 6

    Aku tidak tahu harus berkata apa, ada perasaan aneh di dalam hatiku.Belum pernah ada yang begitu khawatir samaku.Dengan ragu, aku memeluknya, "Aku tidak lari."Dia melepas pelukannya, "Kamu sudah dijual kepadaku, sekarang kamu milikku. Jika ada yang kamu inginkan, bilang saja, semuanya akan aku berikan, tidak boleh lari, dengar?"Aku akhirnya menjawab, "Dengar."Kemana lagi aku bisa pergi?Dia membawa ember dengan satu tangan dan memegangku dengan tangan satunya lagi, lalu kami pulang ke rumah."Pakaian bisa aku cuci nanti, kamu tidak perlu mencuci. Air di tepi sungai terkadang deras, bisa-bisa terbawa arus dan itu akan bahaya."Di lantai rumah terdapat gula dan garam yang tersebar, sepertinya begitu dia pulang dan melihat aku tidak ada, dia melemparkan barang-barang itu dan langsung pergi mencariku.Aku merasa sedikit tersentuh, juga sedikit manis.Dia menyimpan makanan yang masih bisa dimakan, "Lain kali akan pergi lagi."Katanya akan pergi lain kali, tapi keesokan harinya, begitu

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 5

    "Benaran jadi lebih besar." Dia memulai gerakannya dan tersenyum, "Janda muda, aku sudah bilang kalau ini berguna."Aku dengan wajah yang merah menjawabnya iya.Sebenarnya......ini juga lumayan nyaman.Hanya saja bagian itu yang memalukan, tiap kali harus menjepit dengan keras kedua kaki, takut dia menyadari.Hari-hari berlalu begitu tenang tanpa gangguan, hanya dalam beberapa hari, aku sudah tidak memikirkan lagi hal-hal yang terjadi sebelumnya.Daging tersedia setiap hari, sayur ada di setiap hidangan, dan beras serta tepung halus sudah pasti ada.Keberanianku semakin besar karena dia, begitu juga dengan nafsu makanku. Tubuhku tidak terlalu gemuk, tetapi lemaknya menumpuk di tempat yang tepat.Mungkin ini manfaat dari menyusui.Makan makanan enak tanpa perlu terlalu banyak kerja keras, kulitku cepat menjadi putih dan kemerahan. Seolah-olah jika ditekan sedikit, bisa mengeluarkan cairan.ASI ku memang semakin banyak.Tapi tentu saja tidak akan terbuang, pemburu itu tidak akan mengeluh

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 4

    Anak itu terbangun.Aku segera menggendongnya dan menenangkan, pemburu itu hanya bisa melihat anak itu dengan pasrah, lalu mengganti popoknya.Dia sendiri merawat anak itu dengan sangat baik, seolah-olah aku tidak banyak berguna, terutama aku masih belum ada ASI.Aku sangat takut menjadi orang yang tidak berguna, dan akhirnya dijual ke tempat yang lebih jauh. Jadi, meskipun otakku sedikit lebih jernih, aku tidak ingin memikirkan pelancaran ASI tadi.Setelah meletakkan anak itu kembali, tengah malamnya tidur dengan tenang. Dia menjadi lebih tenang, dan aku pun pertama kali tidur dengan nyaman.Ketika aku bangun, dia sudah tidak ada.Di luar, matahari sudah tinggi, aku belum pernah tidur sampai jam segini. Aku merasa malu dan bersalah, ingin melakukan sesuatu, tapi ternyata ada nasi yang dimasak di atas kompor.Dia bahkan sudah memasak sup ayam.Aku agak ragu untuk meminumnya, teringat bahwa dia selalu tidak puas dengan ASI ku yang sedikit. Dengan nekat, aku minum dua mangkok, lalu pergi

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 3

    Dia membawa alat-alat berburu dan keluar untuk berburu, sementara aku ditinggalkan di rumah.Selain pintu tempat anak, semua tempat di rumah ini tidak terkunci. Barang-barang berharga dan berbagai daging yang belum diproses dibiarkan begitu saja di lantai, tampak seolah-olah mudah untuk aku ambil.Jika aku ingin melarikan diri, ini adalah kesempatan yang baik.Tapi aku ragu, aku ini seorang janda muda yang lemah, seberapa jauh bisa aku lari?Belum lagi, jika orang-orang di desa punya niat jahat, aku tidak akan punya jalan hidup.Sedangkan pemburu itu meskipun sering melakukan hal-hal yang kasar, tetap memperlakukanku seperti manusia.Aku menghela napas, lalu mulai merapikan barang-barang yang berserakan di seluruh rumah.Setelah sibuk sepanjang hari, hingga matahari hampir terbenam, pemburu itu baru kembali membawa dua ayam hutan.Begitu masuk, dia terkejut, "Ini... ini semua kamu yang lakukan? Rasanya bukan rumahku lagi."Aku memijat pinggang, memang, tempat tinggal pria lajang memang

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 2

    Aku dengan mata berkaca memohonnya."Enggak, dulu saat aku hamil ASI nya sudah banyak. Sekarang anakku sudah tidak ada, ASI nya tidak juga berkurang, pasti cukup diminum.""Iya kah?"Pemburu mengernyutkan alisnya yang tebal hitam, setengah percaya, setengah meragukan.Dia ragu dan menggunakan tangannya memegang, kakiku lemas, tetapi hanya bisa kutahan. Kemudian, dia menunduk, membuat aku merasa merinding."Jangan......"Ini tenaganya lebih kuat dari anak bayi.Dia dengan tidak jelas berkata, "Harus coba baru bisa tahu."ASI yang tidak habis untuk anak bayi, sangat cepat sudah habis.Aku jatuh lemas tanpa tenaga di dalam pelukannya, sebenarnya harus merasa malu, tetapi tubuhku malah ada rasa yang aneh.Aku menjepit kedua kakiku, takut dia menyadari sesuatu.Pertama kali ASI bahkan setetes pun nggak ada, tetapi orang tersebut masih tidak puas, mengangkat kepala dan menjilat bibirnya."ASI yang hanya begini saja, beraninya bilang banyak."Dia menamparku."Plak!"Tenaganya tidak kuat, teta

  • Ibu Susu dari Desa   Bab 1

    Setelah suami mati, anak di dalam perutku juga tidak selamat. Belum sempat merasakan kesedihan selama beberapa hari, adik iparku yang cemas mengajak ibu mertua untuk menjualku.Di saat rumah sedang ribut, pemburu yang penyendiri di desa kebetulan lewat, melihat payudaraku yang bengkak, langsung membeliku.Aku diam-diam menangis dan ikut pemburu itu pulang, dan sudah nekat mau gantung diri."Janda muda, kamu nangis apa?"Pemburu mengernyutkan dahinya, wajahnya tampak semakin seram.Dia adalah orang luar yang masuk desa beberapa tahun yang lalu, dan biasanya tinggal sangat jauh. Aku bahkan tidak tahu namanya."Mm!"Tangannya yang kasar dengan tanpa rasa sungkan memegang payudaraku. Payudara yang penuh dengan ASI tidak tahan dengan rangsangan ini, seketika baju bagian tersebut langsung basah.Aku seketika tidak kuat berdiri, dia dengan cepat memegang pinggangku dan dengan puas mencium aroma baju yang basah."ASI begitu cukup, tidak salah membeli orang juga."Aku di dalam pelukannya sangat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status