Share

Bab 11 - ISKDT

Penulis: Pena_Zahra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 11

Ayleen terdiam, memandang tuannya, mencerna maksud dari ucapannya.

"Hanya kalau kamu mau saja," lanjut Abraham.

"Terima kasih, sebelumnya, Pak ... tapi saya tidak ingin merepotkan Bapak," jawab Ayleen sungkan.

Abraham mengangguk-angguk, "dari bahasamu bicara, saya bisa menyimpulkan, bahwa sebenarnya kamu butuh bantuan, hanya saja kamu sungkan." Abraham menimpali.

Ayleen menautkan kedua alisnya, "dari mana Bapak bisa menyimpulkan demikian?" tanya Ayleen.

"Dari jawabanmu, karena jika memang tidak ada masalah dengan pernikahanmu, kamu pasti akan menjawab, 'tidak ada yang perlu dibantu, Pak, karena Alhamdulillah pernikahan kami baik-baik saja', tapi sayangnya jawaban kamu justru menggambarkan isi hati kamu." Abraham menjawab dengan menaikkan pangkal kedua alisnya, ekspresinya terlihat memojokkan Ayleen.

Ayleen terdiam, dalam hati membenarkan ucapan Abraham, entah ia yang salah dalam berkata, atau Abraham yang memang kelewat peka.

"Kalau memang ada masalah, berbagilah! Terkadang kit
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Pena_Zahra
daddy mah pinter ngeles wkwkwk
goodnovel comment avatar
Fitri Yani
alasannya pinter banget si Dady............
goodnovel comment avatar
Pena_Zahra
uhuuuuyyy .....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 12 - ISKDT

    Bab 12"Ayleen, sore nanti kamu bersiap ya? Saya mau ngajak kamu dan Sam jalan keluar, sekalian ketemu sama pengacara," ucap Abraham sebelum berangkat kerja."Oh, iya, siap, Pak," sahut Ayleen."On time ya, saya pulang kerja, kamu harus sudah siap," pesan Abraham lagi."Baik, Pak," jawab Ayleen sembari menimang Sam. Seperti biasa, Abraham akan menyempatkan waktu untuk mengecup kening bayi itu sebelum meninggalkannya bekerja."Nitip Sam, ya?" ucapnya pada Ayleen, dan Ibu susu dari putranya itu hanya menjawab dengan senyuman, senyum yang mulai disukainya."Nggak biasanya loh, Ayleen, Abra itu bikin janji temu sama pengacara di luar begitu, biasanya dia akan datang ke kantornya, atau justru malah sebaliknya. Sepertinya dia hanya ingin mengajakmu jalan saja," tutur Bu Emil setelah memastikan mobil putranya melaju meninggalkan rumah.Ayleen tersenyum, "Ibu bisa saja, mungkin lebih tepatnya ingin mengajak Sam jalan, Bu, tapi saya otomatis ikut-ikutan, kan sepaket sama Sam," balas Ayleen tak

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 13 - ISKDT

    Bab 13“Ayleen …! Kamu sudah siap belum?” Teriak Abra seraya menggedor pintu kamar Ayleen.“Sudah, Pak … sebentar!” Sahut Ayleen dari dalam kamarnya.Tak berselang lama pintu kamar terbuka menampilkan dengan style yang berbeda. Wanita itu terlihat anggun dan menawan dalam balikan dress berwarna silver dengan jilbab senada. wajahnya juga terlihat lebih segar dan fresh dengan sapuan make up tipis yang baru kali ini digunakannya.Sesaat Abraham terpaku di tempatnya memandang Ayleen tak berkedip. Tak dapat ia pungkiri ia terkesima melihat kecantikan Ayleen yang semakin terpancar. Sementara Ayleen dia, jadi merasa salah tingkah dibuatnya.“Maaf, Pak … mau berangkat sekarang?” Tanya Ayleen menyadarkan Abraham.“Oh, iya. Kita berangkat sekarang, kamu sudah siap kan?” Tanya Abraham gelagapan.“Sudah, Pak,”“Kita mau ambilkan di kamarnya saya siapkan stroller nya, ya!” ucap Abraham memberikan perintah.“Siap, Pak.” Ayleen segera berlalu dari harapan Abraham, seketika lelaki itu menghembuskan n

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 14 - ISKDT

    Bab 14Ayleen terdiam beberapa saat, memandang Abraham yang tengah memotong-motong daging di piringnya."Biar saya sendiri saja, Pak," ucap Ayleen tak enak hati."Sebaiknya kamu perhatikan baik-baik cara saya memotong, supaya nanti saya tidak perlu memotong-motongkan kamu lagi," sahut Abraham.Ayleen mengangguk, dan memperhatikan setiap gerakan Abraham. Sekilas terlihat mudah, namun tangan kampungnya terlalu kaku untuk melakukannya.Kini daging itu sudah terpotong-potong menjadi beberapa bagian. "Sudah, silakan kamu makan," ucap Abraham. Lelaki itu kemudian beralih ke piringnya sendiri, seporsi menu yang sama dengan Ayleen juga ia pesan untuk dirinya sendiri."Sebentar, Pak," ucap Ayleen."Kenapa lagi? Itu tinggal kamu tusuk dengan garpu, lalu makan. Selesai!" ucap Abraham."Bukan itu maksud saya, Pak.""Lalu apa?" Abraham mengerutkan dahi."Punya Bapak, biar saya yang potongkan, supaya ilmu yang baru saja Bapak ajarkan bisa langsung saya praktikkan, dengan begitu saya tidak mudah lu

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 15 - ISKDT

    Bab 15"Maksudnya gimana? Jadi kamu akan ditahan begitu?" tanya Abraham."Kemungkinan besar, Pak," sahut Ayleen."Kenapa begitu?" Abraham semakin mendesak Ayleen untuk bercerita. Namun Ayleen hanya tertunduk diam. "Katakan saja apa adanya, Ayleen. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Saya duduk di sini sekarang dalam rangka membantu kamu," tutur Abraham mencoba meyakinkan Ayleen untuk bercerita.Ayleen menatap Abraham sejenak."Katakan, saya akan bantu carikan solusi," ucap Abraham dengan low tone-nya, satu sisi yang baru saja dilihat oleh Ayleen. Karena biasanya, lelaki itu terlihat dingin dan kaku.Ayleen menghela nafas panjang, mencoba meyakinkan dirinya untuk bercerita pada sang tuan. "Sebebarnya saya pergi diam-diam dari rumah, Pak," tutur Ayleen lirih."Kabur?" tanya Abraham memastikan.Ayleen mengangguk.Abraham mengusap wajahnya."Jadi sekarang suami kamu pasti sedang mencari keberadaanmu?" tanya Abraham lagi."Pasti, Pak ... dia pasti tidak akan tinggal diam menyadari kepergian s

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 16 ISKDT

    Bab 16Airin memandang Ayleen tak berkedip, seolah tak percaya dengan pemandangan di hadapannya. Bagaimana tidak, ia seolah tengah bercermin saat memandang Ayleen, tak menyangka bisa bertemu dengan seseorang yang begitu mirip dengannya."Kamu?" tunjuknya pada Ayleen, Airin tak sanggup melanjutkan kalimatnya."Dia Ayleen, ibu barunya Sam," terang Abraham membuat Airin semakin ternganga, hal yang sama juga terjadi pada Ayleen, ia tak menyangka tuannya akan mengakuinya sebagai ibu baru Sam di depan ibu kandungnya. Detik berikutnya Airin tertawa cukup keras."Ibu baru? Jadi secepat itu kamu nikah lagi?" tanya Airin.Abraham hanya terdiam tanpa menjawab. Memilih diam agar terhindar dari dosa kebohongan, juga mulut julid mantan.Airin tersenyum sinis, "Segitu sulitnya kamu move on dari aku, sampai istri baru pun wajahnya harus dipermak persis sepertiku. Menyedihkan sekali," ucap Airin mengejek.Ayleen memandang dua orang yang berdebat di hadapannya dengan bingung."Terserah kamu mau bilang

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 17 - ISKDT

    Bab 17Malam setelah pertemuan Sam dengan ibunya, Airin. Bayi itu menjadi rewel. Tidurnya tak nyenyak, hingga berkali-kali membuat sang Daddy terjaga akibat tangisnya. Dengan menahan kantuk, Abraham berusaha menenangkan Sam.Ia memang berkomitmen bahwa malam adalah saatnya quality time dengan Sam, ia memutuskan untuk merawat sendiri putranya saat malam hari tanpa bantuan baby sister ataupun mamanya.Akan tetapi, malam ini pekerjaan menjaga Sam cukup memberatkannya. Bayi itu tak berhenti menangis sehingga membuatnya kewalahan.Abraham pun akhirnya memutuskan untuk menemui Ayleen dan meminta bantuannya untuk menenangkan Sam.Dengan Sam dalam gendongan, ia mengetuk pintu kamar Ayleen. Tak butuh waktu lama, pintu itu terbuka, menampilkan Ayleen dalam versi bangun tidur."Pak Abra?" Ucap Ayleen terkejut. "Sam kenapa, Pak?" Tanya Ayleen."Iya, nggak tahu ini, kok tiba-tiba rewel aja, saya sampai nggak bisa tidur. Kamu bisa bantu jaga dia dulu tidak? Saya ngantuk banget, besok pagi ada meeti

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 18 - ISKDT

    Bab 18"Iya, Pak, buka baju. Kan skin to skin, bagaimana caranya bisa skin to skin kalau tidak membuka baju?" Tanya Ayleen bingung."Kan bisa pakai kulit tangan, atau kulit-kulit yang lainnya?" Sahut Abraham."Tapi lebih efektifnya memang dada bertemu dada, Pak." Ayleen menjelaskan."Ya sudah, kamu buka baju Sam, lalu biarkan dia di kasurnya, nanti biar saya urus sendiri," titah Abaraham, tentu dia tak nyaman jika harus bertelanjang dada di depan Ayleen."Baik, Pak." Ayleen pun segera mengukuti arahan tuannya, meletakkan bayi dalam gendongannya di kasur, untuk membuka bajunya.Namun baru saja Ayleen melepas Sam dari gendongannya, bayi itu kembali menangis histeris, membuat Ayleen merasa tak tega melihatnya, pun dengan Abraham, ia kembali meminta Ayleen untuk menimang bayi itu."Kamu lepas bajunya sambil digendong bisa, kan? Tanya Abraham."Bisa, Pak," sahut Ayleen."Ya sudah, lakukan!" Titah Abra.Ayleen pun duduk di tepi ranjang, masih dengan menimang Sam, ia bersenandung kecil, semb

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 19 - ISKDT

    Bab 19Abra berbaring di ranjang yang tersedia di kamar Sam, lalu meminta Ayleen meletakkan Sam di dadanya. Darah Ayleen berdesir hebat, kala punggung jarinya tak sengaja menyentuh dada Abra saat neletakkan Sam di sana. Bayi itu segera menemukan posisi nyaman di atas dada daddy-nya. Kedua tangan kekar Abra mendekapnya erat, memberikan kehangatan."Saya pakaikan selimut ya, Pak?" Tawar Ayleen."Heemm!" Jawab Abra dengan kesadaran tersisa lima watt.Ayleen segera meletakkan selimut di permukaan punggung Sam, sebuah kain tipis yang hanya melindunginya dari terpaan udara malam secara langsung. Saat demam, bayi tidak memerlukan selimut yang tebal, karena selimut tebal hanya akan memperburuk kondisinya."Kamu jangan ke mana-mana, ya? Jagain Sam, jangan sampai jatuh. Kalau dia sudah nyaman, dan demamnya sudah turun, pindah ke sisi saya. Saya ngantuk banget, nggak tahan lagi untuk tidak memejamkan mata," ucap Abraham dengan suara lebih seperti kumur-kumur."Ba ... baik, Pak," sahut Ayleen ter

Bab terbaru

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 113

    Ayleen menjejakkan kakinya ke dalam kamar hotel yang telah diatur, seolah-olah menunggu kedatangan pasangan pengantin baru. Cahaya lembut dari lentera aroma menyala redup, memancar ke seluruh ruangan, menyelimuti segala sudut dengan kehangatan yang mengundang. Di pojok kamar yang menawarkan sudut yang paling menenangkan, sebuah ranjang yang menggoda dengan ukuran king terhampar dengan sempurna, menciptakan fokus yang tak terhindarkan begitu seseorang memasuki ruangan. Ranjang itu bukan hanya sekadar furniture biasa; ia adalah pusat segala kemewahan dan keindahan. Di sekelilingnya, kelambu sutra putih mengalir dengan anggun, membingkai ranjang dengan sentuhan lembut yang melambangkan keintiman dan romansa. Setiap lipatan kelambu menambahkan kedalaman pada suasana ruangan, seolah-olah mengundang seseorang untuk memasuki dunia impian yang diciptakan oleh ranjang itu sendiri. Dan di puncak ranjang, sepasang bantal berwarna krim diletakkan dengan hati-hati, menambahkan sentuhan akhir da

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 112

    Dinginnya sel penjara menyergap Airin begitu dia terbangun dari tidurnya yang tidak nyenyak. Dengan mata yang terbuka perlahan, dia merasakan kekakuan menyelubungi tubuhnya seperti selimut yang tak diinginkan. Udara di sekelilingnya terasa padat, menyebabkan napasnya tersengal-sengal di dalam ruangan sempit dan gelap itu.Langit-langit yang rendah menyelimuti sel itu dengan kegelapan. Cahaya redup dari lampu yang kusam hanya menyorot sudut-sudut gelap, meninggalkan bayangan-bayangan menyeramkan di setiap sudut ruangan. Udara terasa kaku dan hampa.Airin berusaha untuk duduk tegak, tetapi rasa lesu yang melumpuhkan tubuhnya membuatnya terpaksa membiarkan dirinya terbaring kembali di atas kasur yang keras dan dingin. Dia merasakan getaran dingin merambat dari lantai beton ke dalam tulang-tulangnya, menyebabkan tubuhnya menggigil tanpa henti.Setiap hembusan napasnya terasa berat, seperti tercekik oleh udara yang terasa sesak. Dia merasakan kekosongan yang mengisi ruang di dalam dadanya,

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 111

    Langit senja memerah di ufuk barat ketika Hartawan memarkir mobilnya di depan rumah sakit. Udara sejuk April menyapa mereka begitu mereka keluar dari mobil. Di sampingnya, Ayleen menatap bangunan putih itu dengan ekspresi khawatir yang tersemat di wajahnya. Di dalam, Abraham baru saja diberi izin untuk pulang, tetapi kemampuan fisiknya masih terbatas. Pak Hartawan membantu Abraham, memastikan bahwa kursi roda sudah terpasang dengan baik. Abraham terlihat rapuh di antara dua sosok kuat di sisinya. Ayleen menggenggam erat tangan Abraham."Pak Abra, pasti bisa melakukannya," kata Ayleen dengan lembut, matanya penuh dengan keyakinan.Abraham tersenyum tipis. "Saya tahu."Pak Hartawan menatap kedua anak itu. Dia melangkah maju dan membuka pintu rumah, mempersilakan mereka berdua masuk. Pak Hartawan berjalan di depan, memastikan bahwa jalur keluar tidak terhalang.Mereka melintasi lorong-lorong yang dikenal oleh Abraham dengan hati-hati. Setiap langkah terasa berat bagi Abraham, tetapi dia

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 110

    Pak Hartawan menatap layar ponselnya dengan pandangan tajam, mata yang biasanya berkilat dengan kemarahan. Tangannya gemetar ketika ia mencoba menekan nomor telepon Airin, namun tak ada jawaban yang menyambut. Dia telah mencoba berkali-kali, tapi hasilnya tetap sama: keheningan dari sisi lain jalur telepon."Sial!" Pak Hartawan melemparkan ponselnya ke sofa dengan geraman frustrasi. Setelah mengetahui bahwa Airin adalah dalang di balik tragedi yang menimpa Abraham, api kemarahannya semakin berkobar. Ia tak bisa lagi menahan amarahnya yang memuncak, dan satu-satunya pikiran yang menghantui benaknya adalah bagaimana untuk menemui wanita itu.Tanpa ragu, Pak Hartawan bangkit dari sofa dan melangkah menuju pintu. Langkahnya cepat. Sebelum meninggalkan rumah, ia mengambil teleponnya kembali, kali ini untuk menelepon polisi. Setelah kemarin ragu untuk memberitahu lokasi Airin, akhirnya dia memutuskan memberi informasi itu sekarang."Saya tahu di mana Airin berada," ucap Pak Hartawan dengan

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 109

    Dalam ruang interogasi yang redup, Surya duduk dengan tatapan kosong, merasakan beban keheningan yang menekan di sekelilingnya. Di hadapannya, barisan petugas polisi duduk dengan serius, wajah-wajah mereka memancar tajam. Detik-detik terasa berlalu dalam suasana yang kaku dan hening, seolah-olah waktu telah membeku di tempat itu.Tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun, kecuali mungkin suara desisan halus kertas yang terlipat saat petugas mencatat apa yang dikatakan Surya. Tatapan mereka menuju ke arah Surya, menembus ke dalam dirinya dengan tajam, mencari kebenaran di balik kata-katanya, mencari jejak kelemahan yang mungkin bisa mereka manfaatkan.Surya merasakan tekanan, menghantamnya seperti badai yang mengguncang pikirannya. Dia merasa seperti ditempatkan di bawah mikroskop, diperiksa setiap pikiran dan perasaannya, tanpa celah untuk bersembunyi dari pandangan tajam petugas yang duduk di hadapannya. Rasa tak nyaman yang dalam menyelimuti hatinya, seolah-olah membalutnya.Dalam

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 108

    "Saya yakin Surya adalah pelakunya." Kalimat itu terucap dari bibir Helmy ketika ia menekan tombol telepon dengan gemetar. Suara deru kendaraan dan laporan polisi yang tak henti-hentinya terdengar di latar belakang, menciptakan suasana tak pasti di sekitar Helmi."Saya melihatnya di CCTV jalan," lanjutnya, suaranya terengah-engah karena kepanikan yang merasukinya. "Saya yakin itu dia. Surya!"Di ujung telepon, petugas polisi menangkap setiap kata Helmy dengan serius. "Baik, kami akan segera mengambil langkah-langkah selanjutnya. Apakah Anda bisa memberikan deskripsi lebih detail?" Helmi mencoba menenangkan dirinya sejenak sebelum memberikan deskripsi yang diperlukan. "Dia memiliki ciri-ciri khas, tinggi, berambut hitam. Saya yakin dia nggak akan jauh. Kami harus segera menangkapnya sebelum dia menghilang!"Petugas polisi mencatat dengan cermat setiap kata yang disampaikan Helmi. "Kami akan menyebarkan informasi ini ke seluruh anggota kami. Terima kasih atas bantuannya. Kami akan s

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 107

    Ayleen berdiri tegak di tengah dapur rumah sakit, menatap meja dengan serius. Di depannya terhampar berbagai bahan yang telah dia persiapkan untuk membuat bubur ayam, hidangan favorit Abraham. Tangan halusnya bergerak, mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan.Dengan gerakan yang lembut, Ayleen mengambil mangkuk dari rak di sampingnya, dia menyalakan kompor, di mana api kecil mulai memancar di dalam ruangan yang terasa dingin. Cahaya api yang membara menari-nari di wajah Ayleen, menciptakan bayangan-bayangan yang menarik di dinding dapur.Ketika suara api kecil menggeliat dan berdentum di belakangnya, Ayleen mengalihkan perhatiannya kembali ke bahan-bahan di depannya. Dia dengan hati-hati menuangkan air ke dalam mangkuk, mendengarkan gemericikannya yang lembut saat air bertemu dengan permukaan logam. Setelah itu, dia mengatur api di bawah panci dengan hati-hati, memastikan bahwa suhu yang tepat tercapai untuk memasak bubur dengan sempurna.Dengan gerakan yang hati-hati, Ayleen mengambil

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 106

    Airin berbaring gelisah di atas ranjang hotel yang nyaman, matanya terpaku pada layar smartphone di tangannya. Cahaya yang samar dari lampu malam menyala memantul di wajahnya yang tegang, menciptakan bayangan yang menyeramkan di ruangan yang sunyi.Dengan napas yang terengah-engah dan jari-jemari yang gemetar, dia meluncurkan ujung jarinya di atas permukaan kaca halus ponselnya, memicu sentuhan elektronik yang membangkitkan kilatan cahaya biru. Di dalam relung internet, dia merambat dengan cermat, mencari setiap celah informasi yang mungkin bisa menghilangkan kegelisahannya. Detak jantungnya berdegup kencang, tak lagi mampu diatur oleh kesadarannya yang terjaga oleh gelisah. Ketakutannya meluap dalam aliran tak beraturan, membentuk riak-riak yang merayap dalam pikirannya. Khawatir yang tak kunjung mereda, menggelayuti dirinya seperti hujan deras yang tak kenal henti. Pikirannya hanya terisi oleh satu nama, Surya. Setiap klik dan ketukan di layar menyebabkan Airin semakin terbenam. C

  • Ibu Susu Kesayangan Duda Tampan   Bab 105

    Langit pagi yang cerah menyambut Surya dengan hangat saat dia mencoba menghubungi Airin dengan telepon genggamnya. Cahaya matahari yang memancar melalui jendela memberikan suasana yang segar di ruangan itu. Namun, Surya merasa tegang saat panggilannya terus tak dijawab.Setelah beberapa nada panggilan, hanya ada suara hampa dari sisi lain telepon. Surya merasa jengkel, mendesah ringan ketika tidak mendapat respons. Dia memicingkan mata, mencoba untuk mengatasi rasa frustrasinya. Mungkin Airin sibuk, atau memang sengaja tak menjawab. Surya berusaha untuk tetap tenang dan sabar. Dia menyadari bahwa tidak selalu segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Dengan pikiran yang masih tertuju pada Airin, dia memutuskan untuk mencoba lagi beberapa saat kemudian, berharap untuk mendapatkan jawaban yang dia cari."Sialan," desis Surya sambil mematikan teleponnya dengan gerakan kasar. "Kenapa dia tidak mengangkat telepon?"Rasa frustrasi menggelayutinya, membebani bahunya. Dia ingin mendengar suara

DMCA.com Protection Status