Share

22. Terbakar

Author: prasidafai
last update Last Updated: 2025-02-15 16:20:28
“Kau menanam duri, maka karma akan datang menusukmu, Vienna.

Nirina memandang tulisan itu, lalu ekspresinya berubah drastis. Wajah yang semula ramah itu kini tampak dingin dan tidak senang.

Semua mata tertuju pada Vienna, yang masih terpaku di tempatnya.

“Apa maksudnya ini, Vienna?” Nirina bertanya tajam, pandangannya menusuk lurus ke arah Vienna.

Bisikan dari para tamu mulai terdengar di telinga Vienna.

"Astaga, siapa yang mengirimi pesan seperti itu?"

Keringat dingin pun mengalir di punggung Vienna.

‘Ini tidak mungkin!’ Vienna menyangkal ini dalam hati.

Tidak mungkin seseorang mengirimkan sesuatu seperti ini ke acara pentingnya.

Vienna bisa merasakan pandangan para wanita menusuk kulitnya, seolah dia adalah tontonan utama dalam sebuah drama memalukan.

Salah satu wanita yang duduk di seberangnya tersenyum miring, mencondongkan tubuh sedikit ke arah Nirina.

"Nona Nirina, kau harus lebih berhati-hati. Siapa tahu kau akan menjadi korban berikutnya?"

Tawa kecil yan
prasidafai

Jangan lupa vote, beri ulasan, dan komen positif yaa. Terima kasih banyak, selamat membaca :)

| 18
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Suerti
jgn lama2 berbelit ceritanya ya Pras,nanti kepala Mbah uti pusing,buat Sydney berterus terang hubungannya dengan si Lucas agar hidupnya utk selanjutnya LBH mudah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   23. Orang dari Masa Lalu

    "Aku tidak mengenalnya." Sydney mengetik kalimat itu dengan cepat di layar ponselnya, menyembunyikan kepanikan yang mulai menyelinap di dada. Morgan tidak langsung bereaksi. Pria itu hanya duduk di sofa, tatapannya gelap dan tajam, seolah sedang menimbang sesuatu. Sydney menggigit bibirnya, lalu mengetik kalimat tambahan. "Apa Tuan mengenal semua orang yang seumuran dengan Tuan?" Sindiran halus itu seharusnya cukup untuk mengalihkan perhatiannya. Namun bukannya terprovokasi, Morgan justru mendengkus pelan, lalu tertawa—suaranya bergema di ruangan. Sydney terpaku. Morgan tertawa? Pelayan yang ada di sekitar mereka ikut terkejut, saling melirik dengan ekspresi tak percaya. Seorang pelayan bahkan hampir menjatuhkan nampan yang dipegangnya. "Tuan tertawa? Apa Tuan sehat?" bisik salah satu dari mereka. "Sejak kapan terakhir kali Tuan tertawa seperti itu?" "Tidak pernah," sahut yang lain, matanya tak lepas dari sosok pria yang kini masih menyunggingkan senyum tipis. "Dan kau sad

    Last Updated : 2025-02-15
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   24. Dia Memanggilnya Jalang

    “Akan ada berita baik tentangku beberapa minggu lagi. Dan saat kau mendengarnya, kau tidak akan bangun lagi, Jalang!” Suara Vienna terdengar tajam di ujung telepon, penuh dengan kebencian dan kepuasan yang menjijikkan. Tanpa menunggu respons, wanita itu langsung menutup panggilan dengan kasar. Seolah baru saja menjatuhkan vonis mati bagi Sydney. Tuut. Tuut. Sydney menatap layar ponselnya yang kini gelap. Dulu, kata-kata semacam itu bisa menghancurkan Sydney. Dulu, ancaman Vienna akan membuatnya bersembunyi di sudut kamar dengan tubuh gemetar, dan kepala yang penuh pikiran karena ketakutan. Namun, sekarang? Semua luka itu bukan lagi rantai yang mengikat Sydney. Sebaliknya, luka itu justru menjadi bahan bakar yang mengobarkan sesuatu yang jauh lebih besar. Dendam. Sydney menarik sudut bibirnya, membentuk senyum samar—bukan karena takut—tetapi karena merasa lucu. ‘Kau ingin aku mati?’ batin Sydney. Lelucon macam apa itu? Vienna pikir Sydney masih wanita yang sama seperti dulu

    Last Updated : 2025-02-16
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   25. Tuan Penguasa Pemilik Mansion

    ‘Kau benar-benar nekat, Sydney Zahlee!’ batin Sydney, bicara pada dirinya sendiri. Sydney menahan napas, meredam degup jantungnya yang berdebar kencang. Tatapannya tertuju pada komputer di hadapannya, layar yang tadinya gelap kini bersinar terang, menampilkan sesuatu yang tidak dia duga sebelumnya. Sydney mengepalkan tangan di sisi meja. Ini bukan informasi biasa, dokumen-dokumen yang terpampang jelas di layar adalah sesuatu yang bisa menghancurkan Lucas. Sydney menarik napas dalam, berusaha menjaga ketenangannya. Beberapa saat lalu, setelah memastikan mansion dalam kondisi aman, Sydney melepas gelang kaki berloncengnya—benda sialan yang membuatnya selalu ketahuan ke mana pun dia pergi—dan masuk ke ruang kerja Morgan yang, anehnya, tidak terkunci. Sydney tidak menyangka betapa mudahnya dia bisa masuk ke ruangan pria itu. Suara Vienna yang mengatakan tentang kabar baik masih terngiang di telinga Sydney. Walaupun tidak lagi merasa takut, Sydney sangat tahu kalau itu bukan sekadar

    Last Updated : 2025-02-17
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   26. Jangan Merasa Istimewa!

    "Beraninya kau menyentuh barang-barangku, Sydney?!” seru Morgan dengan suara baritonnya. Tidak pernah ada orang yang terdengar begitu menyeramkan saat menyebut nama lengkap Sydney, selain Morgan. Sydney seharusnya merasa takut. Dia tahu Morgan bukan pria yang bisa dia tantang, apalagi setelah masuk ke ruangan pribadinya tanpa izin. Namun, saat ini, bukan ketakutan yang menguasai dirinya, melainkan kemarahan yang membakar dari dalam. Sydney bergeming, meski tubuhnya terasa beku. Dia mengangkat undangan pernikahan Vienna dan Lucas dengan tangan yang sedikit gemetar, menantang Morgan untuk menjelaskan. Morgan mendekat dengan langkah besar. Sekali renggutan, undangan itu berpindah ke tangannya. Jemarinya yang besar dan kuat meremas kertas itu hingga tak berbentuk. Sydney menatapnya lekat, matanya dipenuhi pertanyaan yang tak bisa dia ucapkan. Morgan melirik ke pintu lain di dalam kamarnya yang kini terbuka. Pria itu membeku sesaat, lalu tatapannya kembali ke Sydney, kali ini le

    Last Updated : 2025-02-17
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   27. Stok ASI Selama Seminggu

    “Aku tidak akan mengulanginya, Sydney. Pergi dan lakukan tugasmu.” Suara Morgan terdengar dingin, nyaris tanpa emosi. Sydney memejamkan mata erat. Seakan dengan begitu, dunia yang sedang menghimpitnya bisa menghilang. Namun, kenyataannya udara di sekitar Sydney masih sesak, napasnya masih terasa berat, dan pria di depannya masih berdiri dengan mata tajam seperti belati yang siap menikamnya kapan saja. Tanpa berkata apa-apa, Sydney bangkit dari ranjang dengan tubuh yang masih gemetar. Wanita itu merapikan bajunya yang kusut, lalu berjalan tertatih menuju kamar si kembar. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya, tetapi isakan kecil yang tertahan masih terdengar di ruangan itu. Morgan hanya menatap Sydney dengan wajah datar tidak peduli. Tangisan bayi masih terdengar dari pengeras suara. Sydney mengikuti suara itu dengan langkah limbung, menuju kamar si kembar. Sydney mendorong pintu kamar si kembar dan mendapati dua bayi mungil itu terbaring di dalam boks mereka. Jade m

    Last Updated : 2025-02-18
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   28. Anjing Buas yang Lepas

    "Kau tidak akan berkata apa-apa?" Morgan menatap Sydney dengan tajam, seolah ingin mengorek setiap reaksi dari wanita itu. Namun, Sydney tetap diam. Wanita itu menggigit bibirnya yang sudah terluka sejak tadi, lalu perlahan menundukkan kepala. Tidak ada gunanya berdebat. Tidak ada gunanya menangis di depan pria yang sudah memutuskan untuk membuangnya. Sydney hanya menggeleng pelan. Tanpa menunggu tanggapan, pria itu berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Sydney sendirian di bawah langit yang mulai gelap. Saat itulah, Sydney justru merasakan sesuatu yang begitu menusuk di dalam dadanya. Dia sudah tahu sejak awal bahwa dirinya hanya sementara di sini. Bahwa waktunya bersama si kembar tidak akan bertahan selamanya. Namun, mengapa rasanya seperti ini? Mengapa saat perpisahan ada di depan mata, hati Sydney justru semakin tertambat pada mereka? Sydney menatap ke arah jendela kamar bayi di lantai atas. Jade dan Jane mungkin sedang terlelap sekarang, tidak tahu bahwa wanita yang s

    Last Updated : 2025-02-18
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   29. Menyiram Makam Isaac

    Anak buah Morgan yang duduk di kursi kemudi, menoleh ke arah Sydney dari kaca spion. "Kita berangkat sekarang?” Sydney mengangguk pelan, lalu mobil melaju menjauh dari mansion yang selama ini menjadi tempat Sydney bernaung. Sydney menggigit bibir, menahan sesuatu yang mendesak di dada. Lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Setidaknya untuk yang terakhir kali, Sydney harus berpamitan pada Morgan walaupun hanya melalui pesan, "Aku sudah tidak ada di rumah. Tuan bisa pulang ke mansion, Jade dan Jane sedang menunggu." Pesan terkirim. Sydney menunggu beberapa saat. Namun, tanda centang masih menunjukkan warna abu-abu. Sydney menghela napas. Mobil berhenti beberapa jam kemudian. Pria di kursi kemudi melirik Sydney lagi dari spion. "Sebelum kami menurunkanmu, ada sesuatu yang harus kau tanda tangani." Sydney mengernyit. Pria di sebelah Sydney membuka map hitam, mengeluarkan selembar kertas, lalu menyodorkannya pada wanita itu. Sydney menerima itu dan membacanya dalam hati, ‘Perj

    Last Updated : 2025-02-18
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   30. Menyedihkan!

    Hujan mulai turun, menyisakan dentingan rintik di atas aspal yang basah. Sydney masih berdiri di depan gerbang rumah Lucas, meski tubuhnya sudah menggigil. Pakaian Sydney pun basah kuyup, rambutnya menempel di wajah, dan ujung jemarinya mati rasa. ‘Aku tidak akan pergi tanpa barang-barang Isaac,’ batin Sydney. Ben, satpam yang tadi mengusirnya, masih berjaga di pos. Sesekali dia melirik ke arah Sydney dengan tatapan jengah, tetapi Sydney tetap tak bergerak. "Lihatlah dirimu," ucap Ben dengan nada mengejek. "Bahkan setelah diusir, kau tetap berdiri di sini. Menyedihkan!" Sydney menatap Ben dengan mata tajam. Ben mendengkus, lalu kembali ke dalam pos satpam, membiarkan wanita itu berdiri dalam dingin yang menusuk. Malam semakin larut. Sydney sudah tidak bisa merasakan dingin lagi, mungkin tubuhnya mulai mati rasa. Setiap mobil yang masuk atau keluar membuat jantung Sydney berdegup kencang. Matanya terus mencari sosok Lucas di balik kaca mobil yang melintas. Namun, pria i

    Last Updated : 2025-02-19

Latest chapter

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   167. Hanya Menggertak

    “Aku tahu kau hanya menggertakku,” desis Vienna, suaranya bergetar antara marah dan putus asa. “Kau tidak punya bukti apa-apa, Sydney.”Mata wanita itu merah dan air mata membayang di pelupuk.Vienna terlihat lebih rapuh daripada biasanya, seolah topeng arogansinya mulai retak.Sydney hanya mengangkat sudut bibirnya tipis. Dia tidak perlu berbicara untuk menunjukkan rasa puasnya. Wajah Vienna sudah cukup jadi hiburan tersendiri.Vienna mendekat hingga jarak di antara mereka hanya sehelai nafas.“Jangan merasa menang dulu, Sydney,” bisik Vienna tajam. “Kau akan terkejut jika tahu siapa yang akan membantuku dan Lucas dalam sidang ini.”Alis Sydney sedikit naik. Namun matanya tetap tenang, mengisyaratkan ketidakpedulian.Entah siapa pun yang membantu, Sydney tidak peduli.Namun, sedetik kemudian ….“Tuan Morgan membantu kami. Apa kau tahu itu?” Vienna tersenyum tipis.Deg!Detak jantung Sydney berdebar lebih cepat.Sydney membelalak. Dia menatap Vienna sambil menyembunyikan perasaan syok

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   166. Aku, Ibu Menyusui!

    “Kalian mendiskriminasiku,” protes Timothy, satu-satunya orang di antara mereka yang tidak bisa berbahasa isyarat.Timothy mencondongkan tubuh dan berbisik, “Apa yang kalian bicarakan? Sudah 10 menit kalian terus berinteraksi memakai bahasa isyarat. Aku merasa seperti patung.”Sydney tersenyum sambil menoleh. Dia mengetik sesuatu di ponselnya.“Maaf, Tim. Chester sedang membahas tentang kehadiran Vienna sebagai saksi, dan—tentu saja—tentang rasa jengkelnya pada Lucas.”Rasanya, Timothy masih seperti adik kecilnya yang dulu. Hanya sekarang pria itu lebih tinggi darinya.Timothy mengangkat kedua alis. Kemudian dia mengangguk-angguk pelan.Sementara Chester mengedikkan bahu dan melihat ke depan sambil menyilangkan tangan di depan dada.“Aku berniat meninju Lucas,” tukas Chester tanpa menoleh. “Kau akan melakukan apa padanya, Tim?”Timothy terkekeh. “Melihatmu. Aku tidak jago bela diri, Kak.”Chester sempat

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   165. Patut Dikasihani!

    “Apa kau benar-benar harus pergi sekarang?” tanya Sydney sambil menggerakan tangan. Hari di mana Morgan harus pergi cukup lama akhirnya tiba. Pria itu menghentikan langkahnya di depan pintu mansion. Angin pagi yang berembus pelan mengibaskan helaian rambutnya, sementara mata Sydney sudah berkaca-kaca. Sudah beberapa lama Sydney bersama Morgan, dia baru merasa kehilangan setelah pria itu berniat dinas panjang. Morgan menoleh dan melangkah mendekat. Dia mendekatkan wajahnya dan menatap mata Sydney dari jarak dekat. Pria itu mengangkat tangan dan mengusap pelan air mata yang mulai turun di pipi kekasihnya. “Dengar aku baik-baik,” bisik Morgan lembut. “Kau baru boleh pergi keluar sendiri setelah pengadilan resmi menjatuhkan hukuman untuk Bella, Vienna, dan Lucas. Mengerti?” Sydney mengangguk, cepat-cepat menghapus air mata yang tersisa dengan punggung tangan. Wanita itu tampak marah pada dirinya sendiri karena terlalu lemah. Morgan mendekatkan bibirnya ke telinga Sydney. “Aku jug

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   164. Ada yang Ingin Kukatakan

    Lucas melangkah keluar dari mansion Morgan dengan langkah berat dan bahunya jatuh. Dia mengepalkan tangan erat-erat, seperti hendak meninju siapa pun yang berani menghiburnya saat itu.Udara pagi yang dingin menusuk tulang, tetapi amarah di dalam diri Lucas lebih membakar dari apa pun.Setelah Lucas menghilang di balik pintu utama, Ken berdeham.“Jika ini semua untuk membalas dendam Sydney,” ucap Ken membuka obrolan sambil menyilangkan kaki dan melirik Morgan, “mengapa kau memberi mereka jalan untuk kabur?”Morgan menyesap kopinya perlahan. Asap tipis mengepul dari permukaan cairan pekat itu.“Akan lebih menyenangkan jika mereka kalah karena rasa putus asanya setelah terluka cukup parah,” jawab Morgan sambil menaruh cangkir di atas meja. “Aku ingin melihat mereka kejang-kejang sebelum mati.”Ken tertawa kecil. Bukan tawa lepas, melainkan semacam menahan geli yang menggelitik perutnya.Dia seperti sedang menyaksikan sebua

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   163. Untuk Siapa Lagi?

    “Kau melakukan itu untukku?” tanya Sydney seraya menaikkan kedua alis dan membentuk bahasa isyarat dengan kedua tangannya. Sydney merasa tenggorokanya kering, dan matanya belum beranjak dari milik Morgan—berusaha mencari jawaban lain, jika memang ada. Morgan mengangguk pelan. “Untuk siapa lagi?” tanya Morgan datar. “Dia mengganggumu dan hampir melukaimu. Aku tidak akan bisa memaafkannya. Lalu aku hanya memberinya kesempatan untuk bertemu dengan Bella. Kedua wanita itu berkomplotan.” Sydney menyipitkan mata, tubuhnya seketika kaku. “Berkomplotan?” tanya Sydney mengulang ucapan Morgan sambil menggerakan tangan perlahan. “Apa maksudmu mereka bekerja sama dalam kasus pemerkosaan itu?” “Ya,” jawab Morgan tanpa ragu. “Bella butuh pelampiasan. Olive butuh pelindung. Mereka memanfaatkan satu sama lain seperti memperdagangkan bencana. Apa kau marah padaku?” Seketika, dunia dalam kepala Sy

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   162. Itu Hal Mudah

    "Saya butuh waktu untuk berpikir beberapa menit." Suara Lucas akhirnya pecah di antara deru napas beratnya.Tangan Lucas yang masih menggenggam kemudi, kini mulai gemetar. Di luar sana, malam begitu hening. Namun di dadanya, badai bergemuruh tanpa henti.Terdengar tawa Morgan dari seberang telepon, nyaring dan penuh ejekan.“Mengapa jadi kau yang perlu waktu untuk berpikir?” tanya Morgan penuh sarkas. “Kau yang membutuhkanku, Lucas. Jika tidak mau, silakan pergi dan jangan mengotori pemandangan dimansion-ku.”Lucas menutup mata sejenak. Dia mengangkat tangan dan menyugar rambutnya ke belakang, menahan agar kepalanya tidak meledak karena frustrasi.Seluruh tubuh Lucas terasa seperti terbakar oleh amarah dan kekalahan sekaligus.Selama ini, Lucas pikir proyek pengawalan eksklusif itu adalah peluang besar. Kerja sama dengan Morgan akan membuat nama Zahlee Entertainment dan Monarch Legal Group naik kelas.‘Sejak awal Tuan Morgan memang hanya ingin menjebakku dan Vienna,’ ucap Lucas dalam

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   161. 'Menteri Perdagangan'

    Setelah berita beralih ke topik lain, Sydney melangkah cepat menuju ruang kerja Morgan. Dia meninggalkan Layla yang masih terpaku di sana.Namun, ada dua anak buah yang berjaga di depan ruang kerjanya. Saat melihat Sydney mendekat, keduanya membungkuk hormat.“Maaf, Nona. Tuan Morgan sedang mengadakan rapat daring dengan Menteri Perdagangan,” ujar salah satunya memberi tahu.Sydney menautkan alisnya, padahal ada banyak hal yang ingin di tanyakan.Wanita itu mengetik cepat di layar ponsel, lalu memperlihatkannya pada mereka berdua.“Beri tahu Morgan jika aku menunggu di kamarku.”“Akan kami sampaikan, Nona.” Salah satu dari mereka mengangguk.Sydney tidak berkata apa-apa lagi. Dia mencengkram ponsel dengan erat saat berjalan menjauh dengan langkah yang semakin cepat.Sesampainya di kamar, Sydney langsung menjatuhkan diri ke atas ranjang. Rambut panjangnya menjuntai ke sisi wajah, menutupi ekspresi muram yang mulai mengendap di sana.Sydney menarik napas panjang, lalu membuka portal ber

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   160. Tanganmu Bau Darah

    "Apa yang baru saja kulakukan ...." desah Bella lirih dan suaranya bergetar. Begitu pula dengan tangannya yang gemetar. Pistol yang masih mengepul itu jatuh dari genggamannya dan menghantam lantai dengan dentingan logam yang keras. Pandangan Bella mengabur dan napasnya tercekat. Di hadapannya, tubuh Olive terbujur kaku di lantai kafe. Darah mengalir dari dada wanita itu, membentuk genangan yang perlahan meluas. Yang membuat Bella ketakutan, mata Olive masih terbuka dan menatapnya penuh amarah. Sunyi mendadak mengurung ruangan. “P-Pembunuh! Dia membunuhnya!” teriak seseorang di sudut ruangan. Teriakan itu membangunkan semua orang dari keterpakuan mereka. Beberapa pengunjung memekik, sebagian lainnya merunduk ketakutan. Bella menoleh cepat dengan wajah yang memucat. Bola matanya bergerak liar, seperti rusa yang terjebak dalam jerat. Wanita itu berbalik. Dengan sorot mata penuh amarah, Bella menatap tajam kedua pengawalnya yang berdiri di belakangnya tanpa melakukan apa-apa. “B

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   159. Menyelamatkanku?!

    “Pergilah!” geram Bella dengan wajah memerah. “Kau sudah cukup beruntung masih selamat dari amukan Morgan. Jangan mencari masalah denganku!”Alih-alih mundur atau gentar, Olive justru menanggapi dengan tawa lebar, keras, dan penuh ejekan.Suaranya menggema di dalam kafe, membuat beberapa pasang mata yang semula hanya mengintip mulai terang-terangan menoleh.“Jangan seperti itu pada teman lamamu, Veronica,” ujar Olive berpura-pura sedih sambil memegang dadanya.Bella mengernyitkan dahi. Olive tidak biasanya memanggil Bella dengan nama panggung.“Veronica Pillpel kecil yang menggemaskan dan polos,” lanjut Olive sambil menyenderkan tubuh ke sandaran kursi, matanya bersinar penuh kemenangan.“Kau ingat? Kita sudah berteman sejak aku menemukan bakat luar biasamu di usia 17 tahun. Ya ampun, betapa cepat waktu berlalu.” Olive mengibaskan rambutnya ke belakang.Genggaman Bella pada gelas es kop

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status